Seorang muslim pasti akan menjawab ucapan ‘Assalamu ‘alaikum’ lebih baik dan lebih utama.
Maka itu, tinggalkanlah ucapan ‘Hallo’ dan ganti dengan ucapan ‘Assalamu ‘alaikum’ dikala menelepon atau menjawab telepon.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kamu tidak akan
masuk ke Surga hingga kamu beriman, kamu tidak akan beriman secara
sempurna hingga kamu saling mencintai. Maukah kamu kutunjukkan sesuatu,
apabila kamu lakukan akan saling mencintai? Biasakan mengucapkan salam
di antara kamu (apabila bertemu).” [HR. Muslim 1/74, begitu juga imam
yang lain].
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ada tiga perkara,
barangsiapa yang bisa mengerjakannya, maka sungguh telah mengumpulkan
keimanan: 1. Berlaku adil terhadap diri sendiri; 2. Menyebarkan salam ke
seluruh penduduk dunia; 3. Berinfak dalam keadaan fakir.” [HR.
Al-Bukhari dengan Fathul Bari 1/82, dari hadits ‘Amar z secara mauquf
muallaq].
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: “Sesungguhnya
seorang laki-laki bertanya kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam,
manakah ajaran Islam yang lebih baik?” Rasul shalallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Hendaklah engkau memberi makanan, mengucapkan salam kepada
orang yang kamu kenal dan yang tidak.” [HR. Al-Bukhari dengan Fathul
Bari 1/55, Muslim 1/65].
Berikut ini adalah salah satu contoh adab seorang ulama tatkala menerima telepon (dinukil dari http://abusalma.net/?p=1178#more-1178) :
Ini adalah transkrip percakapan seorang penuntut ilmu dengan Asy-Syaikh al-Muhaddits ‘Abdullâh bin Shâlih al-‘Ubailân hafizhahullâhu
via telepon. Dalam percakapan ini, Syaikh mendukung pendapat Syaikh
‘Ali al-Halabî dan masyaikh Syam akan kesalafiyahan Syaikh Muhammad
Hassân.
Syaikh : Na’am (iya)*
[Catatan : Ini adalah adab seorang ulama yang patut ditiru, yaitu beliau berupaya menghindarkan diri dari tasyabbuh
(menyerupai) kaum kafir dengan sering mengawali percakapan di telepon
dengan kata “hallo”, dan lebih memilih untuk mengucapkan “iya”, pent.]
Penanya : Assalâmu ‘alaikum warohmatullâhi wabarokâtuh
Syaikh : Wa’alaikum as-Salâm warohmatullâhu wabarokâtuh
Penanya : Hayyakumullâhu ya Syaikh
Syaikh : Allôhu yuhyîka
Penanya : Apakah diizinkan Saya merekam pertanyaan ini?*
[Catatan : Ini adalah adab penuntut ilmu, meminta izin terlebih dahulu apabila akan merekam sebuah pembicaraan, pent.]
Syaikh : Pertanyaannya apa dulu sebelum Anda merekamnya?*
[Catatan : Ini menunjukkan pemahaman yang dalam dari diri Syaikh
untuk melihat jenis dan bentuk pertanyaannya sebelum beliau
mengizinkannya untuk direkam.]
Penanya : Pertanyaannya wahai Syaikh, sesungguhnya
sebagian saudara kita –wahai Syaikh-, mereka terpengaruh dengan Syaikh
Muhammad Hassân. Saya ingin menasehati mereka, karena itu Saya ingin
minta nasehat Anda untuk mereka wahai Syaikh.
Syaikh : Ada apa emangnya dengan Syaikh Muhammad Hassân? Kenapa dengan Syaikh Muhammad Hassân?
Penanya : Demi Alloh, para ulama membicarakan tentang Syaikh Muhammad Hassân.*
[Catatan : Di sini sang penanya tampak agak kaget sebab Syaikh memberikan jawaban yang berbeda dengan yang diinginkannya, Pent.]
Syaikh : Siapa ulama yang membicarakannya? Apakah Syaikh ‘Abdul Muhsin al-‘Abbâd?!
[Catatan : Di sini Syaikh hendak menunjukkan bahwa Syaikh ‘Abdul
Muhsin al-‘Abbad seharusnya yang menjadi rujukan di dalam masalah jarh wa ta’dîl karena beliau adalah ulama yang paling obyektif, pent.]
Penanya : Syaikh ‘Ubaid al-Jâbirî telah membicarakannya, dan beliau mengatakan bahwa dia (Syaikh Muhammad Hassân) adalah Quthbî (nisbat kepada Sayyid Quthb-pent) wahai Syaikh.
Syaikh : ‘Ubaid al-Jâbirî ini mengambil posisi ulama tentang hal ini ataukah perkara ini merupakan haknya dan selainnya?
Penanya : Sebagian ikhwah bertanya kepada beliau dan beliau menjawab bahwa dia adalah Quthbî wahai Syaikh.
Syaikh : ‘Ala kulli hâl (biar bagaimanapun) ini merupakan ijtihâd dari Syaikh (al-Jâbirî), yang bisa benar dan bisa keliru. Sesungguhnya, saudara kami al-Akh Muhammad Hassân adalah termasuk seorang yang berilmu (ulama) dan pemilik keutamaan. Kami tidak mendakwakan bahwa beliau itu ma’shûm
dan tidak pernah bersalah. Namun beliau adalah termasuk ahlus sunnah
dan orang yang membela aqidah dan sunnah serta beliau termasuk jajaran
da’i yang terdepan yang menampakkan pembelaan terhadap aqidah dan sunnah
di dunia. Beliau banyak memberikan manfaat di Mesir, Syam dan
selainnya.
Penanya : Maksudnya wahai Syaikh, Muhammad Hassân itu termasuk ahlus sunnah?
Syaikh : Iya, iya, termasuk ahlus sunnah.
Penanya : Bukannya dia memiliki kesalahan-kesalahan wahai Syaikh?
Syaikh : Tidak ada orang yang tidak memiliki
kesalahan wahai saudaraku. Akan tetapi kesalahan-kesalahan beliau ini
tidak mengeluarkannya dari ahlus sunnah.
Penanya : Mereka juga mengatakan bahwa dia juga seorang ikhwânî wahai Syaikh.
Syaikh : Tidak, tidak, beliau bukan seorang ikhwânî, bukan… beliau adalah seorang salafî,
dan seorang salafî itu senantiasa tidak akan menyebutkan guru-gurunya
kecuali Syaikh Muhammad bin ‘Utsaimîn –yang beliau sendiri belajar
padanya-, menyebutkan Syaikh ‘Abdul ‘Azîz bin Bâz dan menyebukan
al-Albânî. Tidak akan selamanya dia berargumen dengan salah seorang pun
selain mereka.
Penanya : Jazzâkallâhu khoyron wahai Syaikh, bârokallôhu fîka yâ Syaikh, hayyakallohu yâ Syaikh…
Maka dari itu, ucapkanlah salam sebelum orang lain mengucapkan salam kepadamu dengan salam penghuni kubur….
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama