Masalah rizki, uang dan anak merupakan
masalah yang menjadi perhatian seluruh manusia yang hidup di dunia ini.
Berapa banyak manusia yang stress, bahkan tidak sedikit dari mereka
yang bunuh diri akibat memikirkan harta dan keluarga. Berapa banyak
rakyat kecil yang hidupnya susah, karena sulitnya mencari uang. Berapa
banyak pasangan suami istri di dunia ini yang mengorbankan uang dan
tenaga yang tidak sedikit demi untuk mendapatkan seorang anak. Dan
berapa banyak orang melakukan kejahatan dan pembunuhan hanya ingin
mendapatkan harta dengan cara cepat. Bukankah dunia ini rusak dan kacau
akibat ulah manusia yang berlomba-lomba mengumpulkan harta
sebanyak-banyaknya tanpa mengindahkan hak-hak orang lain ?
Kenapa mereka semua itu tidak kembali kepada ajaran-ajaran Al Qur’an yang telah menjelaskan cara-cara untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan ? Dalam surat Nuh, Allah telah menjanjikan kepada siapa saja yang mau beristighfar dan memohon ampun kepada Allah swt dengan diturunkannya rizki yang melimpah dan diberikannnya keturunan yang membawa barakah. Allah berfirman :
Kenapa mereka semua itu tidak kembali kepada ajaran-ajaran Al Qur’an yang telah menjelaskan cara-cara untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan ? Dalam surat Nuh, Allah telah menjanjikan kepada siapa saja yang mau beristighfar dan memohon ampun kepada Allah swt dengan diturunkannya rizki yang melimpah dan diberikannnya keturunan yang membawa barakah. Allah berfirman :
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ
كَانَ غَفَّارًا يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَارًاوَيُمْدِدْكُمْ
بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ
أَنْهَارًا
” maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai. ” ( Qs Nuh : 10-12 )
Hujan lebat pada ayat di atas maksudnya
adalah rizki yang banyak, karena hujan akan membuat tanah subur dan
menumbuhkan banyak tumbuh-tumbuhan sehingga manusia dan hewan bisa makan
darinya, negara menjadi makmur, kekeringan bisa terhindar, air minum
yang bersih bisa terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Dari hujan
yang lebat tersebut, kebun-kebun menjadi hijau dan sungai-sungaipun
mengalir sebagaimana yang disebutkan pada akhir ayat di atas.
Oleh karena itu, ketika kota Madinah
mengalami kekeringan pada masa Umar bin Khattab, beliau keluar
bersama-sama penduduk Madinah untuk memohon kepada Allah agar diturunkan
hujan. Umar waktu itu tidak banyak berdo’a kecuali dengan memperbanyak
istighfar saja, ketika pulang, beliau ditegur oleh beberapa sahabatnya
:” Kenapa anda tadi tidak banyak berdo’a mohon kepada Allah agar turun
hujan ? “. Mendengar teguran tersebut Umar menjawab : “ Saya meminta
hujan dengan bintang-bintang langit yang dengannya hujan akan turun (
maksudnya adalah istighfar ) kemudian beliau membaca surat Nuh,ayat :
10-12 di atas . ( [1] )
Ayat di atas juga mengajak siapa saja yang
sudah menikah dan belum dikarunia anak, agar memperbanyak istighfar.
Begitu juga bagi yang sulit mencari pekerjaan agar selalu banyak
istighfar agar Allah memberikannya rizki yang meimpah. Dalam hal ini
Imam Hasan Basri pernah didatangi oleh beberapa orang yang mengeluh
karena kehidupannya sulit dan sawahnya kering, maka beliau menjawab : ”
Kamu harus banyak beristighfar ” . Kemudian ada lagi yang datang meminta
doa agar segera dikarunia anak, maka beliau menjawab : ” Kamu harus
banyak istighfar “. Sebagian orang merasa aneh dengan jawaban
tersebut, kemudian bertanya kepada Hasan Basri, kenapa dia menjawab
seperti itu ? Mendengar pertanyaan tersebut, beliau membacakan firman
Allah dalam surat Nuh di atas. ( [2] )
Ayat di atas bukan berarti menyuruh kita
untuk duduk di rumah atau di pojok-pojok masjid sambil berdzikir dan
mengucapkan astagfirullah 1000 kali atau 2000 kali, kemudian harta dan
anak itu akan datang dengan sendirinya. Akan tetapi maksudnya adalah
bahwa kita sebagai orang muslim hendaknya tetap berusaha dengan
sungguh-sungguh untuk bekerja mencari rizki atau melakukan terapi
sehingga memudahkan seseorang untuk mendapatkan anak…itu semuanya harus
terus dibarengi dengan selalu beristighfar dengan mulut dan hati
mengakui segala kesalahan dan dosa-dosa yang pernah kita kerjakan, dari
situ insya Allah, Allah akan membukakan pintu-pintu rizki dan memberikan
kepada kita anak.
Selain itu, yang harus kita ketahui juga,
bahwa rizki dengan berbagai bentuk akan tersendat dan tertutup dari
kita, manakala kita sering melakukan maksiat kepada Allah swt. Jadi
maksiat adalah penghalang turunnya rizki, sebaliknya beristighfar dan
amal sholeh akan membukakan pintu-pintu rizki. Hal ini dikuatkan dengan
firman Allah swt :
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ
وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاء وَالأَرْضِ
وَلَـكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. ( Qs Al A’raf : 96 )
Dari ayat di atas, kita mengetahui dan
menyakini bahwa salah satu sebab terjadinya krisis ekonomi dan belum
tercapainya keadilan sosial di negara kita yang tercinta Indonesia
adalah karena banyaknya dosa yang dilakukan oleh bangsa ini.
Ini dikuatkan dengan firman Allah swt dalam surat Hud :
وَأَنِ اسْتَغْفِرُواْ رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُواْ إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُم مَّتَاعًا حَسَنًا إِلَى أَجَلٍ مُّسَمًّى
” dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan . ” ( Qs Hud : 3 )
Ayat di atas menunjukkan bahwa kenikmatan
hidup di dunia ini akan kita dapatkan secara terus menerus, manakala
kita melakukan istighfar dan taubat kepada Allah swt. Tentunya
kenikmatan tersebut meliputi kenikmatan rizki yang barakah . Berkata
Syekh Amin Syenkity penulis tafsir ‘ Adwaul Bayan ” : ” Yang dimaksud
dengan ” Mata’an Hasanan ‘ pada ayat di atas adalah rizki yang melimpah,
kenikmatan hidup, dan kesehatan badan ” . ( [3] )
Kekuatan Keenam : Istighfar bisa menolak bala’ dan bencana.
Alangkah banyaknya bencana yang menimpa
negara kita, dari banjir tsunami, gempa bumi, tanah longsor, lumpur
Lapindo, jatuhnya pesawat, tenggelamnya kapal dan lain-lainnya.
Bencana-bencana tersebut membuat kehidupan sebagian besar dari rakyat
Indonesia menjadi tidak tenang. Banyak para ahli memberikan sumbangan
pemikiran, tenaga dan ilmu mereka untuk mengatasi bencana-bencana
tersebut. Akan tetapi yang sangat disayangkan, mereka lupa bahwa
Allah-lah yang menetapkan bencana-bencana tersebut kepada bangsa
Indonesia yang merupakan negara muslim terbesar di dunia, karena bangsa
ini telah melupakan Allah dan ajaran-ajaran-Nya. Makanya, semestinya
para pemegang tampuk kekuasaan di Indonesia untuk melakukan intropeksi
ke dalam dan bersama-sama rakyat untuk kembali kepada Allah swt,
beristighfar memohon ampun atas segala dosa-dosa, niscaya Allah akan
mengabulkan istighfar mereka dan menyetop bala’ dan bencana tersebut.
Hal ini sesuai dengan firman Allah :
وَمَا كَانَ اللّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun ( Qs Al Anfal : 33 )
Ayat di atas menunjukkan bahwa tertolaknya
bala’ karena dua sebab : yang pertama keberadaan nabi Muhmmad saw di
sisi kita, sedang yang kedua adalah : dengan istighfar. Karena
Rosulullah saw sudahmeninggal dunia, maka tidak ada cara lain kecuali
dengan istihgfar.
Maka sangat dianjurkan siapa saja yang
mendapatkan bencana atau cobaan dari Allah swt, seperti sakit, atau
tersesat di jalan atau terjebak dalam gua, atau diculik orang atau
terkena semburan lumpur, atau tergenang banjir, atau tertimpa bangunan
karena gempa dan lain-lainnya, agar segera bisitighfar kepada Allah
mengakui dosa-dosanya dan memohon ampun Allah swt. Nabi Yunus as, telah
memberikan contoh kepada kita, ketika beliau terjebak dalam perut ikan
paus, segera beristighfar dan memohon ampun atas dosa-dosanya, bahkan
sebelumnya didahului dengan memperharui tauhid dan keimanan, sebagaimana
firman Allah swt :
وَذَا النُّونِ إِذ ذَّهَبَ مُغَاضِبًا
فَظَنَّ أَن لَّن نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَن لَّا
إِلَهَ إِلَّا أَنتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap:
“Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.” ( Qs Al Anbiya’ : 87 )
Nabi Yunus as telah melakukan kesalahan
yaitu meninggalkan tugas dakwah, sehingga Allah swt memperingatkan-nya
dengan dimasukkan dalam perut ikan paus…dari situ nabi Yunus as sadar,
bahwa bencana dan cobaan yang menimpanya, karena dia meninggalkan
perintah Allah swt dalam berdakwah kepada kaumnya, segeralah beliau
memperbaharui keimanan dan mengakui kesalahan-kesalahan yang pernah
dilakukannya, akhirnya Allah swt menyelamatkannya dan bisa keluar dari
perut ikan paus. Tanpa istighfar, tidak mungkin nabi Yunus as bisa
keluar dari perut ikan paus hingga hari kiamat, Allah berfirman swt :
فَلَوْلَا أَنَّهُ كَانَ مِنْ الْمُسَبِّحِين َلَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah , niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit. ( Qs As Shoffat : 143-144 )
Kenapa masing-masing dari kita, ketika
mendapatkan musibah selalu menyalahkan orang lain, dan tidak pernah
intropeksi ke dalam diri kita sendiri dan mengatakan : ” Barangkali
musibah yang menimpa kita ini akibat dosa dan maksiat yang penah kita
kerjakan, maka jalan keluarnya adalah kita harus bertaubat dan
beristighfar kepada Allah swt dengan sungguh-sungguh. ” .
Kenapa para tokoh bangsa kita, para pejabat
yang memegang tampuk kekuasaan bangsa ini, ketika bangsa ini
mendapatkan musibah bertubi-tubi, justru malah menyalahkan alam sekitar
atau menyalahkan pihak-pihak tertentu, dan mengatakan : “ Bencana ini
akibat letak negara kita yang rentan dengan gempa dan tsunami . “ atau
mengatakan : ” Ini akibat kesalahan tehnis, atau kurang ada alat
pendektesi, atau tidak ada biaya untuk mendatangkan alat yang canggih ”
dan lain-lain.
Kenapa mereka tidak meniru nabi Yunus as,
untuk mengintropeksi pada diri mereka, bahwa bencana-bencana dan
musibah-musibah yang menimpa bangsa ini, akibat penduduknya yang jauh
dari ajaran Islam, atau akibat para pejabatnya yang rusak, sebagaimana
firman Allah swt :
وَإِذَا أَرَدْنَا أَن نُّهْلِكَ قَرْيَةً
أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُواْ فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ
فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا
Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.( Qs Al Isra’ : 16 )
Ayat di atas, secara gamblang menjelaskan
bahwa salah satu penyebab hancur atau mundurnya atau morat-maritnya atau
krisisnya sebuah bangsa dan negara adalah akibat ulah sebagian orang,
khususnya yang memegang tampuk kekuasaan atau orang-orang yang hidupnya
mewah.
Kalau kita perhatikan perpolitikan di dunia
ini secara umum, dan di Indonesia secara khusus, memang yang sering
berkuasa adalah orang-orang yang berduit , orang-orang yang hidupnya
mewah, karena dengan uang yang dimilikinya, mereka bisa membeli
kekuasaan, sungguh sangat tepat apa yang diungkapkan Allah dalam surat
Al Isra’ di atas. Makanya, kalau kelompok manusia ini tidak mau
bertaubat dan istighfar, maka sangat sulit bangsa Indonesia ini akan
menjadi baik.
Kekuatan Ketujuh : Istighfar penyebab kemenangan dalam perang.
Betapa banyak peperangan yang sedang
berlangsung antara kaum muslimin dengan kaum kuffar pada saat ini. Baik
yang berupa perang urat syaraf, perang informasi, perang peradaban,
perang pemikiran, maupun yang berupa perang militer sebagaimana yang
terjadi di Palestina, Libanon, Iraq, Afghanistan, Cethnya, Somalia,
Sudan dan lain-lainnya. Para tentara Islam sangat memerlukan istighfar
agar diberikan kekuatan oleh Allah dan dikuatkan kedudukan mereka. Allah
berfiman :
وَكَأَيِّن مِّن نَّبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ
رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُواْ لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللّهِ
وَمَا ضَعُفُواْ وَمَا اسْتَكَانُواْ وَاللّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَوَمَا
كَانَ قَوْلَهُمْ إِلاَّ أَن قَالُواْ ربَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا
وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وانصُرْنَا عَلَى
الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. Tidak ada doa mereka selain ucapan: “Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” ( Qs Ali Imran : 146-147 )
Dari sini, kita mengetahui bahwa
kekalahan-kekalahan yang diderita kaum muslimin dalam segala bidang,
termasuk dalam bidang militer dan ketika berperang karena banyaknya dosa
yang mereka kerjakan.
Sebagaimana firman Allah swt ketika menerangkan sebab kekalahan yang diderita kaum muslimin dalam perang Uhud :
وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ اللّهُ وَعْدَهُ إِذْ
تَحُسُّونَهُم بِإِذْنِهِ حَتَّى إِذَا فَشِلْتُمْ وَتَنَازَعْتُمْ فِي
الأَمْرِ وَعَصَيْتُم مِّن بَعْدِ مَا أَرَاكُم مَّا تُحِبُّونَ مِنكُم
مَّن يُرِيدُ الدُّنْيَا وَمِنكُم مَّن يُرِيدُ الآخِرَةَ ثُمَّ صَرَفَكُمْ
عَنْهُمْ لِيَبْتَلِيَكُمْ وَلَقَدْ عَفَا عَنكُمْ وَاللّهُ ذُو فَضْلٍ
عَلَى الْمُؤْمِنِينَ
Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada sa’at kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu, dan sesungguhnya Allah telah mema’afkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang orang yang beriman ( Qs Ali Imran : 152 )
إِنَّ الَّذِينَ تَوَلَّوْاْ مِنكُمْ يَوْمَ
الْتَقَى الْجَمْعَانِ إِنَّمَا اسْتَزَلَّهُمُ الشَّيْطَانُ بِبَعْضِ مَا
كَسَبُواْ وَلَقَدْ عَفَا اللّهُ عَنْهُمْ إِنَّ اللّهَ غَفُورٌ حَلِيمٌ
” Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di antaramu pada hari bertemu dua pasukan itu, hanya saja mereka digelincirkan oleh syaitan, disebabkan sebagian kesalahan yang telah mereka perbuat (di masa lampau) dan sesungguhnya Allah telah memberi ma’af kepada mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.” ( Qs Ali Imran : 155)
Dua ayat dari surat Ali Imran di atas,
menerangkan kepada kita bahwa sebab utama kekalahan yang diderita kaum
muslimin pada perang Uhud karena sebagian dari pasukan panah tidak taat
kepada perintah Rosulullah saw untuk tetap berada di atas bukit. Dan
kalau diselidiki lebih jauh lagi, ternyata yang mendorong mereka
menyelisihi perintah Rosulullah adalah keinginan mereka untuk ikut
mengumpulkan harta rampasan perang. Allah mengungkapkannya dengan
kalimat : ” minkum man yuridu dunya “ (sebagian dari kamu menginginkan
dunia ).
Kemudian pada ayat 155 dari surat Ali Imran
di atas, Allah menyebutkan bahwa orang-orang yang lari terbirit-birit
pada perang uhud penyebabnya adalah dosa-dosa yang pernah mereka
kerjakan pada masa lalu ( [4] ) , setelah itu Allah memafkan dosa-dosa
mereka. Dari sini,kita bisa mengambil kesimpulan bahwa istighfar dan
usaha untuk selalu membersihkan diri dari dosa adalah tonggak utama
kekuatan untuk mencapai kemenangan dalam peperangan.
Hal ini dikuatkan dengan firman Allah :
وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُواْ رَبَّكُمْ ثُمَّ
تُوبُواْ إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ
قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلاَ تَتَوَلَّوْاْ مُجْرِمِينَ
Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.” ( Qs Hud : 52 )
Ayat di atas menjelaskan bahwa istighfar
mampu menambah kekuatan kaum muslimin. Kekuatan di sini mencakup seluruh
kekuatan yang dibutuhkan kaum muslimin untuk menegakkan agama
mereka….
____________________________________________________________________________
* Makalah ini disampaikan dalam pengajian rutin di Radio Qomunity , Kairo, pada tanggal 21 Juli 2007 M
* Makalah ini disampaikan dalam pengajian rutin di Radio Qomunity , Kairo, pada tanggal 21 Juli 2007 M
[1] Sholahuddin Sa’id, Asbab Rizq, Kairo, Maktab Ats Tsaqafi, 2005 , hal. 21
[2] Ahmad Jalal., Risalah Istighfar, hal. 16
[3] Syekh Amin Syenkity, Adwaul Bayan , hal : 365
[4] Ibnu Katsir, Tafsir Al Qur’an Al Adhim, Juz : I , hal : 555
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama