Kata Hidayah, menurut Qurais Shihab secara maknawi bererti “memberi
petunjuk kepada sesuatu” atau “memberi hadiah”. Sedangkan Al-quran
memaparkan, hidayah setidaknya memiliki dua makna:
1. Menunjuki dan membimbing (QS Fushshilat: 17)
2. Memasukkan iman ke dalam hati atau menjadikan seseorang beriman. (QS Al Qashash: 56)
Sesungguhnya hidayah Allah itu banyak mengitari kita. Para ulama
merumuskan empat jalur pemberian hidayah, entah itu disedari ataupun
tidak:
1. Insting @ naluri
Insting atau naluri adalah pola perilaku atau reaksi yang Allah berikan
kepada kita tanpa perlu kita pelajari sebelumnya. Hidayah berupa rasa
lapar yang memaksa kita mencari makanan, berupa rasa takut yang
melindungi dari bahaya dan sebagainya.
Pernahkah Anda melihat gambaran bagaimana insting seorang anak
manusia yang baru dilahirkan, kemudian diletakkan di perut ibunya. Lalu
secara naluriah dia merangkak berusaha mencari puting susu ibunya dan
meminum air susunya. Itulah hidayah pertama yang Allah berikan untuk
kita hamba-Nya. Sebuah bimbingan dasar yang juga Allah berikan kepada
segenap makhluk hidup yang lain juga.
2. Hidayatul Khawas (Indera)
Petunjuk kepada keselamatan kedua dari Allah adalah Indra kita. Kerana
sebagai manusia, Insting dan naluri saja belumlah cukup adanya.
Dengan indra inilah, maka naluri manusia itu diarahkan. Secara
naluriah manusia akan mencari makan di saat lapar, tapi lidahlah yang
kemudian memilihkan makanan yang layak masuk ke dalam tubuh dan yang
tidak.
Secara naluriah pula, manusia waspada bila mendengar sesuatu yang
mengejutkan. Tapi telinga dan hati kitalah yang pada akhirnya
membezakan, mana suara panggilan dan mana suara ancaman. Singkatnya,
manusia diberikan darjat yang lebih baik lagi dibanding makhluk Allah
yang lain dengan diberikannya indra.
Sebagai hidayah dari Allah, indra kita tidak pernah memberi petunjuk
kepada sesuatu yang menyesatkan. Ini semua kerana Indra memang
diciptakan Allah sebagai penunjuk jalan. Sebagai pembimbing bagi kita
untuk menikmati hidup lebih baik lagi.
3. Hidayatul ‘Aqly (Akal)
Allah memberi kita akal. Akal menyempurnakan apa yang sudah diperoleh
dari naluri dan indra kita. Akal menjelaskan tentang sebuah kejadian
yang hanya tertangkap sekilas oleh indra. Naluri dan indra kita menuntun
untuk menghindari sesuatu yang bersifat panas membakar. Berakal berarti
boleh membezakan yang baik dan yang buruk. Berakal bererti mampu
memisahkan mana yang hak dan mana yang batil. Berakal bererti mampu
memilih mana yang benar dan mana yang salah. Berakal bererti boleh lebih
berhati-hati lagi menyikapi sesuatu. Berakal bererti mampu
mengembangkan diri untuk hidup yang lebih baik dan lebih terhormat lagi.
4. Hidayatu Ad-Dien (Hidayah Agama)
Akal sekalipun sesungguhnya juga sangat terbatas kemampuannya. Sering
akal buntu menjawab beberapa pertanyaan mendasar mengenai manusia.
Kerana keterbatasan akal, banyak manusia yang pada akhirnya menuhankan
benda, pepohonan, gunung, lautan, matahari, atau pun roh-roh leluhur
yang diyakini menguasai dan mengatur alam semesta ini. Untuk itulah
Allah menurunkan agama sebagai hidayah muktamad, Aturannya tertulis rapi
dalam lembaran mushaf Al-Quran dan hadis Rasulullah s.a.w.
Begitu terperinci dan sempurna memberi jalan dan tauladan. Begitu
teratur dan berterus terang melukiskan harapan sekaligus ancaman dari
tiap-tiap perbuatan. Isinya begitu selaras, serasi, dan seimbang dengan
fitrah insani. Tidak berlawanan dengan naluri, tidak bertentangan dengan
sentuhan indrawi, dan bahkan menjadi pelurus dan pembimbing arah
berfikir bagi akal yang terbatas ini.
Cuba Anda tanyakan pada diri sendiri, apakah Allah belum memberi
naluri yang memberi petunjuk awal bagaimana hidup dengan lebih baik?
Apakah Allah belum memberikan kepadanya lima indra yang menuntun untuk
membangunkan diri? Apakah Allah juga tidak memberi akal untuk kita
berfikir dan membezakan mana yang baik untuk diikuti dan mana yang harus
ditinggalkan? Terakhir, tidak cukupkah nabi, rasul, dan ulama yang
membimbing kita untuk mengenal Allah dan segala ketentuannya? Kalau
jawapannya “Ya”, lalu apa alasannya menunda keredhaan Allah mengalir
kepadanya?
Wallahu ‘alam bisshawab
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama