Kisah Kehidupan Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم dan Para Sahabat رضي الله عنهم
Sifat-Sifat Para Sahabat (1)
Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim telah mengeluarkan berita ini dari
As-Suddi dalam maksud firman Allah ta'ala:
"Kamu adalah sebaik-baik
ummat yang dikeluarkan kepada manusia..." (Ali Imran: 110). Berkata Umar
bin Al-Khatthab ra.: Jika Allah berkehendak niscaya Dia telah
mengatakan Antum, yang termasuk semua kita. Akan tetapi Allah ta'ala mau
mengkhususkan Kuntum itu hanya buat para sahabat Nabi Muhammad SAW
semata dan siapa yang membuat seperti yang dibuat oleh mereka saja, yang
bakal menjadi sebaik-baik ummat yang dikeluarkan bagi manusia.
Tersebut pada Ibnu Jarir lagi yang meriwayatkannya dari Qatadah ra.
katanya: Diberitakan kepada kami bahwa Umar bin Al-Khatthab ra. pemah
membaca ayat Kuntum khaira ummatin... kemudian dia berkata kepada orang
ramai: "Hai manusia! Siapa yang mau dikategorikan ke dalam golongan
orang yang disebutkan ayat tadi, maka hendaklah dia memenuhi
syarat-syarat Allah padanya!"(Kanzul Ummal 1:238)
Abu Nu'aim telah-mengeluarkan dari Ibnu Mas'ud ra. katanya:
"Sesungguhnya Allah telah memandang pada hati para hambaNya,lalu
dipilihnya Muhammad SAW dan dibangkitkanNya dengan perutusanNya, dan
dilantikNya dengan pengetahuanNya untuk dijadikan Rasul. Kemudian Allah
ta'ala memandang lagi pada hati manusia sesudah itu, lalu dipilihNya
beberapa orang sahabat Nabi dan dijadikanNya mereka sebagai
pembantu-pembantu agamaNya, dan sebagai wazir-wazir NabiNya SAW.
Tegasnya, apa yang dianggap orang-orang Mukminin itu baik, maka baiklah
dia. Dan apa yang dianggap orang-orang Mukminin itu buruk, maka buruklah
dia dalam pandangan Allah".(Hilyatul-Auliya' 1:375)
Abu Nu'aim juga telah mengeluarkan dari Abdullah bin Umar ra. katanya:
"Barangsiapa yang mau meniru, hendaklah ia meniru perjalanan orang yang
sudah mati, iaitu perjalanan para sahabat Nabi Muhammad SAW, karena
mereka itu adalah sebaik-baik ummat ini, dan sebersih-bersihnya hati,
sedalam-dalamnya ilmu pengetahuan, dan seringan-ringannya penanggungan.
Mereka itu adalah suatu kaum yang telah dipilih Allah untuk menjadi para
sahabat NabiNya SAW dan bekerja untuk menyebarkan agamanya. Karena itu,
hendaklah kamu mencontohi kelakuan mereka dan ikut perjalanan mereka.
Mereka itulah para sahabat Nabi Muhammad SAW yang berdiri di atas jalan
lurus, demi Allah yang memiliki Ka'bah!"(Hilyatul-Auliya' 1:305)
Abu Nu'aim mengeluarkan lagi dari Ibnu Mas'ud ra. katanya: "Kamulah
orang yang paling banyak puasanya, paling banyak shalatnya, dan terlalu
banyak ijtihadnya dari golongan sahabat Rasulullah SAW namun begitu
mereka itu, yakni para sahabat adalah lebih baik dari kamu! Mereka lalu
berkata: "Hai bapak Abdul Rahman! Mengapa sampai begitu? Jawab Ibnu
Mas'ud: "Sebab mereka itu lebih banyak berzuhud pada dunia, dan lebih
kuat keinginannya pada akhirat!" (Hilyatul-Auliya' 1:136)
Abu Nu'aim mengeluarkan lagi dari Abu Wa'il, yang mengatakan bahwa
Abdullah bin Mas'ud pernah mendengar seorang lelaki berkata: Di manakah
orang-orang yang berzuhud pada dunia, dan yang sangat mencintai
akhirat?! Lalu dijawab oleh Abdullah: Mereka itulah Ash-habul labiyah,
yang mengikat janji antara satu dengan yang lain - dan mereka itu
kesemuanya sebanyak 500 orang dari kaum Muslimin - agar mereka tidak
akan kembali lagi sehingga mereka sekalian pupus sampai ke akhirnya.
Merekalalu mencukur kepala mereka dan terus bertempur dengan musuh,
sehingga semua mereka mati, kecuali orang yang membawa berita ini!
(Hiyatul-Auliya' 1: 135)
Abu Nu'aim mengeluarkan lagi dari Ibnu Umar ra. bahwa dia pemah
mendengar seorang lelaki berkata: Di manakah orangorang yang berzuhud
pada dunia, dan yang sangat mencintai akhirat? Ibnu Umar ra. Ialu
menunjukkan makam Nabi SAW dan makam Abu Bakar dan Umar, Ialu bertanya:
Apakah engkau bertanya tentang mereka ini? (Hilyatul-Auliya' 1:307)
Ibnu Abid-dunia pula mengeluarkan dari Abu Arakah, Sekali peristiwa aku
bershalat dengan Ali ra. shalat Subuh, dan setelah selesai shalat, dia
lalu duduk miring ke kanan, berdiam diri dan tampak pada wajahnya ada
tanda susah, sehingga apabila matahari meninggi setinggi tombak dia lalu
bangun bershalat dua rakaat, kemudian dia membalik-balikkan tangannya,
seraya berkata: Demi Allah, aku telah melihat sendiri betapa baiknya
para sahabat Rasulullah SAW itu.
Tetapi sayang sekali, tiada seorang pun sekarang yang dapat menyerupai
mereka. Mereka semua berwajah pucat berambut kusut masai, berpakaian
compang-camping, laksana segerombolan kambing dalam gembalaannya. Mereka
menghabiskan malam dengan bersujud kepada Allah, bangun beribadat
karena membaca Kitab Allah. tanda-tanda itu dapat dilihat pada dahi-dahi
mereka dan tumit-tumit mereka. Bila mereka bangun pagi dan berzikir
kepada Allah, mereka seolah-olahnya seperti pepohonan yang bergerak
karena ditiup angin menderu, air mata mereka mengalir terus membasahi
pakaian mereka.
Sayang sekali pada masa kini sudah tidak ada lagi orang yang menjejak
perjalanan mereka itu, karena semua orang telah ditimpa kelalaian.
Kemudian Ali ra. bangun dari tempatnya, dan kelihatan dia tidak pernah
tertawa lagi selepas hari itu, sehinggalah dia dibunuh oleh Ibnu Muljam,
musuh Allah yang jahat itu. (Al-Bidayah Wan-Nihayah 8:6) Berita yang
sama juga diriwayatkan oleh Abu Nu'aim (Hilyatul Auliya' 1:76) dan
Ad-Dinauri, Al-Askari dan Ibnu Asakir (Kanzul Ummal 8:219)
Sifat-Sifat Para Sahabat (2)
Abu Nu'aim telah mengeluarkan dari Abu Saleh, katanya: Pernah Dhirar bin
Dhamrah Al-Kinani datang kepada Mu'awiyah, lalu Mu'awiyah berkata
kepadanya: Sifatkanlah kepada aku tentang diri Ali itu? Maka berkata
Dhirar: Apakah engkau akan memaafkanku nanti, hai Amirul Mukminin? Jawab
Mu'awiyah: Baiklah, aku tidak marah kepadamu. Berkata Dhirar: Kalau
sudah semestinya aku sifatkan, maka Ali itu, demi Allah, adalah jauh
pandangannya, teguh cita-citanya, kata-katanya pemutus, hukumannya adil,
ilmu terpancar dari sekitarannya, dan hikmat terus berbicara dari
liku-likunya. Dia sentiasa membelakangi dunia dan kemewahannya, selalu
menyambut kedatangan malam dan kegelapannya.
Dia, demi Allah, adalah kaya dalam ibaratnya, jauh pemikirannya,
mengangkat kedua tangan seraya berkata-kata kepada dirinya. Pakaian yang
kasar itulah yang selalu dipakainya, dan makanan yang rendah itulah
yang sentiasa dimakannya. Dia tidak berbeza dengan salah seorang kami.
Dia akan mengajak duduk bersamanya bila kami datang, dan sering menyahut
bila kami menadah tangan. Meskipun dia terlalu akrab dengan kami, dan
selalu duduk bersama-sama kami, namun tidak pernah berkata-kata dengan
kami melainkan dengan penuh kehebatan. jika dia tersenyum, maka
senyumannya umpama mutiara yang berkilau-kilauan. Dia selalu menghormati
ahli agama, suka mendampingkan diri kepada orang miskin. Orang yang
kuat tidak berharap akan terlepas dari kesalahannya, dan orang yang
lemah tidak putus asa dari keadilannya.
Aku bersaksi bahwa aku telah melihatnya dalam keadaan yang sungguh
mengharukan yakni ketika malam telah menabiri alam dengan kegelapannya,
dan bintang-bintang menyiramkan sekitaran dengan cahayanya padahal dia
masih tetap duduk di mihrab tempat sembahyangnya, tangannya terus
menggenggam janggutnya, dia kelihatan sangat gelisah seperti gelisahnya
orang yang menanggung perkara yang besar, dan dia menangis, seperti
tangisannya seorang yang patah hati.
Telingaku masih terngiang-ngiangkan suaranya sekarang yang mengatakan:
Tuhanku! ya Tuhanku! Dia terus bermunajat kepadanya dengan mengadukan
hal yang berbagai macam. Setelah itu, dia berkata pula kepada Dunia:
Apakah tiada selainku yang engkau hendak perdayakan? Kenapa kepadaku
engkau datang? Jauh panggang dari api! Pergilah perdayalah selain aku!
Aku telah menceraikanmu. karena umurmu sangat pendek, kedudukanmu sangat
hina, dan bahayamu mudah berlaku. Ah ... ah! Sangat sedikit bekalan
yang di tangan, padahal pelayaran masih amat jauh, dan penuh dengan
keharuan dan kedahsyatan!
Mendengar ratapan itu, Mu'awiyah tidak tertahan dirinya, dia terus
menangis, dan air matanya menetes jatuh ke atas janggutnya. Dia segera
mengelapnya dengan ujung pakaiannya. Orang-orang yang di majelisnya
turut terharu sambil menangis. Mu'awiyah lalu berkata: "Memang benarlah
apa yang engkau katakan tentang si bapak Hasan itu, moga-moga Allah
merahmatinya. Tetapi, bagaimana engkau dapati dirimu dengan
kehilangannya, hai Dhirar?!". Jawab Dhirar: "Kesedihanku atas
kehilangannya umpama kesedihan orang yang dibunuh anaknya di hadapan
matanya sendiri, air matanya tidak akan mengering, dan pilu hatinya
tidak akan terlenyap". Kemudian Dhirar pun bangun dari majelis itu dan
pergi meninggalkan Mu'awiyah dengan kawan-kawannya.
Cerita yang sama dikeluarkan juga oleh Ibnu Abdil Bar dari Al-Hirmazi,
seorang lelaki dari suku Hamdan, yang menukil cerita itu dari Dhirar
As-Shuda'i sendiri dengan ringkas. (Al-Isti'ab 5:44)
Abu Nu'aim mengeluarkan dari Qatadah, katanya: Pernah Ibnu Umar ra.
ditanya: "Apakah para sahabat Nabi SAW pernah tertawa?". Jawabnya: "lya,
akan tetapi iman yang bersarang di dalam hati mereka lebih memuncak
dari tingginya gunung!" (Hilyatul-Auliya' 1:311)
Hannad pula telah mengeluarkan dari Said bin Umar Al-Qurasyi, bahwa Umar
ra. pernah melihat satu rombongan yang datang dari negeri Yaman, yang
tinggal di dalam sebuah kemah yang terbuat dari kulit, lalu dia berkata:
Barangsiapa yang mau melihat contoh dari kehidupan para sahabat
Rasulullah SAW, maka lihatlah kepada orang-orang ini! (Kanzul Ummal
7:165)
Al-Hakim pula telah mengeluarkan dari Abu Said Al-Maqburi, katanya:
Apabila Abu Ubaidah ra. ditikam orang, dia lalu menyuruh Mu'az, katanya:
Hai Mu'az! Shalatlah engkau dengan orang ramai!". Mu'az pun mengimami
mereka. tidak berapa lama Abu Ubaidah ra. pun meninggal dunia. Maka
Mu'az ra. pun berdiri di hadapan orang ramai berpidato: "Wahai sekalian
manusia! Bertaubatlah kepada Allah dari semua dosa-dosa kamu dengan
taubat nashuha! karena setiap hamba Allah yang menemui Allah dalam
keadaan bertaubat dari dosa-dosanya, melainkan dia akan diampunkan
Allah!".
Kemudian dia menyambung pidatonya lagi: "Wahai manusia! Sesungguhnya
kamu sekalian telah kehilangan seorang tokoh, yang demi Allah, aku belum
pernah melihat seorang hamba Allah sepertinya. Dia meskipun umurnya
pendek, namun hatinya suci, tiada suka mengkhianati orang, sangat cinta
kepada akhirat, sangat mengambil berat kepada urusan rakyat! Mohonkanlah
doa sebanyaknya untuknya, dan keluarlah nanti ke tanah lapang untuk
shalat ke atasnya! Demi Allah, kamu tidak bakal menemui seorang
sepertinya lagi buat selama-lamanya! Kemudiab ramai manusia telah
berkumpul untuk mengiringi jenazah Abu Ubaidah ra. ke tanah lapang.
Mu'az ra. shalat ke atasnya bersama-sama orang ramai, kemudian
mengiringi jenazahnya ke kuburan.
Mu'az bin Jabal, Amru bin Al-Ash dan Adh-Dhahhak bin Qais turut
menurunkan jenazah itu ke dalam liang lahadnya, kemudian ditimbunkan
tanah ke atas kubur itu. Ketika itu Mu'az bin Jabal berseru: "Hai Abu
Ubaidah! Aku tetap akan memuji-mujimu, dan aku tidak berkata yang dusta,
karena aku bimbang akan ditimpa kemurkaan Allah, jika aku berdusta. Hai
Abu Ubaidah! Demi Allah, engkau sebenarnya tergolong orang yang banyak
berzikir kepada Allah, tergolong orang yang berjalan di atas muka bumi
ini dengan merendah diri, yang jika diajak bicara oleh orang-orang yang
jahil (bodoh), dia akan mengatakan'selamatlah untukmu!', dan engkau juga
termasuk orang yang bila bersedekah, tidak pernah boros atau kikir,
bahkan senantiasa sederhana antara kedua segi itu, dan engkau demi
Allah, termasuk orang yang selalu beramah-tamah, merendahkan diri, suka
membelas-kasihani anak yatim dan orang miskin, dan sangat membenci orang
yang berkhianat dan mengangkat diri! (Al-Mustadrak 3:264)
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama