RINGAN DALAM HISAB DI HARI AKHIR
Rasulullah Saw adalah orang yang paling giat bekerja dan beramal shalih, semangat dalam ibadah, dan gigih dalam berjihad.
Akan tetapi pada saat yang sama beliau
lebih mementingkan kebahagiaan hidup di akhirat dan keridhaan Allah Swt
dari pada kenikmatan duniawi.
Ibnu Mas’ud Ra melihat Rasulullah Saw tidur di atas kain tikar yang lusuh sehingga membekas di pipinya, kemudian berkata,
”Wahai Rasulullah, bagaimana kalau saya ambilkan untukmu kasur?”Rasulullah Saw menjawab, ”Untuk apa dunia itu! Hubungan saya dengan dunia seperti pengembara yang mampir sejenak di bawah sebatang pohon, kemudian pergi dan meninggalkannya.” (HR, al-Tirmidzi)
Oleh sebab itu langkah orang zuhud
selalu memilih jalan di sisi Allah dan berpaling dari sesuatu untuk
membebaskan diri dari kecintaan dan ketergantungan pada selain Allah.
Rasulullah Saw bersabda,
Dalam hadits lain Rasulullah Saw bersabda,“Zuhudlah terhadap dunia, maka Allah akan mencintaimu dan zuhudlah terhadap sesuatu yang dimiliki orang lain, maka setiap orang akan mencintaimu.” (HR, Ibnu Majah)
“Sesungguhnya Allah melindungi hamba-Nya yang beriman dari dunia, sebagaimana sakit yang menimpa salah seseorang dari kalian telah mencegahnya dari makan dan minum.” (HR, Ahmad dan Hakim)
Kecintaan dunia yang berlebihan, akan
sangat melalaikan hati dan sedikit demi sedikit hati akan berkarat,
jadilah seseorang akan menjadi :
- Kikir,
- Menjadi tamak,
- Menumpuk harta,
- Cenderung menjadikan jiwanya sakit serta malas beribadah akibat tingkat kenyamanan yang sangat tinggi.
Maka dari itu ibadah, sedekah, zakat
menyucikan jiwa dari kecintaan duniawi. Menabung di dunia dan akhirat,
menambah keberkahan hidup, dan akan memperingan hisab di yaumil akhir
karena perhitungan harta memakan waktu yang paling lama dalam amalannya.
Semakin disedekahkan, dicari dari jalan
halal Insya Allah seorang hamba akan selamat, hisabnya akan ringan
seperti sebuah riwayat yang cukup dikenal yaitu Abdurrahman bin Auf.
Ia pernah mendengar bahwa suatu hari Rasulullah saw bersabda :Wahai Ibnu Auf, engkau termasuk orang kaya, dan engkau akan masuk ke dalam surga secara perlahan-lahan (dengan cara merangkak), maka pinjamkanlah harta kekayaanmu itu kepada Allah, niscaya Allah akan meringankan langkah kakimu.
Sejak itu, ia meminjamkan harta
kekayaannya itu kepada Allah dengan sebaik-baiknya, dan Allah
melipatgandakan hartanya sebanyak-banyaknya.
Ia juga menginfakkan lima ratus ekor kuda
untuk pasukan kaum Muslim, dan pada hari yang lain ia menginfakkan
seribu lima ratus hewan tunggangan bagi kaum Muslimin.
Beriman kepada hari Akhir dan kejadian yang ada padanya merupakan salah satu rukun iman yang wajib diyakini oleh setiap muslim.
Untuk mencapai kesempurnaan iman terhadap
hari Akhir, maka semestinya setiap muslim mengetahui peristiwa dan
tahapan yang akan dilalui manusia pada hari tersebut.
Di antaranya yaitu masalah Hisab (Perhitungan) yang
merupakan maksud dari iman kepada hari Akhir. Karena, pengertian dari
beriman kepada hari kebangkitan adalah, beriman dengan hari kembalinya
manusia kepada Allah lalu dihisab. Sehingga hakikat iman kepada hari
kebangkitan adalah iman kepada hisab ini.
PENGERTIAN HISAB
Pengertian hisab disini adalah, peristiwa
Allah menampakkan kepada manusia amalan mereka di dunia dan
menetapkannya. Atau Allah mengingatkan dan memberitahukan kepada manusia
tentang amalan kebaikan dan keburukan yang telah mereka lakukan.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menyatakan,
Allah akan menghisab seluruh makhluk dan berkhalwat kepada seorang
mukmin, lalu menetapkan dosa-dosanya.
Syaikh Shalih Ali Syaikh mengomentari pandangan ini dengan menyatakan, bahwa inilah makna al muhasabah (proses hisab). Demikian juga Syaikh Ibnu Utsaimin menyatakan, muhasabah adalah proses manusia melihat amalan mereka pada hari Kiamat.
Hisab Menurut Istilah Aqidah Memiliki Dua Pengertian :
Pertama : Al ‘Aradh (pemaparan). Juga demiliki mempunyai dua pengertian juga.
- Pengertian umum, yaitu seluruh makhluk ditampakkan di hadapan Allah dalam keadaan menampakkan lembaran amalan mereka. Ini mencakup orang yang di Munaqasyah Hisabnya dan yang tidak dihisab.
- Pemaparan amalan maksiat kaum Mukminin kepada mereka, penetapannya, merahasiakan (tidak dibuka dihadapan orang lain) dan pengampunan Allah atasnya. Hisab demikian ini dinamakan hisab yang ringan (hisab yasir).
Kedua : Munaqasyah, dan inilah yang dinamakan hisab (perhitungan) antara kebaikan dan keburukan.
- Untuk itulah Syaikhul Islam menyatakan, hisab, dapat dimaksudkan sebagai perhitungan antara amal kebajikan dan amal keburukan, dan di dalamnya terkandung pengertian munaqasyah. Juga dimaksukan dengan pengertian pemaparan dan pemberitahuan amalan terhadap pelakunya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan di dalam sabdanya:
مَنْ حُوسِبَ عُذِّبَ قَالَتْ عَائِشَةُ
فَقُلْتُ أَوَلَيْسَ يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا
يَسِيرًا قَالَتْ فَقَالَ إِنَّمَا ذَلِكِ الْعَرْضُ وَلَكِنْ مَنْ
نُوقِشَ الْحِسَابَ يَهْلِكْ
“Barangsiapa yang dihisab, maka ia tersiksa”.
Aisyah bertanya,”Bukankah Allah telah berfirman ‘maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah”
Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Hal itu adalah al ‘aradh. Namun barangsiapa yang dimunaqasyah hisabnya, maka ia akan binasa”. [Muttafaqun ‘alaihi]
HISAB PASTI ADA
Kepastian adanya hisab ini telah dijelaskan di dalam al Qur`an dan Sunnah.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
“Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah“, [al Insyiqaq / 84 : 7-8].“Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka dia akan berteriak: “Celakalah aku”. Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)“. [al Insyiqaq / 84:10-12]“Sesungguhnya kepada Kami-lah kembali mereka, kemudian sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka“. [al Ghasyiyah / 88 : 25-26]“Pada hari ini, tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya“. [al Mu’min / 40 : 17]
Sedangkan dalil dari Sunnah Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, di antaranya hadits yang diriwayatkan
Imam Muslim dari Aisyah, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
beliau berkata:
“Tidak ada seorangpun yang dihisab kecuali binasa,”Aku (Aisyah) bertanya, ”Wahai Rasulullah, bukankah Allah berfirman ‘pemeriksaan yang mudah’?”Beliau menjawab,”Itu adalah al aradh, namun barangsiapa yang diperiksa hisabnya, maka binasa”
Imam Ibnu Abil Izz (wafat tahun 792 H)
menjelaskan, makna hadits ini adalah, seandainya Allah memeriksa dengan
menghitung amal kebajikan dan keburukan dalam hisab hambaNya, tentulah
akan mengadzab mereka dalam keadaan tidak menzhalimi mereka sedikitpun,
namun Allah memaafkan dan mengampuninya.
Demikian juga umat Islam, sepakat atas
hal ini. Sehingga apabila seseorang mengingkari hisab, maka ia telah
berbuat kufur, dan pelakunya sama dengan pengingkar hari kebangkitan.
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama