Kisah Kehidupan Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم dan Para Sahabat رضي الله عنهم
Abu Nu'aim telah memberitakan dari Jubair bin Nufair dari ayahnya,
katanya: Ketika sedang kami duduk-duduk dengan Al-Miqdad bin Al-Aswad
r.a. pada suatu hari, tiba-tiba datang kepadanya seorang lelaki, lalu
berkata: Beruntunglah kedua belah mata yang telah melihat Rasulullah
SAW. Demi Allah, kami sungguh bercita-cita jika dapat melihat apa yang
engkau lihat, dan menyaksikan apa yang engkau saksikan, engkau telah
mendengar, lalu engkau merasa kagum dari kebaikan yang dikatakan
kepadamu!
Mendengar itu, Al-Miqdad bin Al-Aswad pun menghadapinya
seraya berkata: Mengapa sampai ada seseorang di antara kamu yang
bercita-cita untuk berada dalam sesuatu zaman yang telah dilewatkan oleh
Allah azzawajalla, padahal dia sendiri masih tidak yakin apa yang
terjadi ke atas dirinya sekiranya dia hadir pada zaman itu! Demi Allah,
telah hadir di zaman Rasulullah SAW itu beberapa kaum, yang akan
ditelungkupkan muka mereka menghujam neraka jahannam, karena mereka
tidak menyambut seruannya dan tidak mempercayainya sama sekali. Bukan
sebaiknya kamu bersyukur kepada Allah, karena Dia tiada melahirkan kamu,
melainkan kamu telah mengenal Tuhan kamu serta mempercayai apa yang
dibawa oleh Nabi kamu 'alaihis-salam, sedang kamu terhindar dari azab
yang ditimpakan ke atas selain kamu itu? Demi Allah, sungguh Nabi SAW
telah dibangkitkan pada suatu zaman yang sangat berat yang pernah
dibangkitkan dari para Nabi yang sebelumnya. Beliau dibangkitkan pada
masa yang penuh kerusakan dan jahiliah, yang mana manusia memandang
agama itu tiada yang lebih baik dari menyembah berhala sebagai tuhan.
Lalu beliau didatangkan membawa Al-Quran yang membedakan antara yang hak
dengan yang batil, memisahkan antara ayah dan anaknya, sehingga ada
orang yang mendapati ayahnya, atau anaknya, atau saudaranya sendiri
kafir, sedang Allah telah membuka kunci hatinya untuk menampung iman,
dan dia mengetahui akan binasalah siapa yang memasuki api neraka itu,
sehingga tidak betah lagi pemikirannya karena dia mengetahui bahwa ada
orang yang paling dekat kekerabatnya berada di dalam api neraka! Dan hal
itu tepat sekali dengan apa yang disebutkan Allah azzawajalla 'Tuhan
kami! jadikanlah anak isteri kami penyelamat bagi kami!'
(Hilyatul Auliya' 1:175)
Ibnu
Ishak memberitakan dari Muhammad bin Ka'ab Al-Qurazhi, katanya:pernah
suatu kali telah datang seorang dari penduduk Kufah, lalu berkata kepada
Huzaifah bin Al-Yaman ra.: 'Hai Abu Abdullah!' kata orang ahli Kufah
itu. 'Apakah engkau telah melihat Rasulullah dan bersahabat dengannya?'
'Ya, wahai saudaraku! ' jawab Huzaifah. 'Apakah yang sudah kamu lakukan
terhadap beliau, coba ceritakan!' pinta orang dari Kufah itu. 'Kami
lakukan apa yang semampu kami saja,'jawab Huzaifah.
'Demi Allah,'kata
orang itu,'jika kita yang menemuinya pada zaman itu, niscaya kami tidak
membiarkannya berjalan di atas bumi sama sekali, niscaya kami
memikulnya di atas punggung kami!'
'Apa katamu, wahai
saudaraku?!'tanya Huzaifah.'Demi Allah, aku masih ingat ketika hari
menggali parit (Khandak) itu, aku dapati betapa susah-payahnya
Rasulullah menanggung lapar dan dahaga, menanggung udara yang dingin dan
merasa takut sekali!'
Dalam riwayat Muslim, maka berkata
Huzaifah: "Engkau mengatakan yang engkau akan berbuat begitu kepada
Rasulullah SAW? Aku pernah menyaksikan mereka bersama Rasulullah SAW
pada malam perang Ahzab, pada suatu malam yang berangin sangat kencang
dengan udaranya yang sangat dingin, betapa mereka menanggung semua itu.
Kemudian Huzaifah melarang mereka mengatakan seperti itu terhadap para
sahabat.
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama