Dari Umar bin Khattab ra berkata, bahwa beliau mendengar Rasulullah SAW bersabda :
‘Sekiranya kalian benar-benar bertawakal kepada Allah SWT dengan tawakal yang sebenar-benarnya, sungguh kalian akan diberi rizki (oleh Allah SWT), sebagaimana seekor burung diberi rizki; dimana ia pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar, dan pulang di sore hari dalam keadaan kenyang ” …. (HR. Ahmad, Turmudzi dan Ibnu Majah).
Hadits di atas menjelaskan tentang hakekat
tawakal yang digambarkan oleh Rasulullah SAW dengan perumpamaan seekor
burung. Dimana burung pergi (baca ; mencari karunia Allah) pada pagi
hari dengan perut kosong karena lapar, namun di sore hari ia pulang
dalam keadaan perut kenyang dan terisi penuh. Karena pada hakekatnya
Allah SWT lah yang memberikan rizkinya sesuai dengan kebutuhannya.
Demikian juga manusia, sekiranya manusia benar-benar bertawakal
kepada Allah SWT dengan mengamalkan hakekat tawakal yang sesungguhnya,
tentulah dari aspek rizki, Allah SWT akan memberikan rizki padanya
sebagaimana seekor burung yang berangkat pada pagi hari dengan perut
kosong dan pulang pada sore hari dengan perut kenyang. Artinya insya
Allah rizkinya akan Allah cukupi.
Makna Dan Hakekat Tawakal
Dari segi bahasa, tawakal berasal dari kata
‘tawakala’ yang memiliki arti; menyerahkan, mempercayakan dan
mewakilkan. (Munawir, 1984 : 1687). Seseorang yang bertawakal adalah
seseorang yang menyerahkan, mempercayakan dan mewakilkan segala
urusannya hanya kepada Allah SWT.
Sedangkan dari segi istilahnya, tawakal didefinisikan oleh beberapa
ulama salaf, yang sesungguhnya memiliki muara yang sama. Diantara
definisi mereka adalah:
1. Menurut Imam Ahmad bin Hambal.
2. Ibnu Qoyim al-Jauzi
“Tawakal merupakan amalan dan ubudiyah (baca; penghambaan) hati
dengan menyandarkan segala sesuatu hanya kepada Allah, tsiqah
terhadap-Nya, berlindung hanya kepada-Nya dan ridha atas sesuatu yang
menimpa dirinya, berdasarkan keyakinan bahwa Allah akan memberikannya
segala ‘kecukupan’ bagi dirinya…, dengan tetap melaksanakan
‘sebab-sebab’ (baca ; faktor-faktor yang mengarakhkannya pada sesuatu
yang dicarinya) serta usaha keras untuk dapat memperolehnya.” (Al-Jauzi/
Arruh fi Kalam ala Arwahil Amwat wal Ahya’ bidalail minal Kitab was
Sunnah, 1975 : 254)
Derajat Tawakal
Tawakal merupakan gabungan berbagai unsur yang menjadi satu, dimana
tawakal tidak dapat terealisasikan tanpa adanya unsur-unsur tersebut.
Unsur-unsur ini juga merupakan derajat dari tawakal itu sendiri:
1. (معرفة بالرب وصفاته)
Derajat tawakal yang pertama
Ma’rifat kepada Allah SWT dengan segala sifat-sifat-Nya minimal
meliputi tentang kekuasaan-Nya keagungan-Nya, keluasan ilmu-Nya,
keluasan kekayaan-Nya, bahwa segala urusan akan kembali pada-Nya, dan
segala sesuatu terjadi karena kehendak-Nya, dsb.
2. (إثبات في الأسباب والمسببات)
Derajat tawakal yang kedua
Memiliki keyakinan akan keharusan melakukan usaha. Karena siapa yang
menafikan keharusan adanya usaha, maka tawakalnya tidak benar sama
sekali. Seperti seseorang yang ingin pergi haji, kemudian dia hanya
duduk di rumahnya, maka sampai kapanpun ia tidak akan pernah sampai ke
Mekah. Namun hendaknya ia memulai dengan menabung, kemudian pergi kesana
denan kendaraan yang dapat menyampaikannya ke tujuannya tersebut.
3. (رسوخ القلب في مقام توحيد التوكل)
Derajat Tawakal yang ketiga
Adanya ketetapan hati dalam mentauhidkan (mengesakan) Dzat yang
ditawakali, yaitu Allah SWT. Karena tawakal memang harus disertai dengan
keyakinan akan ketauhidan Allah. Jika hati memiliki ikatan
kesyirikan-kesyirikan dengan sesuatu selain Allah, maka batallah
ketawakalannya.
4. (اعتماد القلب على الله، واستناده إليه، وسكونه إليه)
Derajat tawakal yang keempat
Menyandarkan hati sepenuhnya hanya kepada Allah SWT, dan
menjadikan situasi bahwa hati yang tenang hanyalah ketika mengingatkan
diri kepada-Nya. Hal ini seperti kondisi seorang bayi, yang hanya bisa
tenang dan tentram bila berada di susuan ibunya. Demikian juga seorang
hamba yang bertawakal, dia hanya akan bisa tenang dan tentram jika
berada di ‘susuan’ Allah SWT.
5. (حسن الظن بالله عز وجل)
Derajat tawakal yang kelimana
Husnudzan (baca ; berbaik sangka) terhadap Allah SWT. Karena tidak
mungkin seseorang bertawakal terhadap sesuatu yang dia bersu’udzan
kepadanya. Tawakal hanya dapat dilakukan terhadap sesuatu yang
dihusndzani dan yang diharapkannya.
6. (استسلام القلب له)
Derajat Tawakal yang keeman
Memasrahkan jiwa sepenuhya hanya kepada Allah SWT. Karena orang yang
bertawakal harus sepenuh hatinya menyerahkan segala sesuatu terhadap
yang ditawakali. Tawakal tidak akan mungkin terjadi, jika tidak dengan
sepenuh hati memasrahkan hatinya kepada Allah.
7. (التفويض)
Derajat tawakal yang ketujuh
Menyerahkan, mewakilkan, mengharapkan, dan memasrahkan segala
sesuatu hanya kepada Allah SWT. Dan hal inilah yang merupakan hakekat
dari tawakal.
Allah SWT berfirman: (QS. 40 : 44)
وَأُفَوِّضُ أَمْرِي إِلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ
“Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya”.
Seorang hamba yang menyerahkan segala urusannya kepada Allah, maka ia
tidak akan berbuat melainkan dengan perbuatan yang sesuai dengan
kehendak Allah. Karena dia yakin, bahwa Allah tidak akan menetapkan
sesuatu kecuali yang terbaik bagi dirinya baik di dunia maupun di
akhirat.
Tawakal Dalam Al-Qur’an
Al-Qur’an sangat menaruh perhatian terhadap
permasalahan tawakal ini. Sehingga kita jumpai cukup banyak ayat-ayat
yang secara langsung menggunakan kata yang berasal dari kata tawakal.
Berdasarkan pencarian yang dilakukan dari CD ROM Al-Qur’an, kita
mendapatkan bahwa setidaknya terdapat 70 kali, kata tawakal disebut oleh
Allah dalam Al-Qur’an. Jika disimpulkan ayat-ayat tersebut mencakup
tema berikut:
1. Tawakal merupakan perintah Allah SWT.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an (QS. 8 : 61)
وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” …. Lihat juga QS.11:123, 25:58, 26:217, 27:79, 33:3, 33:48,
2. Larangan bertawakal selain kepada Allah (menjadikan selain Allah sebagai penolong)
Allah berfirman (QS. 17:2)
وَآتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَجَعَلْنَاهُ هُدًى لِبَنِي إِسْرَائِيلَ أَلاَّ تَتَّخِذُوا مِنْ دُونِي وَكِيلاً
“Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab Taurat itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman): “Janganlah kamu mengambil penolong selain Aku,
3. Orang yang beriman; hanya kepada Allah lah ia bertawakal.
Allah berfirman (QS. 3 : 122) :
وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
“Dan hanya kepada Allahlah, hendaknya orang-orang mu’min bertawakal.” …. Lihat juga QS.3:160, 5:11, 5:23, 7:89, 8:2, 9:51, 58:10, 64:13.
4. Tawakal harus senantiasa mengiringi suatu azam (keingingan/ ambisi positif yang kuat)
Allah berfirman (QS. 3 : 159)
فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
“Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”
5. Allah sebaik-baik tempat untuk menggantungkan tawakal (pelindung)
Allah berfirman (QS. 3: 173)
وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
“Dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.” …. Lihat juga QS.4:81, 4:109, 4:132, 4:171.
6. Akan mendapatkan perlindungan, pertolongan dan anugrah dari Allah.
Allah berfirman (QS. 8 : 49):
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Barangsiapa yang tawakkal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” ….Lihat juga QS.17:65.
7. Mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat (surga)
Allah berfirman (QS. 16: 41-42):
وَالَّذِينَ هَاجَرُوا فِي اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مَا ظُلِمُوا
لَنُبَوِّئَنَّهُمْ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَلأَجْرُ الآخِرَةِ أَكْبَرُ
لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ*
الَّذِينَ صَبَرُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui, (yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan saja mereka bertawakkal” ….Lihat juga QS.29:58-59.
8. Allah akan mencukupkan orang yang bertawakal kepada-Nya.
Allah berfirman (QS. 65:3):
وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ
فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ
لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
“Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”
Penutup
Tawakal yang merupakan perintah Allah dan
sunnah Rasulullah SAW, jika dilakukan dengan baik dan benar, insya Allah
tidak akan menjadikan seorang hamba menjadi hina dan tidak memiliki
apa-apa. Karena tawakal tidak identik dengan kepasrahan yang tidak
beralasan. Namun tawakal harus terlebih dahulu didahului dengan adanya
usaha yang maksimal. Hilangnya usaha, berarti hilanglah hakekat dari
tawakal itu.
Oleh kerananya, marilah kita meningkatkan rasa tawakal kita kepada
Allah, dengan memperbanyak unsur-unsur yang merupakan derajat dalam
ketawkalan ke dalam diri kita. Sehingga kitapun dapat masuk ke dalam
surga Allah tanpa adanya hisab, sebagaimana yang dikisahkan dalam hadits
di atas.
Amin.
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama