Suatu hari Rasulullah saw masuk ke rumah Sayyidah Fathimah as. Ketika
itu, Fathimah sudah berbaring untuk tidur. Rasulullah saw lalu berkata,
“Wahai Fathimah, lâ tanâmi. Janganlah engkau tidur sebelum engkau
lakukan empat hal; mengkhatam Al-Quran, memperoleh syafaat dari para
nabi, membuat hati kaum mukminin dan mukminat senang dan rida kepadamu,
serta melakukan haji dan umrah.”
Fathimah bertanya, “Bagaimana mungkin aku melakukan itu semua sebelum
tidur?” Rasulullah saw menjawab, “Sebelum tidur, bacalah oleh kamu Qul
huwallâhu ahad tiga kali. Itu sama nilainya dengan mengkhatam Al-Quran.”
Yang dimaksud dengan Qul huwallâhu ahad adalah seluruh surat Al-Ikhlas,
bukan ayat pertamanya saja. Dalam banyak hadis, sering kali suatu surat
disebut dengan ayat pertamanya. Misalnya surat Al-Insyirah yang sering
disebut dengan surat Alam nasyrah.
Rasulullah saw melanjutkan ucapannya, “Kemudian supaya engkau
mendapat syafaat dariku dan para nabi sebelumku, bacalah shalawat: Allâhumma
shalli ‘alâ Muhammad wa ‘alâ âli Muhammad, kamâ shalayta ‘alâ Ibrâhim
wa ‘alâ âli Ibrâhim. Allâhumma bârik ‘alâ Muhammad wa ‘alâ âli Muhammad,
kamâ bârakta ‘alâ Ibrâhim wa ‘alâ âli Ibrâhim fil ‘âlamina innaka
hamîdun majîd.
“Kemudian supaya kamu memperoleh rasa rida dari kaum mukminin dan
mukminat, supaya kamu disenangi oleh mereka, dan supaya kamu juga rida
kepada mereka, bacalah istighfar bagi dirimu, orang tuamu, dan seluruh
kaum mukminin dan mukminat.”
Tidak disebutkan dalam hadis itu istighfar seperti apa yang harus
dibaca. Yang jelas, dalam istighfar itu kita mohonkan ampunan bagi
orang-orang lain selain diri kita sendiri. Untuk apa kita memohon
ampunan bagi orang lain? Agar kita tidur dengan membawa hati yang
bersih, tidak membawa kebencian atau kejengkelan kepada sesama kaum
muslimin. Kita mohonkan ampunan kepada Allah untuk semua orang yang
pernah berbuat salah terhadap kita. Hal itu tentu saja tidak mudah.
Sulit bagi kita untuk memaafkan orang yang pernah menyakiti hati kita.
Bila kita tidur dengan menyimpan dendam, tanpa memaafkan orang lain,
kita akan tidur dengan membawa penyakit hati. Bahkan mungkin kita tak
akan bisa tidur. Sekalipun kita tidur, tidur kita akan memberikan mimpi
buruk bagi kita. Penyakit hati itu akan tumbuh dan berkembang ketika
kita tidur. Dari penyakit hati itulah lahir penyakit-penyakit jiwa dan
penyakit-penyakit fisik. Orang yang stress harus membiasakan diri
memohonkan ampunan kepada Allah untuk orang-orang yang membuatnya stress
sebelum ia beranjak tidur.
Dalam hadis itu tidak dicontohkan istighfar macam apa yang harus kita
baca. Tapi ada satu istighfar yang telah dicontohkan oleh orang
tua-orang tua kita di kampung. Biasanya setelah salat maghrib, mereka
membaca:
“Astaghfirullâhal azhîm lî wa lî wâlidayya wa lî ashâbil huqûqi
wajibâti ‘alayya wal masyâikhina wal ikhwâninâ wa li jamî’il muslimîna
wal muslimât wal mukminîna wal mukminât, al ahyâiminhum wal amwât. Ya
Allah, aku mohonkan ampunan pada-Mu bagi diriku dan kedua orang tuaku,
bagi semua keluarga yang menjadi kewajiban bagiku untuk mengurus mereka.
Ampuni juga guru-guru kami, saudara-saudara kami, muslimin dan
muslimat, mukminin dan mukminat, baik yang masih hidup maupun yang telah
wafat.”
Bila kita amalkan istighfar itu sebelum tidur, paling tidak kita
telah meminta ampun untuk orang tua kita. Istighfar kita, insya Allah,
akan membuat orang tua kita di alam Barzah senang kepada kita. Istighfar
itu pun akan menghibur mereka dalam perjalanan mereka di alam Barzah.
Manfaat paling besar dari membaca istighfar adalah menentramkan tidur
kita.
Nasihat terakhir dari Rasulullah saw kepada Fathimah adalah, “Sebelum
tidur, hendaknya kamu lakukan haji dan umrah.” Bagaimana caranya?
Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang membaca subhânallâh wal hamdulillâh wa lâ ilâha ilallâh huwallâhu akbar, ia dinilai sama dengan orang yang melakukan haji dan umrah.”
Menurut Rasulullah saw, barangsiapa yang membaca wirid itu lalu
tertidur pulas, kemudian dia bangun kembali, Allah menghitung waktu
tidurnya sebagai waktu berzikir sehingga orang itu dianggap sebagai
orang yang berzikir terus menerus. Tidurnya bukanlah tidur ghaflah,
tidur kelalaian, tapi tidur dalam keadaan berzikir. Sebetulnya, bila
sebelum tidur kita membaca zikir, tubuh kita akan tertidur tapi ruh kita
akan terus berzikir. Sekiranya orang itu terbangun di tengah tidurnya,
niscaya dari mulut orang itu akan keluar zikir asma Allah.
Petikan dari ceramah KH. Jalaluddin Rakhmat pada Pengajian Ahad di Mesjid Al-Munawwarah, tanggal 12 September 1999.
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama