Cinta dan Waktu

CINTA DAN WAKTU DALAM ISLAM


Sepasang muda mudi ingin menikah.
Sudah berapa lama kalian saling mencintai?“  Tanya saya.
Sudah tiga, hampir empat minggu,” jawab mereka.
Ini terlalu singkat. Menurut saya minimum satu tahun bolehlah.

 
Dua tahun lebih baik lagi.
Ada baiknya untuk saling bertemu, bukan saja pada hari-hari libur atau hari minggu dengan berpakaian rapih, tapi juga pada saat bekerja di dalam hidup sehari-hari.
Waktu belum rapi, atau cukur, masih mengenakan kaos oblong, belum cuci muka, rambut masih awut-awutan, dalam suasana yang tegang atau berbahaya.

Ada suatu peribahasa kuno,
Jangan kawin sebelum mengalami musim panas dan musim dingin bersama dengan pasanganmu.
Sekiranya kalian ragu-ragu tentang perasaan cintamu, sang waktu akan memberi kepastian.
Tanyakan:
  • Apakah cinta kita telah melewati musim panas dan musim dingin?
  • Sudah cukup lamakah kita saling mengenal?
Dan izinkan saya memberikan suatu kesimpulan yang gamblang.
Seks bukan batu ujian bagi cinta.
  • Jika sepasang muda mudi ingin punya hubungan seksual untuk mengetahui apakah mereka saling mencintai
Perlu ditanyakan pada mereka, “Demikian kecilnya cinta kalian?
Jika kedua-duanya berpikir,
  • Nanti malam kita mesti melakukan seks – kalau tidak pasanganku akan mengira bahwa aku tidak mencintai dia atau bahwa dia tidak mencintai aku
Maka rasa takut akan kemungkinan gagal sudah cukup menghalau keberhasilan percobaan itu.
  • Seks bukan suatu batu ujian bagi cinta, sebab seks akan musnah saat diuji.
  • Cobalah adakan observasi atas diri Anda sendiri pada waktu Anda pergi tidur.
Anda mengobservasi diri sendiri, kemudian tidak bisa tidur. Atau Anda tidur, kemudian tidak lagi bisa mengobservasi diri sendiri.
Sama benar halnya dengan seks sebagai suatu batu ujian untuk cinta. Saudara menguji, sesudah itu tidak lagi mau mencintai.
Atau saudara mencintai, kemudian tidak menguji.
Untuk kepentingan cinta itu sendiri, cinta perlu mengekang menyatakan dirinya secara jasmaniah sampai bisa dimasukkan ke dalam dinamika segitiga perkawinan.

Makna ‘Cinta Sejati’ terus dicari dan digali. Manusia dari zaman ke zaman seakan tidak pernah bosan membicarakannya.  Sebenarnya? apa itu ‘Cinta Sejati’ dan bagaimana pandangan Islam terhadapnya?
 Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga terlimpahkan kepada nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Masyarakat di belahan bumi manapun saat ini sedang diusik oleh mitos ‘Cinta Sejati‘, dan dibuai oleh impian ‘Cinta Suci’.Karenanya, ramai-ramai, mereka mempersiapkan diri untuk merayakan hari cinta Valentine’s Day.
Inilah sepenggal cuplikan pembahasan mengenai arti cinta sepasang remaja dan waktu lah yang menentukan perkawinan tanpa landasan kokoh agama, yang kemungkinan akan menimbulkan masalah-masalah dalam kehidupan perkawinan nanti nya.

Syariat Islam Mengenai Cinta & Menikah

Cinta seorang laki-laki kepada wanita dan cinta wanita kepada laki-laki adalah perasaan yang manusiawi yang bersumber dari fitrah yang diciptakan Alloh Subhanallohu wa Ta’ala di dalam jiwa manusia.
Yaitu kecenderungan kepada lawan jenisnya ketika telah mencapai kematangan pikiran dan fisiknya. Sebagaimana Firman Alloh Subhanallohu wa Ta’ala, yang artinya:
Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia mencipta kan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri , supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya , dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar- benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir(QS. Ar Rum: 21)

Cinta pada dasarnya adalah bukanlah sesuatu yang kotor, karena kekotoran dan kesucian tergantung dari bingkainya. Ada bingkai yang suci dan halal dan ada bingkai yang kotor dan haram.

Cinta mengandung segala makna kasih sayang, keharmonisan, penghargaan dan kerinduan, disamping mengandung persiapan untuk menempuh kehiduapan dikala suka dan duka, lapang dan sempit.

Cinta Adalah Fitrah Yang Suci

Cinta bukanlah hanya sebuah ketertarikan secara fisik saja. Ketertarikan secara fisik hanyalah permulaan cinta bukan puncaknya. Dan sudah fitrah manusia untuk menyukai keindahan.
Tapi disamping keindahan bentuk dan rupa harus disertai keindahan kepribadian dengan akhlak yang baik.
Islam adalah agama fitrah karena itulah islam tidaklah membelenggu perasaan manusia.Islam tidaklah mengingkari perasaan cinta yang tumbuh pada diri seorang manusia.
Akan tetapi islam mengajarkan pada manusia untuk menjaga perasaan cinta itu dijaga , dirawat dan dilindungi dari segala kehinaan dan apa saja yang mengotorinya.
Islam mebersihkan dan mengarahkan perasaan cinta dan mengajarkan bahwa sebelum dilaksanakan akad nikah harus bersih dari persentuhan yang haram.

Menikah Tanpa Cinta

Adakalanya sebuah pernikahan terjadi tanpa dilandasi oleh cinta. Mereka berpendapat bahwa cinta itu bisa muncul setelah pernikahan.
Islam memandang bahwa faktor ketertarikan merupakan faktor yang tidak bisa diabaikan begitu saja.
Islam melarang seorang wali menikahkan seorang gadis tanpa persetujuannya dan menghalanginya untuk memilih lelaki yang disukainya seperti yang termuat dalam Al Qur’an dan Al Hadist, Firman Alloh Subhanallohu wa Ta’ala, yang artinya:
Maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin dengan bakal suaminya(QS. Al Baqarah: 232)
Dari Ibnu Abbas rodhiyallahu anhu , bahwa seorang wanita datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam , lalu ia memberitahukan bahwa ayahnya telah menikahkannya padahal ia tidak suka , lalu Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam memberikan hak kepadanya untuk memilih(HR Abu Daud)
Karena yang menjalani sebuah pernikahan adalah kedua pasangan itu bukanlah wali mereka.
Selain itu seorang yang hendak menikah hendaknyalah melihat dahulu calon pasangannya seperti termuat dalam hadist:
Apabila salah seorang dari kamu meminang seorang wanita maka tidaklah dosa atasnya untuk melihatnya, jika melihatnya itu untuk meminang, meskipun wanita itu tidak melihatnya(HR. Imam Ahmad)
Memang benar dalam beberapa kasus, pasangan yang menikah tanpa didasari cinta bisa mempertahankan pernikahannya.
Tapi apakah hal ini selalu terjadi, bagaimana bila yang terjadi adalah sebuah neraka pernikahan, kedua pasangan saling membenci dan saling mencaci maki satu sama lain.
Sebuah pernikahan dalam islam diharapkan dapat memayungi pasangan itu untuk menikmati kehidupan yang penuh cinta dan kasih sayang dengan mengikat diri dalam sebuah perjanjian suci yang diberikan Alloh Subhanallohu wa Ta’ala.
Karena itulah rasa cinta dan kasih sayang ini sudah sepantasnya merupakan hal yang harus diperhatikan sebelum kedua pasangan mengikat diri dalam pernikahan.
Karena inilah salah satu kunci kebahagian yang hakiki dalam mensikapi problematika rumah tangga nantinya.


SEMOGA BERMANFA’AT – ALHAMDULILLAH

Share on Google Plus

About Admin

Khazanahislamku.blogspot.com adalah situs yang menyebarkan pengetahuan dengan pemahaman yang benar berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan pemahaman generasi terbaik dari para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam beserta pengikutnya.
    Blogger Comment

0 komentar:

Post a Comment


Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com

Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama