Pasal Kesepuluh:
HIJRAH DI JALAN ALLAH
Allah
menjadikan hijrah di jalan Allah sebagai kunci di antara kunci-kunci
rizki. Saya akan membicarakan masalah ini –dengan memohon taufik Allah–
melalui dua poin berikut ini:
A. Makna hijrah di jalan Allah .
B. Dalil syar’i bahwa hijrah di jalan Allah termasuk kunci rizki.
A. MAKNA HIJRAH DI JALAN ALLAH
Hijrah
sebagaimana dikatakan oleh Imam Ar-Raghib Al-Ashfahani adalah keluar
dari negeri kafir kepada negeri iman, sebagaimana para sahabat yang
berhijrah dari Makkah ke Madinah.
Dan hijrah di jalan Allah itu,
sebagaimana dikatakan oleh Sayid Muhammad Rasyid Ridha harus dengan
sebenar-benarnya. Artinya, maksud orang yang berhijrah dari negeri-nya
itu adalah untuk mendapatkan ridha Allah dengan mene-gakkan agamaNya
yang ia merupakan kewajiban baginya, dan merupakan sesuatu yang dicintai
Allah, juga untuk me-nolong saudara-saudaranya yang beriman dari
permusuhan orang-orang kafir.
B. Dalil Syar’i Bahwa Hijrah di Jalan Allah Termasuk Kunci Rizki
Di antara dalil yang menunjukkan bahwa berhijrah di jalan Allah termasuk kunci rizki adalah firman Allah:
Barangsiapa
berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini
tempat hijrah yang luas dan rizki yang banyak.” (An-Nisa’: 100).
Yang
dimaksud luas, yaitu keluasan rizki. Inilah yang dikatakan oleh
Abdullah bin Abbas dalam menafsirkan ayat ini. Juga dikatakan oleh
Ar-Rabi’, Adh-Dhakkak, Atha’ dan mayoritas ulama.
Qatadah berkata: “Maknanya, keluasan dari kesesatan kepada petunjuk dan dari kemiskinan kepada banyaknya kekayaan.”
Imam Malik berkata:
" Keluasan yang dimaksud adalah keluasan negeri.”
" Keluasan yang dimaksud adalah keluasan negeri.”
Mengomentari
ketiga pendapat di atas, Imam Al-Qurthubi mengatakan:
“Pendapat Imam Malik lebih dekat pada kefasihan ungkapan bahasa Arab. Sebab keluasan negeri dan banyaknya bangunan menunjukkan keluasan rizki. Juga menunjukkan kelapangan dada yang siap menanggung kesedihan dan pikiran serta hal-hal lain yang menunjukkan kemudahan.”
“Pendapat Imam Malik lebih dekat pada kefasihan ungkapan bahasa Arab. Sebab keluasan negeri dan banyaknya bangunan menunjukkan keluasan rizki. Juga menunjukkan kelapangan dada yang siap menanggung kesedihan dan pikiran serta hal-hal lain yang menunjukkan kemudahan.”
Pendapat mana
saja yang kita ambil dari ketiga pendapat di atas, yang jelas semuanya
menunjukkan bahwa orang yang berhijrah di jalan Allah akan mendapatkan
janji dari Allah berupa keluasan rizki, baik dengan ungkapan langsung
maupun secara tidak langsung.
Dan sungguh janji Allah Yang Maha
Perkasa lagi Maha Menentukan adalah suatu janji yang haq serta tidak
pernah luput. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya daripada Allah?
Sungguh
dunia telah dan sampai sekarang masih menyak-sikan kebenaran janji ini.
Dan saya kira, orang yang menge-tahui sedikit tentang sejarah Islam pun
sudah tahu akan peristiwa hijrahnya para sahabat Rasulullah ke Madinah.
Ketika
para sahabat meninggalkan rumah-rumah, harta benda dan kekayaan mereka
untuk hijrah di jalan Allah , Allah serta merta mengganti semuanya.
Allah memberikan kepada mereka kunci-kunci negeri Syam, Persia dan
Yaman. Allah berikan kepada mereka kekuasaan atas istana-istana negeri
Syam yang merah, juga istana Mada’in yang putih. Kepada mereka juga
dibukakan pintu-pintu Shan’a, serta ditundukkan untuk mereka berbagai
simpanan kekayaan Kaisar dan Kisra.
Imam Ar-Razi menjelaskan
kesimpulan tafsir ayat yang mulia ini berkata:
" Walhasil, seakan-akan dikatakan, ‘Wahai manusia! Jika kamu membenci hijrah dari tanah airmu hanya karena takut mendapatkan kesusahan dan ujian dalam per-jalananmu, maka sekali-kali jangan takut! Karena sesung-guhnya Allah akan memberimu berbagai nikmat yang agung dan pahala yang besar dalam hijrahmu. Hal yang ke-mudian menyebabkan kehinaan musuh-musuhmu dan men-jadi sebab bagi kelapangan hidupmu.”
" Walhasil, seakan-akan dikatakan, ‘Wahai manusia! Jika kamu membenci hijrah dari tanah airmu hanya karena takut mendapatkan kesusahan dan ujian dalam per-jalananmu, maka sekali-kali jangan takut! Karena sesung-guhnya Allah akan memberimu berbagai nikmat yang agung dan pahala yang besar dalam hijrahmu. Hal yang ke-mudian menyebabkan kehinaan musuh-musuhmu dan men-jadi sebab bagi kelapangan hidupmu.”
PENUTUP
Segala puji bagi Allah
yang telah menganugerahi hamba-Nya yang lemah ini sehingga bisa
menyelesaikan tulisannya. Dan sungguh kepadaNya senantiasa diminta
ampunan, kemurahan dan ijabah (pengabulan).
Dari tulisan ini dapat dirumuskan beberapa poin berikut ini:
1. Allah Yang Maha Agung dan Maha Perkasa menjadikan beberapa sebab dan kunci untuk rizki, di antaranya:
a.
Istighfar (memohon ampun kepada Allah) dan taubat kepadaNya. Dan yang
dimaksud adalah melakukan ke-duanya dengan perkataan dan perbuatan.
b.
Taqwa. Dan hakikatnya adalah menjaga diri dari yang menyebabkan dosa
atau mentaati perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-laranganNya
atau menjaga diri dari sesuatu yang menyebabkan siksa, baik dengan
mela-kukan perbuatan atau meninggalkannya.
c. Tawakkal. Yaitu menampakkan kelamahan hamba serta bersandar sepenuhnya kepada Allah semata.
d. Beribadah sepenuhnya kepada Allah . Yaitu bersungguh-sungguh dalam mengkonsentrasikan hati ketika beribadah kepada Allah .
e. Mengikuti haji dengan umrah. Maksudnya, melakukan salah satunya lalu melanjutkannya dengan yang lain.
f. Silaturrahim. Yaitu berbuat baik kepada kerabat/keluarga dekat.
g. Berinfak di jalan Allah . Yaitu berinfak untuk se-suatu yang dicintai dan diridhai Allah .
h. Memberi nafkah kepada orang yang sepenuhnya me-nuntut ilmu syar’i (agama).
i. Berbuat baik kepada orang-orang yang lemah.
j.
Berhijrah di jalan Allah . Yakni keluar dari negeri kafir ke negeri
iman untuk mencari keridhaan Allah se-suai dengan syar’iatNya.
2.
Istighfar dan taubat itu wajib dengan perkataan dan perbuatan. Sebab
ber-istighfar dan bertaubat dengan lisan saja tanpa perbuatan, maka itu
adalah perilaku para pendus-ta. Sebagaimana taqwa itu harus dengan
menjaga diri dari berbuat maksiat kepada Allah, mentaati
perintah-perintah-Nya serta menjauhi larangan-laranganNya. Dan sungguh
pengakuan semata, itu sama sekali tidak bermanfaat, baik di dunia maupun
di akhirat.
3. Bertawakkal dan beribadah sepenuhnya kepada Allah tidaklah berarti meninggalkan usaha untuk mencari penghidupan.
4.
Silaturrahim itu tidak saja terbatas dalam hal harta, tetapi menyambung
(memberikan) apa yang mungkin diberi-kan dari kebaikan kepada keluarga
dekat, serta menolak bahaya dari mereka sesuai dengan kemampuan. Dan
sila-turrahim dengan ahli maksiat tidaklah menuntut adanya kecintaan,
kasih sayang dan berpura-pura dengan mereka. Tetapi sialturrahim dengan
mereka adalah berusaha meng-halangi mereka dari melakukan kemaksiatan.
Kemudian
saya wasiatkan kepada suadara-saudaraku di segenap penjuru dunia untuk
tetap berpegang teguh dengan sebab-sebab rizki tersebut. Sebab kebaikan
segala-galanya adalah dengan berpegang teguh terhadap apa yang
disyari-’atkan Sang Pencipta dan keburukkan segala-galanya adalah dengan
berpaling daripadanya. Allah berfirman:
" Hai orang-orang yang
beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru
kamu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah
bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan
sesungguhnya kepadaNya-lah kamu akan dikumpulkan.” (Al-Anfal: 24).
“ Dan
barangsiapa berpaling dari peringatanKu, maka sesungguhnya baginya
penghidupan yang sempit dan Kami akan menghimpunkannya pada hari Kiamat
dalam keadaan buta. Berkatalah ia, ‘Ya Tuhanku, mengapa Engkau
menghimpunkan aku dalam keadaan buta, pada-hal aku dahulunya adalah
seorang yang melihat?’ Allah berfirman, ‘Demikianlah, telah datang
kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya dan begitu (pula) pada
hari ini kamu pun dilupakan.” (Thaha: 124-126).
Semoga shalawat,
salam dan keberkahan dilimpahkan kepada Nabi kita, kepada segenap
keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Kemudian akhir dari do’a kita
adalah: “Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin”. (segala puji bagi Allah, Rabb
semesta alam).
MARAJI’ ( SUMBER BACAAN )
1. Al-Ihsan fi
Taqribi Shahih Ibni Hibban, Amir Ala’uddin Al-Farisi, Mu’assasah
Ar-Risalah, Beirut, cet. I 1408H., tahqiq Syaikh Syu’aib Al-Arna’uth.
2. Ahkamul Qur’an, Imam Abu Bakr Ibnul Arabi, Darul Ma’rifah Beirut, tanpa tahun, tahqiq Ustadz Ali Muham-mad Al-Bajawi.
3. Ihya’ Ulumid Din, Imam Abu Hamid Al-Ghazali, Darul Ma’rifah Beirut, tahun 1403H
4.
Al-Adabul Mufrad, Imam Muhammad bin Isma’il Al-Bukhari, Alamul Kutub
Beirut, cet. II 1405H, tartib dan kata pengantar Ustdaz Kamal Yusuf
Al-Khut.
5. Adhwa’ul Bayan fi Idhahil Qur’an bil Qur’an, Al-Allamah
Muhammad Al-Amin Asy-Syinqithi, dicetak atas dana Pangeran Ahmad bin
Abdil Aziz Ali Su’ud, tahun 1403H.
6. Aisarut Tafasir, Syaikh Abu Bakar Al-Jaza’iri, cet. 1407 H.
7.
Tahriru Alfadhit Tanbih/Lughatul Fiqh, Imam Muhyid-din An-Nawawi, Darul
Qalam Damaskus, cet. I 1408 H, tahqiq Ustadz Abdul Ghani Ad-Daqr.
8. Tuhfatul Ahwadzi Syarh Jami’it Tirmidzi, Syaikh Abdur-rahman Al-Mubarak Furi, Darul Kutub Al-Ilmiah Beirut, cet. I 1410 H.
9.
Tafsirul Baghawi/Ma’alimut Tanzil, Imam Abu Muham-mad Al-Baghawi, Darul
Ma’rifah Beirut, cet. I 1406 H, i’dad dan tahqiq Ustadz Khalid
Abdurrahman Al-Ik dan Marwan Siwar.
10. Tafsirut Tahrir wat Tanwir, Ustadz Muhammad Thahir Ibni Asyur, Ad-Darut Tunisiyah lin Nasyr Tunis,cet. 1984M.
11.
Tafsirul Khazin/Lubabut Ta’wil fi Ma’anit Tanzil, Al-Allamah Ala’uddin
Ali bin Muhammad yang terkenal dengan nama Al-Khazin, Darul Fikr Beirut,
cet. 1399 H.
12. Tafsir Abis Su’ud/Irsyadul Aql As-Salim ila Mazayal
Qur’anil Karim, Al-Qadhi Abis Su’ud, Daru Ihya’it Turats Al-Arabi,
tanpa tahun cetakan.
13. Tafsir Ath-Thabari/Jami’ul Bayan min Ta’wili
Ayil Qur’an, Imam Abu Ja’far Ath-Thabari, Darul Ma’arif Mesir, tanpa
tahun cetakan, tahqiq Syaikh Mahmud Muhammad Syakir dan Ahmad Muhammad
Syakir.
14. Tafsir Al-Qasimi/ Mahasinut Ta’wil, Al-Allamah Mu-hammad
Jamaluddin Al-Qasimi, Darul Fikr Beirut, cet. III 1398 H, tahqiq Syaikh
Muhammad Fu’ad Abdul Baqi.
15. Tafsir Al-Qurthubi/Al-Jami’li Ahkamil
Qur’an, Imam Abu Abdillah Al-Qurthubi, Dar Ihya’it Turats Al-Arabi,
tanpa tahun cetakan.
16. At-Tafsirul Qayyim, Imam Ibnul Qayyim, Darul
Fikr Beirut, cet. 1408 H, dikumpulkan oleh Syaikh Muham-mad Uwais
An-Nadawi, tahqiq Syaikh Muhammad Hamid Al-Faqi.
17. At-Tafsirul Kabir/Mafatihul Ghaib, Imam Fakhruddin Ar-Razi, Darul Kutub Al-Ilmiah Teheran, cet. II, tanpa tahun cetakan.
18.
Tafsir Ibni Katsir/Tafsirul Qur’anil Azhim, Al-Hafizh Ibnu Katsir,
Darul Faiha’ Damaskus dan Darussalam Riyadh, cet. I 1413 H, Pengantar
Syaikh Abdul Qadir Al-Arna’uth.
19. Tafsir Ibni Mas’ud , i’dad Ustadz Muhammad Ah-mad Isawi, Mu’assasah Al-Malik Faishal Al-Khairiyah, cet. I 1405 H.
20. Tafsir Al-Manar, Sayyid Muhammad Rasyid Ridha, Darul Ma’rifah Beirut, cet. II, tanpa tahun cetakan.
21.
At-Talkhis (dicetak bersama Al-Mustadrak Alash Sha-hihain), Al-Hafizh
Adz-Dzahabi, Darul Kitab Al-Arabi Beirut, tanpa tahun cetakan.
22.
Tanqihur Ruwat fi Takhriji Ahaditsil Misykat, Syaikh Ahmad Hasan
Ad-Dahlawi, Al-Majlisul Ilmi As-Salafi Lahore, tanpa tahun cetakan.
23.
Jami’ut Tirmidzi (dicetak bersama Tuhfatul Ahwadzi), Imam Abu Isa
Muhammad bin Isa, Darul Kutub Al-Ilmiah Beirut, cet. I 1410 H.
24. Hasyiatul Imam As-Sindi Ala Sunanin Nasa’i, Syaikh Abul Hasan As-Sindi, Darul Fikr Beirut, cet. 1348 H.
25. Ruhul Ma’ani, Al-Allamah Mahmud Al-Alusi, Dar Ihya’it Turats Al-Arabi Beirut, cet. IV 1405 H.
26. Zadul Masir fi Ilmit Tafsir, Imam Ibnul Jauzi, Al-Maktab Al-Islami Beirut, cet. I 1984 M.
27. Riyadhus Shalihin, Imam An-Nawawi, Mu’assasah Ar-Risalah Beirut, cet. V 1405 H, tahqiq Syaikh Syu’aib Al-Arna’uth.
28.
Silsilatul Ahadits Ash-Shahihah, Syaikh Muhammad Nashruddin Al-Albani,
Al-Maktabah Al-Islamiah Oman dan Ad-Darus Salafiah Kuwait, 1403 H.
29.
Sunan Abu Daud (dicetak bersama Aunul Ma’bud), Imam Sulaiman bin
Al-Asy’ats As-Sijistani, Darul Kutub Al-Ilmiah Beirut, cet. I 1410 H.
30.
Sunan Ibni Majah, Imam Abu Abdillah Muhammad bin Yazid Al-Qazwaini Ibni
Majah, Syirkah Ath-Thiba’ah Al-Arabiyah As-Su’udiyah, cet. II 1404 H,
tahqiq Dr. Muhammad Musthafa Al-A’zhami.
31. Sunan An-Nasa’i (dicetak
bersama Syarh As-Suyuthi wa Hasyiah As-Sindi), Imam Abu Abdurrahman
Ahmad bin Syu’aib An-Nasa’i, Darul Fikr Beirut, cet. I 1348 H.
32.
Syarhus Sunnah, Imam Al-Baghawi, Al-Maktab Al-Islami Beirut, cet. I 1390
H, tahqiq Syaikh Syu’aib Al-Arna’uth dan Zuhair Asy-Syawish.
33. Syarh Nawawi ala Shahih Muslim, Imam An-Nawawi, Darul Fikr Beirut, 1401 H.
34.
Shahihul Bukhari (dicetak bersama Fathul Bari), Imam Muhammad bin
Ismail Al-Bukhari, Ar-Ri’asah Al-Ammah lil Idarat Al-Buhuts Al-Ilmiah wa
Ifta’ wad Dakwah wal Irsyad Riyadh, tanpa tahun cetakan.
35. Shahih
Ibni Khuzaimah, Imam Abu Bakr Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah,
Al-Maktab Al-Islami Beirut, tanpa tahun cetakan, tahqiq Dr. Muhammad
Musthafa Al-A’zhami.
36. Shahih Sunan At-Tirmidzi, Syaikh Muhammad
Nashiruddin Al-Albani, Maktab At-Tarbiyah Al-Arabi lil Duwalil Khalij
Riyadh, cet. I 1409 H.
37. Shahih Sunan Abu Daud, Syaikh Muhammad
Nashi-ruddin Al-Albani, Maktab At-Tarbiyah Al-Arabi li Duwalil Khalij
Riyadh, cet. I 1409 H.
38. Shahih Sunan Ibni Majah, Syaikh Muhammad
Nashi-ruddin Al-Albani, Maktab At-Tarbiyah Al-Arabi li Duwalil Khalij,
cet. III 1408 H.
39. Shahih Sunan An-Nasa’i, Syaikh Muhammad
Nashi-ruddin Al-Albani, Maktab At-Tarbiyah Al-Arabi li Duwalil Khalij
Riyadh, cet. I 1409 H.
40. Shahih Muslim, Imam Muslim bin Hajjaj
Al-Qusyairi, Ar-Ri’asah Al-Ammah lil Idarat Al-Buhuts Al-Ilmiah wal
Ifta’ wad Dakwah wal Irsyad Riyadh, cet. 1400 H, tahqiq Syaikh Muhammad
Fu’ad Abdul Baqi.
41. Dha’ifu Sunan Abi Daud, Syaikh Muhammad Nashi-ruddin Al-Albani, Al-Maktab Al-Islami Beirut, cet. I 1412 H.
42. Umdatul Qari’ Syarh Shahihil Bukhari, Al-Allamah Badruddin Al-Aini, Darul Fikr Beirut, tanpa tahun cetakan.
43. Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abu Daud, Al-Allamah Abu Ath-Thayyib Al-Azhim Abadi, Darul Kutub Al-Ilmiah Beirut, cet. I 1410 H.
44.
Fathul Bari Syarh Shahihil Bukhari, Al-Hafizh ibnu Hajar, Ar-Ri’asah
Al-Ammah lil Idarat Al-Buhuts Al-Ilmiah wal Ifta’ wad Dakwah wal Irsyad
Riyadh, tanpa tahun cetakan.
45. Fathul Qadir, Imam Muhammad bin Ali
Asy-Syaukani, Al-Maktabah At-Tijariah Makkah Al-Mukarramah, catatan kaki
Ust. Sa’id Muhammad Al-Lahham, tanpa tahun cetakan.
46. Faidhul
Qadir Syarh Al-Jami’ush Shaghir, Al-Allamah Muhammad yang dipanggil
dengan Abdur Ra’uf Al-Manawi, Darul Ma’rifah Beirut, tanpa tahun
cetakan.
47. Al-Qamusul Muhith, Al-Allamah Majduddin Al-Fairuz Abadi,
Al-Mu’assasah Al-Arabiyah lith Thiba’ah wan Nasyr Beirut, tanpa tahun
cetakan.
48. Kitabut Ta’rifat, Al-Allamah Al-Jurjani, Maktabah Lubnan Beirut, 1985 M.
49.
Kitab Az-Zuhd, Imam Abdullah Ibnu Mubarak, Darul Kutub Al-Ilmiah
Beirut, tahqiq Syaikh Habibur Rahman Al-A’zhami, tanpa tahun cetakan.
50.
Kitabus Sunan Al-Kubra, Imam Abu Abdurrahman Ahmad bin Syu’aib
An-Nasa’i, Darul Kutub Al-Ilmiah Beirut, cet. I 1411 H, tahqiq Dr. Abdul
Ghaffar Sulaiman Al-Bandari dan Sayid Karwi Hasan.
51. Kitabun
Nazhar wal Ahkam fi Jami’i Ahwalis Suuq, Imam Yahya bin Umar
Al-Andalusi, Asy-Syirkah At-Tunisiah lit Tauzi’, cet. 1975 M.
52.
Al-Kasysyaf ‘an Haqa’iqit Tanzil wa ‘Uyunil Aqawil fi Wujuhit Ta’wil,
Al-Allamah Abul Qasim Az-Zamahsyari, Darul Ma’rifah Beirut, tanpa tahun
cetakan.
53. Kasyful Khafa’ wa Muzilul Ilbas, Syaikh Ismail bin
Muhammad Al-’Ajwali, Mu’assasah Ar-Risalah Beirut, cet. IV 1405 H,
tashhih Ust. Ahmad Al-Qalasy.
54. Majma’uz Zawa’id wa Manba’ul Fawa’id, Al-Hafizh Nuruddin Al-Haitsami, Darul Kitab Al-Arabi Beirut, cet. III, 1402 H.
55.
Al-Muharrar Al-Wajiz fi Tafsiril Kitab Al-Aziz, Al-Qadhi Ibnu Athiyyah
Al-Andalusi, tahqiq Al-Majlis Al-Ilmi bi Fas, tanpa penerbit dan tahun
cetakan.
56. Al-Mustadrak Alash Shahihain, Imam Abu Abdillah Al-Hakim, Darul Kitab Al-Arabi Beirut, tanpa tahun cetakan.
57.
Al-Musnad, Imam Ahmad bin Hambal, Darul Ma’arif lith Thiba’ah wan Nasyr
Mesir, cet. III, tahqiq Syaikh Ahmad Muhammad Syakir (Al-Musnad, Imam
Ahmad bin Hambal, Al-Maktab Al-Islami Beirut).
58. Musnad Asy-Syihab,
Al-Qadhi Abu Abdillah Muhammad bin Salamah Al-Qadha’i, Mu’assasah
Ar-Risalah Beirut, cet. II 1407 H, tahqiq Syaikh Hamdi Abdul Majid
As-Salafi.
59. Misykatul Mashabih, Syaikh Muhammad Abdullah Al-Hathib
At-Tibrizi, Al-Maktab Al-Islami Beirut, cet. II 1399 H, tahqiq Syaikh
Muhammad Nashiruddin Al-Albani.
60. Al-Mufradat fi Gharibil Qur’an,
Imam Raghib Al-Ashfahani, Darul Ma’rifah Beirut, tahqiq Ust. Sayid
Kailani, tanpa tahun cetakan.
61. Nuzhatun Nazhar fi Taudhihi Nukhbatil Fikar, Al-Hafizh Ibnu Hajar, Penerbit Qur’an Mahal Karachi, tanpa tahun cetakan.
62.
An-Nihayah fi Gharibil Hadits wal Atsar, Imam Ibnul Atsir, Al-Maktabah
Al-Islamiyah Beirut, tahqiq Ust. Thahir Ahmad Az-Zawi dan Dr. Muhammad
Ath-Thanaji.
63. Hamisyul Ihsan fi Taqribi Shahih Ibni Hibban, Syaikh Syu’aib Al-Arna’uth, Mu’assasah Ar-Risalah Beirut, cet. I 1408 H.
64. Hamisyul Musnad, Syaikh Ahmad Muhammad Syakir, Darul Ma’arif lith Thiba’ah wan Nasyr Mesir, cet. III.
65. Hamisy Misykatil Mashabih, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Al-Maktab Al-Islami Beirut, cet. III 1399 H.
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama