Fadha’il artinya kelebihan atau keutamaan. Ketertarikan kita terhadap
sesuatu (atau tidak) bergantung pada ilmu kita tentang kelebihan atau
kegunaan sesuatu itu. Agar manusia tertarik kepada Alquran, Rasulullah
Saw pun memberi banyak fadha’il al Qur’an. Meski demikian, ketertarikan
manusia kepada Alquran pun sangat bergantung pada iman dan keyakinannya
kepada janji Allah Swt dan Rasul-Nya. Misalnya, Umar bin Khatthab Ra
sangat tertarik kepada Alquran setelah membaca firman Allah Swt
Artinya : “Thaha, Tidaklah Kami turunkan Alquran ini agar kamu sengsara.” (QS Thaha: 1-2)
Sebaliknya, Walid bin Mughirah – walaupun sangat tertarik kepada
Alquran dengan memuji setinggi-tingginya pada akhirnya ia tidak beriman
kepada Alquran dan berusaha mencari alasan untuk menjauhkan diri dengan
mengatakan “Itu adalah sihir yang diajarkan kepada Muhammad “. Oleh
karena itu, keimanan yang telah Allah Swt karuniakan kepada kita
hendaknya kita tingkatkan sehingga menumbuhkan ketertarikannya kepada
Alquran melalui penjelasan Rasul-Nya. Fadha’il al-Qur’an yang diberikan
kepada manusia dibagi menjadi dua, fadha’il di dunia dan fadha’il di
akhirat.
Fadha’il Al Qur’an di Dunia
1. Allah Swt mengangkat derajat Ahl al Qur’an (manusia yang
senantiasa berinteraksi dengan Alquran) menjadi keluarga Allah Swt.
Rasulullah Saw bersabda,
“Sesungguhnya di antara manusia terdapat keluarga Allah Swt.”
Ditanyakan, ” Siapakah mereka, ya Rasulullah ? ” Rasul Saw menjawab, ”
Mereka adalah ahl al-Qur’an. Mereka keluarga Allah dan orang-orang
pilihan-Nya.” (HR Imam Ahmad)
Kata ahlu (keluarga) menunjukkan hubungan yang dekat antara Allah Swt
dan hamba-Nya. Kedekatan itu melambangkan kecintaan dan cinta akan
dapat meringankan manusia dalam melaksanakan seluruh perintah Allah Swt.
Sekalipun berat, perintah yang susah pun akan menjadi mudah.
2. Alquran adalah kenikmatan yang harus didamba-dambakan.
” Tidak boleh iri kecuali dalam dua kenikmatan : Seseorang yang
diberi Allah Alquran, lalu ia membacanya sepanjang malam dan siang.
Seseorang yang diberi Allah harta, lalu ia belanjakan di jalan Allah
sepanjang malam dan siang.”
Penetapan Alquran sebagai nikmat yang harus didamba-dambakan adalah
suatu isyarat agar orang beriman dapat membedakan nikmat yang hakiki dan
semu. Kemampuan merasakan Alquran sebagai nikmat yang hakiki merupakan
indikasi iman yang sehat dan keyakinan terhadap hari akhirat serta janji
Allah Swt yang ada di dalamnya. Sebaliknya, ketidakmampuan manusia
merasakan nikmat Alquran merupakan indikasi penyakit hubbud dun-ya
(cinta dunia yang berlebihan), lemahnya iman kepada hari akhir, dan
tidak yakin terhadap janji Allah Swt yang ada di dalamnya.
3. Allah Swt menyandingkan derajat Ahlul Qur’an dengan para malaikat
atau nabi yang telah diberi wahyu. Adapun yang kemampuan membaca
Al-qurannya masih terbata-bata, Allah Swt memberinya dua pahala.
Rasulullah Saw bersabda,
” Orang yang mahir berinteraksi dengan Alquran akan bersama para
malaikat yang mulia dan taat, sedangkan yang membaca Alquran dengan
terbata-bata dan ia merasa sulit, ia mendapatkan dua pahala.” (HR Imam
Muslim)
Imam Nawawi dalam kitab Syarh Muslim menjelaskan bahwa kata mahir
berarti mampu membaca, menghafal, memahami, tadabbur, dan mengamalkan
Alquran. Pribadi yang seperti itu sangat diperlukan masyarakat karena
akan berfungsi sebagai cahaya pencerah hidup Islami di tengah
masyarakatnya. Adapun dua pahala bagi muslim yang bacaannya terbata-bata
merupakan himbauan agar ia terus rajin membaca walaupun masih
terbata-bata karena Allah Swt tidak akan menyia-nyiakan kesulitan
upayanya dalam membaca. Dua pahala baginya bukan berarti legitimasi bagi
yang tidak mampu membaca Alquran untuk tidak mengembangkan
kemampuannya. Janji itu harus menjadi motivasi yang kuat untuk terus
berinteraksi dengan Alquran. Interaksi yang teratur menjamin bacaan
seorang muslim yang terbata-bata menjadi lancar. Ingat ungkapan, “alah
bisa oleh biasa.” Adapun yang sudah mahir, ia harus berusaha istiqamah
bersama Alquran.
4. Ahl al Qur’an adalah orang yang paling berhak menjadi imam dalam solat. Rasulullah Saw bersabda,
” Orang yang berhak menjadi imam adalah orang yang paling banyak interaksinya dengan Alquran. “
Rekomendasi Rasulullah Saw itu bukan semata-mata penghargaan terhadap
Ahlul Qur’an, melainkan menunjukkan peran yang harus diutamakan di
tengah masyarakat, yaitu peran tarbiyah (pembinaan keimanan) dalam
kehidupan masyarakat. Pelaksanaan solat setiap hari di masjid
sesungguhnya merupakan kegiatan tarbiyah yang sangat efektif bagi setiap
mukmin jika didukung, misalnya, dengan imam yang berkualitas sesuai
rekomendasi Rasulullah Saw. Namun, kondisi masyarakat kita saat ini
masih jauh dari interaksi Alquran yang tinggi sehingga pelaksanaan solat
berjamaah di masjid kehilangan ruh dan atsarnya (dampak). Dengan
kondisi seperti itu, ada beberapa kerugian yang dialami umat Islam.
Pertama, umat menjadi tidak terbiasa dengan ayat-ayat Alquran karena
selama bertahun-tahun mereka hanya mendengar ayat atau surat yang sama.
Hal itu berdampak pada kesulitan mereka membaca atau menghafal Alquran
karena jarangnya mereka mendengar ayat-ayat Allah Swt di sekitar mereka.
Kedua, umat kurang merasakan ruh ayat – ayat Alquran sehingga
kandungan Alquran tidak sampai dengan baik. Kandungan itu berupa
ancaman, himbauan, perintah, atau larangan.
Terakhir, peran Alquran sebagai pedoman hidup kurang tersosialisasi
secara intensif. Hal itu berdampak pada banyaknya mutiara Alquran
(seperti ayat-ayat tentang mengatur rumah tangga, ekonomi, dan
bernegara) yang tidak tersampaikan secara rutin.
5. Ahl alQur’an adalah orang yang selalu mendapat ketenangan, rahmat, naungan malaikat, dan namanya disebut-sebut Allah Swt,
” Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah lalu di
antara mereka membaca kitab Allah dan mempelajarinya kecuali turun
kepada mereka ketenangan yang diliputi rahmat, dikelilingi malaikat, dan
Allah Swt menyebut nama-nama mereka di sisi makhluk yang ada di
dekat-Nya,” (HR Imam Muslim)
Mungkin kita bertanya, mengapa sedemikian tinggi penghargaan Allah
Swt kepada orang-orang yang mempelajari Alquran, apalagi kepada orang
yang mengamalkannya ?
Sesungguhnya penghargaan Allah Swt itu merupakan rangsangan Rabbani
agar manusia mau mengamalkan Alquran tanpa merasa berat, Ketika manusia
mau mempelajari wahyu-Nya, itu merupakan indikasi keimanannya kepada
kebenaran Allah Swt yang mutlak melalui firman-Nya. Sebaliknya, jika
keimanannya kepada Allah Swt tipis dan lemah, manusia tidak akan siap
melakukan amal apapun yang terkait dengan Alquran. Jangankan disuruh
mengamalkan Alquran, sekadar membuka mushaf pun ia enggan melakukannya!
Oleh karena itu, pantaslah jika penghargaan tadi diberikan Allah Swt
hanya kepada Ahl al-Qur’an. Selanjutnya, kegiatan membaca dan
mempelajari Alquran akan menguatkan keimanan sehingga Allah Swt menjadi
Zat yang paling dicintai dalam hidupnya. Alquran pun akan menyirami
hatinya yang gersang dan menjadikan hati itu lembut serta peka terhadap
teguran Allah Swt. Keadaan itulah yang akan mengantarkan manusia kepada
kesiapan mengamalkan Alquran di dalam hidupnya.
6. Ahl alQur’an adalah orang yang mendapatkan kebaikan dari Allah Swt
” Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Alquran dan mengajarkan.” (HR Imam Bukhari)
Kebaikan berarti keberkahan. Dan hidup yang penuh berkah menurut
hadis tadi berarti hidup yang aktif bersama Alquran, bahkan dituntut
untuk aktif belajar dan mengajarkannya karena diungkapkan dengan huruf
waw dan bukan dengan fa’ atau tsumma yang artinya kemudian. (
Menunjukkan belajar dan mengajarkan Alquran sekaligus, bukan belajar
dulu hingga menguasai baru mengajarkannya, peny.)
Bagaimana jika kemampuan kita masih terbatas? Ada dua hal yang harus kita perhatikan tentang mengajarkan Alquran.
Pertama, mengajar berarti menyampaikan sehingga secara teknis tidak
harus dalam bentuk formal dengan jumlah murid yang banyak. Kepada satu
orang saja-anak atau istri-sudah dianggap mengajar Alquran. Untuk itu,
jangan pernah berpikir bahwa mengajar berarti harus formal dengan jumlah
murid yang banyak sehingga hal itu akan menghambat percepatan
pengajaran Alquran di tubuh umat ini.
Semangat mengajar seperti itulah yang dapat mengem ban misi dakwah ke
dalam masyarakat. Ingat, sasaran pertama dakwah adalah dimulai dari
satu orang. Sabda Rasulullah Saw,
” Sesungguhnya,hidayah Allah yang berikan kepa- da seseorang karena usahamu adalah lebih baik bagimu daripada onta merah (**) “
** Unta merah di zaman Rasulullah Saw adalah kendaraan termahal yang
harganya ratusan dinar (mata uang dari emas) dan jauh lebih mahal
dibandingkan mobil mewah yang ada di masa sekarang.
Kedua, mengajar Alquran memang harus dengan kemampuan yang optimal.
Namun, bagaimana jika di lingkungan kita tidak ada orang yang siap
mengajarkan Alquran kecuali kita? Dalam hal itu, kita wajib segera
menghapus buta huruf Alquran di lingkungan kita. Ibaratnya, jika
tetangga kita kelaparan dan kita tidak memiliki apa-apa kecuali nasi,
kita pasti akan memberikan nasi itu dan tidak akan menunggu sampai kita
memiliki nasi dengan lauk empat sehat lima sempurna. Begitulah ketentuan
bagi orang yang terbatas kemampuannya dalam mengajarkan Alquran kepada
umat yang sedang lapar akan hidayah Allah Swt. jadi, kita harus segera
turun tangan mengajarkan Alquran. Insya Allah, selama proses belajar dan
mengajar itu, setiap kekurangan akan tertutupi dengan sendirinya.
Kemampuan tidak akan berhenti, bahkan akan terus meningkat.
Fadha’il Al Qur’an di Akhirat
Berikut ini beberapa fadha’il alQur’an di akhirat bagi manusia :
1. Alquran Menjadi Syafaat bagi Manusia yang menjadi Sahabatnya
” Bacalah Alquran karena sesungguhnya ia akan tatang pada Hari Kiamat
sebagai syafaat bagi orang-orang yang menjadi sahabatnya (Alquran).”
(HR Imam Bukhari)
Membaca merupakan langkah pertama membangun persahabatan kita dengan
Alquran. Membaca Alquran membangun cinta kalamullah dan kecintaan itu
akan memotivasi kita untuk lebih memahami, merenungi, mengamalkan, dan
memperjuangkan Alquran sehingga wahyu Allah Swt menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari diri kita.
Saya-penulis-yakin kondisi persahabatan seperti itulah yang
dimaksudkan nasehat Rasulullah Saw itu. Terbukti kondisi seperti itu
yang dicontohkan Rasulullah Saw, para sahabat, dan semua salafush
shalih. Untuk itu, janganlah meremehkan satu langkah awal dalam
berinteraksi dengan Alquran seperti halnya tidak boleh kita merasa puas
hanya dengan satu interaksi, misalnya hanya tertarik membaca Alquran
tanpa tergugah untuk lebih menyelaminya.
Hadis itu pun mengingatkan kita tentang manfaat Alquran yang tidak
hanya di dunia, tetapi di akhirat juga karena Rasulullah Saw mengangkat
isu tentang pentingnya pertolongan pada hari kiamat. Alquran sendiri
dengan luas menjelaskan suasana kehidupan akhirat mulai dari Hari
Kiamat, kebangkitan, sampai ganjaran di surga dan neraka. Hadis tadi pun
memiliki korelasi yang kuat dengan ayat-ayat Alquran dengan menjanjikan
pertolongan melalui syafaat Alquran bagi siapa saja yang bersahabat
dengannya.
2. Alquran Menjadi Pembela bagi Manusia saat Menghadapi Pengadilan Allah Swt
Dari Nazvwas bin Sam’ an Ra, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah
Saw bersabda, ‘ Pada hari Qiamat, didatangkan Alquran dan ahlinya, yaitu
orang-orang yang dulu mengamalkannya di dunia. Sural al Baqarah dan Ali
Imron pun maju mendampingi dan membelanya.” (HR Imam Muslim)
Hadits ini sangat banyak memuat pesan-pesan keimanan terhadap hari
akhirat. Bagi seorang muslim, tidak ada pilihan lain kecuali yakin
sepenuhnya terhadap penjelasan Rasulullah Saw bahwa Alquran akan menjadi
makhluk yang berperan seperti manusia ia dan dapat diperintahkan untuk
datang, maju ke depan, bahkan membela manusia dengan gigih bagaikan
seorang pengacara profesional. Itu langkah awal yang harus ada dalam
diri kita ketika membaca hadits Rasulullah Saw itu. Tanpa sikap itu,
iman kita menjadi batal karena berarti menolak kerasulan Muhammad Saw
yang pasti benar dalam ucapannya. Tanpa sikap itu pula, kita tidak akan
termotivasi untuk berinteraksi dengan Alquran seperti kandungan hadis
itu.
Hadis itu secara tidak langsung memberitahu juga bahwa tidak semua
manusia mendapat pembelaan dari Alquran. Hadits Rasulullah Saw itu hanya
meliputi manusla yang di dunianya betul-betul mengamalkan Alquran. Itu
berarti komitmen terhadap Alquran tidak cukup hanya dengan komitmen
lisan seperti tilawah, menghafal, dan mengkajinya, tetapi butuh pula
komitmen badan dan hati yang harus bergerak sesuai dengan tuntutan
Alquran. Misalnya, berinfak jika Alquran menyuruhnya berinfak, berjihad
jika Alquran menyuruhnya berjihad, dan melakukan perintah lainnya. Dua
komitmen itulah yang akan menjadikan manusia dibela Alquran di
pengadilan Allah Swt yang saat itu tidak ada pengacara, ternan dekat,
atau siapa pun yang dapat membela manusia.
3. Alquran Mengangkat Kedudukan Manusia di Surga
Dari Abdullah bin’ Amr bin’ Ash Ra, dari Nabi Saw bahwa beliau
bersabda, ” Dikatakan kepada Shahib Alquran, ‘ Bacalah dan naiklah dan
nikmatilah seperti halnya kamu menikmati bacaan Alquranmu di dunia !
Sesungguhnya, kedudukanmu ada di akhir ayat yang kamu baca.” (HR Imam
Abu Dawud dan Imam Turmudzi)
Sekali lagi Rasulullah Saw mengingatkan kita bahwa keutamaan Alquran
di akhirat ada di balik persahabatan manusia dengannya sehingga mereka
yang mendapatkan kemuliaan dari Alquran disebut dengan Shahib. Di hadis
itu, Shahib Alquran akan tetap menikmati kembali lantunan ayat-ayat
Alquran di saat tidak ada lagi mush-haf untuk membaca Alquran.
Hal ini mengingatkan kita pada kisah-kisah orang-orang beriman saat
sakaratu/ maut. Pada umumnya, orang-orang yang sangat dekat dengan
Alquran pada saat-saat itu selalu melantunkan ayat-ayat Alquran dengan
fashih dan indah seakan mereka masih sehat dan jauh dari kematian.
Begitulah mukjizat Alquran yang selalu ingin bersama sahabatnya di
saat yang pada umumnya manusia tidak mungkin lagi mengingat Alquran.
jadi, hadis itu sangat logis jika terjadi pada manusia. Bahkan kejadian
itu akan mengantarkan manusia pada tingkatan surga yang sesuai dengan
banyaknya ayat Alquran yang ia hafal.
4. Alquran Sumber Pahala bagi Orang yang Beriman
Rasulullah Saw bersabda, ” Siapa saja yang membaca satu
huruf.Alquran, baginya satu kebaikan. Satu kebaikan akan menjadi sepuluh
kali lipat. Aku tidak mengatakan bahwa alif-lam-mim itu satu huuf,
melainkan alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf ” (HR Imam
Turmudzi deiigan sanad hadis hasan sahih)
Keimanan kita kepada akhirat mengharuskan kita meyakini janji pahala
dan hukuman Allah Swt. jadi siapa pun yang yakin dengan hadis itu akan
memiliki motivasi yang tinggi dalam hidup bersama Alquran dengan
memperbanyak tilawah bahkan menghafalnya agar terjadi pengulangan
tilawah yang sangat besar. Tanpa keyakinan itu manusia pun tidak akan
kuat menyibukkan dirinya dengan Alquran, apalagi jika terus berlangsung
sampai akhir hayatnya. Sungguh rugi orang yang hidupnya jauh dari
Alquran karena tertutup baginya kesempatan mendapatkan limpahan pahala
yang sangat besar dari Allah Swt melalui Alquran. Dari hadis itu pula
kita dapat merasakan luasnya rahmat.Allah Swt kepada orarg mukmin.
Bayangkan jika Allah tidak menurunkan Alquran atau mencabutnya seperti
ancaman-Nya. (QS al-lsra’; 86-87)
5. Alquran Mengangkat Derajat Orangtua di Akhirat bagi Orangtua yang Berhasil Mendidik Anaknya dengan Alquran.
“Siapa saja yang belajar Alquran dan mengamalkannya, pada hari kiamat
(Allah Swt) akan memberikan kepada kedua orangtuanya mahkota yang
cahayanya lebih indah dari cahaya matahari. Kedua orangtua itu akan
berkata, “Mengapa kami diberi (mahkota) ini ?” Dijawablah, ‘ Itu karena
anakmu telah mempelajari Alquran. “(HR Imam Abu Dazuud, Imam Ahmad, dan
Imam Ibnu Hakim)
Hadits itu menunjukkan bahwa Alquran adalah sumber kemuliaan. Siapa
saja yang berinteraksi dengannya akan dimuliakan Allah Swt. Bahkan
orangtua yang mengajarkan Alquran kepada anaknya pun dimuliakan Allah
Swt. Sebaliknya, siapa saja yang menjauhkan dirinya dari Alquran akan
direndahkan Allah Swt secara pribadi maupun secara jama’i. Dalam
kenyataan sejarahnya, umat Islam adalah Umat yang paling mulia di muka
Bumi ini bersama Al-Quran. Sebaliknya, umat Islampun adalah umat yang
sangat terhina karena meninggalkan Al-qur’an.
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama