Dulu,
aku adalah seorang da`i hizbiyah. Aku dulu memiliki semangat besar
dalam mengajak manusia kepada Islam hizbi. Akan tetapi, setelah beberapa
tahun, Allah memberiku hidayah kepada manhaj yang benar, yaitu manhaj
salafus shalih, karena salah seorang ikhwah salafiyyin. Namun setelah
bergabung dengan dakwah salafiyah ini, aku mendapati permusuhan di
antara salafiyyin dalam bentuk umum. Aku sendiri juga mendapatkan
tekanan-tekanan dari sebagian salafiyyin di daerahku yang banyak berbuat
buruk kepadaku.
Pertama-tama, kami memuji Allah yang telah menyelamatkan dan
menyembuhkanmu dari penyakit hizbiyah. Penyakit ini adalah kanker ganas
yang akan membinasakan tubuh umat pada zaman kita sekarang ini. Tidak
ada kemuliaan bagi kaum muslimin kecuali dengan berpegang teguh dengan
Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya berdasarkan pemahaman salaf shalih.
Kemudian aku sangat menyesalkan- tetapi itu semua sudah menjadi
takdir Allah-, engkau meminta nasihat setelah engkau keluar dari
negerimu. Seharusnya, yang lebih utama adalah engkau tetap tinggal dan
tidak safar, terutama saat ini umat membutuhkan da`i-da’i sepertimu.
Yang harus engkau ketahui dan sadari adalah bahwa jalan dakwah itu
penuh dengan duri, bukan jalan mulus yang dihiasi oleh taman bunga. Maka
manusia yang berdakwah kepada agama Allah akan menghadapi banyak
resiko, tantangan, ujian, kesulitan bahkan fitnah dan permusuhan.
Allah menjadikan ujian ini sebagai sesuatu yang mesti bagi para da`i,
karena seorang da`i haruslah menjadi suri teladan bagi manusia, maka
Allah kadang menguji seorang da`i hingga dia menjadi contoh hidup bagi
manusia. Nabi adalah suri teladan yang terbaik, Allah berfirman:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu.”" (QS. Al-ahzab: 21)
Engkau mengetahui bahwa Rasulullah, telah mendapatkan gangguan dan
tekanan dari orang-orang munafiq dan orang-orang kafir. Maka saat
seorang da`i mengingat berbagai kesulitan ini, dia akan menjadikan
dirinya kecil dan mengkerdilkannya, hingga sikap yang demikian akan
mendorongnya untuk tetap berada di atas kesabaran.
Sesungguhnya dakwah kepada agama Allah adalah sebuah profesi agung,
serta kedudukan yang amat tinggi. Oleh karena itu, dakwah adalah perkara
termahal yang dituju oleh seorang muslim pada kehidupan dunia ini
setelah keimanannya kepada Allah. Bagaimana tidak, dakwah adalah profesi
para nabi dan rasul, dan tugas orang-orang shalih yang bertakwa. Dengan
dakwah, seorang da`i dapat mempengaruhi hati manusia, dan bisa
menyampaikan pemikiran Islam yang benar kepada mereka. Yang dengannya
manusia menjadi berbahagia, keluar dari pekatnya kegelapan dan berganti
mengenakan pakaian cahaya, petunjuk, keagungan dan kemuliaan.
Tidak diragukan lagi bahwa perselisihan ikhwan salafiyin adalah
perkara yang jelas, dan sumber penentangan itu adalah sebagian kelompok
ingin meyakinkan bahwa dirinyalah yang lebih salaf dari kelompok yang
lain, dan bahwa merekalah sumber rujukan yang harus menjadi ukuran.
Sebagian mereka merasa dan meyakini bahwa merekalah yang telah mewarisi
kepemimpinan salafiyah. Kadang, sumber perselisihan itu adalah
kecemburuan dan hasad, karena sebagian ikhwah cinta kepemimpinan dan
kedudukan, sementara da’i lain telah mendapatkan tempat di hati
masyarakat. Semua ini karena sedikitnya ilmu, fiqih, wara` dan
pemahaman, serta ketidaktahuan akan metode-metode dakwah. Bukan karena
rusaknya aqidah seperti da`i-da`i hizbiyah, dan orang-orang yang
memiliki aqidah rusak lain yang juga terjadi perselisihan dan permusuhan
di antara mereka. Maka perkara yang demikian tidak hanya terjadi pada
da`i-da`i salaf saja namun juga terjadi pada yang lain, bahkan
perselisihan serta persaingan di luar kelompok salafiyah lebih parah.
Bagaimanapun keadaannya, maka para da`i salafiyah lebih baik dari
selain mereka dari sisi akidah, fiqih, dan ilmu. Mereka adalah
orang-orang yang lebih dekat dengan hati kita daripada yang lain.
Mereka, sekalipun berselisih di antara sebagian mereka, maka
perselisihan itu berada pada sebagian sisi manhaj dan cara menerapkan,
bukan pada ushul (pokok ajaran) dan tsawabit (ajaran yang prinsip dan
konstan).
Yang demikian itu mewajibkanmu untuk tidak melalaikan
kebaikan-kebaikan seluruh salafiyin, yaitu dari sisi bersihnya aqidah
mereka, semangat mereka dalam dakwah, serta kesungguhan mereka dalam
meluruskan aqidah manusia, dan semangat mengajarkan tauhid kepada
mereka.
Oleh karena itu, aku berharap agar engkau tidak tergesa-gesa berdo`a
buruk atas mereka. Mereka adalah saudara-saudaramu, sekali pun
memusuhi mu. Haruslah di dalam hatimu terdapat rahmat, kasih sayang
kepada mereka sekalipun kamu berselisih pandang dengan mereka. Allah
berfirman:
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan
dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang
sesama mereka.”" (QS. Al-Fath: 29)
Sebagaimana pula tidak boleh bagimu untuk membalas orang yang berbuat
buruk kepadamu dengan keburukan. Ini bukanlah sifat orang yang berakal
dan bijaksana. Allah berfirman:
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru
kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “”Sesungguhnya
Aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?”" (QS. Fushshilat: 33)
Dari Abdullah bin `Amr dia berkata:
لَمْ يَكُنْ النَّبِيُّ فَاحِشًا وَلَا مُتَفَحِّشًا وَكَانَ يَقُولُ إِنَّ مِنْ خِيَارِكُمْ أَحْسَنَكُمْ أَخْلَاقًا
“Bukanlah Nabi itu adalah seorang yang berbuat keji dan berkata
keji, dan beliau pernah bersabda: “”Sesungguhnya sebaik-baik kalian
adalah yang terbaik akhlaknya di antara kalian.”" (HR. al-Bukhari
(3295))
Dan ingatlah sabda Nabi :
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
“Seorang muslim itu adalah orang yang kaum muslimin selamat dari lisan dan tangannya.”" (HR. Muslim (58)
Seandainya engkau serius membantah saudara-saudaramu maka engkau akan
turut membuka pintu ghibah dan namimah. Permasalahan tersebut tidak
akan berakhir dengan bantahanmu terhadap mereka, bahkan mereka akan
membantahmu, kemudian kamu akan membantahnya untuk kedua kalinya, lalu
mereka akan membantahmu. Engkau akan mendapatkan dirimu selang beberapa
waktu bahwa usiamu telah pergi begitu saja, tanpa guna di antara katanya
dan katanya, saling membantah tuduhan, cacian dan tahdzir yang semakin
menambah permusuhan dan kebencian diantara kalian. Ini adalah keadaan
orang yang meniti manhaj asing yang menyusup kedalam tubuh kaum muslimin
ini. Maka barangsiapa tidak berkasih sayang dan tidak berhusnudzan
dengan saudaranya, serta tidak mau memberikan udzur kepadanya, maka
ketahuilah bahwa dia sedang berada diatas sebuah manhaj yang tidak akan
kaitannya dengan manhaj salafus shalih, tidak dari jarak dekat tidak
juga dari jauh, sekalipun mereka mengklaim dirinya berada di atas manhaj
yang mulia ini.
Pada saat kaum misionaris tengah bekerja siang dan malam, serta
kelompok-kelompok sesat bergerak menyebarkan berbagai pemikiran mereka
diantara kaum muslimin, usahamu dalam mendakwahi manusia serta
membersihkan aqidah mereka menjadi sia-sia karena perkara yang tidak
bernilai dan tak berharga jika engkau masuk dalam medan perdebatan
tersebut. Maka tinggalkanlah yang demikian, dan jadilah engkau orang
yang berjiwa besar, berakal dan lebih bernilai dari perkara yang tak
berarti ini, terutama jika kajian dan tulisanmu sesuai dengan
kaidah-kaidah al-Qur`an dan Sunnah.
Kemudian, aku mengingatkanmu bahwa seorang da`i haruslah menjadi
orang yang kuat dan percaya diri, tidak menghiraukan mereka, karena dia
tidak bekerja untuk mereka melainkan bekerja untuk Allah . Maka jadilah
engkau orang yang senantiasa bersama dengan Allah, dan jangan kau
hiraukan yang lain. Dan janganlan engkau menjadikan tujuanmu adalah
keridhaan mereka, akan tetapi jadikanlah tujuanmu adalah keridhaan
Penciptamu.
Perselisihan itu adalah sunnatullah dalam alam imi. Allah berfirman:
“Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu dia menjadikan manusia umat yang
satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat”" (QS. Huud: 118)
Akan tetapi biar bagaimanapun perselisihanmu dengan saudara-saudaramu
maka engkau harus bersikap adil dengan mengingat kesungguhan dan
kebaikan mereka dalam dakwah. Jika engkau tidak mengingat hal ini, dan
orang yang menyelisihimu juga tidak mengingat hal ini, maka ketahuilah
bahwa disana terdapat cacat dari sisi tarbiyah dan sisi kejiwaan, yang
sumbernya adalah dendam, cemburu dan hasad. Maka bersikap adil adalah
mulia sebagaimana dikatakan oleh Imam Dzahabi, tidak akan bisa berbuat
baik kecuali orang-orang yang adil. Dan sudah diketahui bahwa jika
didapatkan sikap adil, maka sedikitlah pendorong kepada hasad, cemburu
dan permusuhan, serta hilanglah sebab-sebab perseteruan diantara ahli
ilmu. Dan jika sikap adil itu tertutupi maka ketahuilah bahwa hawa nafsu
telah masuk ke dalam jiwa. Barangsiapa mencari kebenaran, maka dia akan
mendapati dirinya bersikap adil, dan barangsiapa mencari kebathilan
serta membela diri dan hawa nafsunya maka sikap adil akan tertutup
baginya.
Maka yang wajib adalah, engkau dan orang yang menyelisihimu harus
menjauhi su`udzan (buruk sangka) dan mengghibah. Allah berfirman:
“Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal.”" (QS. Al-Hujurat: 18)
Dan ingatlah wasiat Nabi , dan amalkanlah wasiat tersebut sekalipun
orang yang menyelisihimu tidak mengamalkannya, dan janganlah engkau
menghiraukan dia. Nabi bersabda:
لاَ تَحَاسَدُوا وَلاَ تَنَاجَشُوا، وَلاَ تَبَاغَضُوا، وَلاَ تَدَابَرُوا
“Janganlah kalian saling dengki, janganlah kalian saling mencari-cari
kesalahan, janganlah kalian saling membenci, dan janganlah kalian
saling membelakangi…”" (HR. Muslim (3650))
Dikarenakan banyak diantara perselisihan-perselisihan, sumber pokonya
adalah kecemburuan, dan kedengkian. Maka wajib atasmu berdo`a dengan
do`a ini:
“Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan Saudara-saudara kami yang Telah
beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan
kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb
kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.”" (QS.
Al-Hasyr: 10)
Yang terakhir, selama engkau telah pergi jauh untuk bekerja, maka
manfaatkanlah waktumu untuk menambah ilmu syar`i, terutama Kerajaan
Saudi Arabia adalah jantungnya Islam yang di dalamnya terdapat
ulama-ulama besar dan para pencari ilmu. Wajib atasmu untuk mengambil
manfaat dari ujian yang melewatimu ini, engkau haruslah menjadi seorang
yang tangguh, sabar, orang yang memiliki kemauan tinggi, sayang terhadap
sesama ikhwah, dan perbanyaklah percaya dirimu dan jangan hiraukan
orang yang menyelisihimu. Wallahul Muwaffiq (AR) “
Sumber: http://qiblati.com
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama