Gaul Tapi Islami : Bisakah? Kesannya
gaul itu tidak islami. Apa benar? Bisakah kita jadi gaul tapi tetap
islami? Untuk menjawab pertanyaan ini, bagusnya kita lihat saja model
ideal seorang muslim: Rasulullah. Beliau adalah sosok yang menyenangkan.
Wajahnya sumringah di hadapan sahabat-sahabatnya. Beliau amat baik
kepada keluarganya dan amat penyayang kepada anak-anak. Nah, kita
sendiri yang juga muslim ini bagaimana? Bisa tidak seperti beliau?
Moral – Respek – Komunikatif
Menjadi
gaul yang islami insyaallah bisa kita lakukan dengan minimal tiga
kunci: 1) moral, artinya selalu berkomitmen kepada aturan-aturan dan
nilai-nilai Islam, 2) respek, artinya menghargai orang lain, dan 3)
komunikatif, pandai menjalin komunikasi.
Pergaulan Seorang Muslim dengan Non Muslim
Dalam
perkara-perkara umum (sosial) kita tetap menjalin hubungan yang baik
dengan non muslim sekalipun. Contoh baik: Nabi berdiri ketika
iring-iringan jenazah non muslim melewati beliau.
Kita
perlu tahu bahwa ada tiga jenis non muslim: 1) kafir harbi, 2) kafir
dzimmi, dan 3) kafir mu’aahad. Masing-masing mendapat perlakuan yang
berbeda.
Dalam
masalah aqidah dan ‘ubudiyah, kita tegas terhadap non muslim. Seperti:
kita tidak mengucapkan dan menjawab salam kepada mereka, tidak mengikuti
ritual ibadah mereka, dan semacamnya.
Pergaulan Sesama Muslim
Sesama
muslim adalah bersaudara, seperti tubuh yang satu dan seperti satu
bangunan yang kokoh dan saling mendukung antar bagiannya.
Pergaulan
sesama muslim dibalut dengan ukhuwah islamiyah. Derajat-derajat ukhuwah
islamiyah adalah: 1) salamatus shadr wal lisan wal yad, 2) yuhibbu
liakhihi maa yuhibbu linafsih, dan 3) iitsaar.
Ada
banyak hak saudara kita atas diri kita, diantaranya sebagaimana dalam
hadits Nabi: 1) jika diberi salam hendaknya menjawab, 2) jika ada yang
bersin hendaknya kita doakan, 3) jika diundang hendaknya menghadirinya,
4) jika ada yang sakit hendaknya kita jenguk, 5) jika ada yang meninggal
hendaknya kita sholatkan dan kita antar ke pemakamannya, 6) jika
dimintai nasihat hendaknya kita memberikannya.
Juga:
tidak meng-ghibah saudara kita, tidak memfitnahnya, tidak menyebarkan
aibnya, berusaha membantu dan meringankan bebannya, dan sebagainya.
Jika kamu mencintai saudaramu, ungkapkan. Hadiah juga bisa menumbuhkan rasa cinta diantara kita.
Jangan mudah mengkafirkan sesama muslim kecuali jika ada sebab yang benar-benar jelas dan jelas.
Pergaulan Antar Generasi
Yang tua menyayangi yang lebih muda. Yang muda menghormati yang lebih tua.
Pergaulan dengan Orang yang Dihormati
Hormatilah
orang yang dihormati oleh kaumnya. Bagi orang-orang yang biasa
dihormati, jangan gila hormat. Juga, penghormatan harus tetap dalam
bingkai syariat Islam.
Contoh
orang-orang yang biasa dihormati: tokoh masyarakat, pejabat atau
penguasa, orang-orang yang mengajari kita, dan sebagainya.
Pergaulan dengan Ortu dan Keluarga
Bersikap santun dan lemah lembut kepada ibu dan bapak, terutama jika telah lanjut usianya. Jangan berkata uff kepada keduanya.
Terhadap
keluarga, hendaknya kita senantiasa saling mengingatkan untuk tetap
taat kepada ajaran Islam. Sebagaimana Nabi telah melakukannya kepada
Ahlu Bait. Dan Allah berfirman: Quu anfusakum wa ahliikum naara.
Pergaulan dengan Tetangga
Tetangga
harus kita hormati. Misalnya dengan tidak menzhalimi, menyakiti dan
mengganggunya, dengan membantunya, dengan meminjaminya sesuatu yang
dibutuhkan, memberinya bagian jika kita sedang masak-masak.
Pergaulan Antar Jenis
Sudah menjadi fithrah, laki-laki tertarik kepada wanita dan demikian pula sebaliknya.
Islam
telah mengatur bagaimana rasa tertarik dan rasa cinta diantara dua
jenis manusia itu dapat disalurkan. Bukan dengan pacaran dan pergaulan
bebas. Tetapi dengan ikatan yang kuat (mitsaq ghaalizh): pernikahan.
Jadi,
ada batasan-batasan pergaulan antara laki-laki dan perempuan diluar
pernikahan. Terutama diantara muda-mudi karena sedang berada dalam
puncak emosi, hasrat dan gelora. Ini semua untuk mencegah terjadinya
perbuatan yang keji.
- Boleh saling mengenal antara laki-laki dan perempuan.
- Boleh berkomunikasi antara laki-laki dan perempuan, tapi ada batas-batasnya.
- Wanita muslimah boleh bersuara diantara kaum laki-laki, tapi ...
- Hendaknya masing-masing berbusana sesuai syariat: 1) menutup aurat, 2) tidak transparan, 3) tidak ketat dan memperlihatkan lekuk-lekuk tubuh, 4) tidak tabarruj, 5) pakaian laki-laki tidak menyerupai pakaian wanita, begitu pula sebaliknya, 6) tidak menunjukkan perhiasan secara berlebihan, 7) tidak berpakaian dengan sombong, 8) sopan dan tidak memunculkan fitnah.
- Tidak berkhalwat.
- Tidak ikhtilath.
- Menundukkan pandangan.
- Jangan sentuh aku! Jangan pegang aku! Nanti aku lempar dengan sepatu! Bersalaman boleh nggak?
- Seorang muslimah tidak melenggak-lenggokkan tubuhnya sedemikian rupa yang memunculkan hasrat. Juga tidak memakai minyak wangi ketika berada diluar rumah.
- Seorang muslimah tidak bepergian JAUH sendirian saja jika dirasa tidak aman, juga jangan bersama dengan orang yang malah menjadi musuh dalam selimut.
- Tidak melakukan hal-hal yang bisa memunculkan fitnah diantara kedua jenis, seperti: 1) bersuara merayu, atau seorang wanita bernyanyi atau berucap dengan suara yang dimerdukan, dilemahlembutkan, mendesah, penuh harap dan semacamnya. 2) bercanda yang berlebihan dan tidak perlu, misalnya saat syura ataupun pada kesempatan-kesempatan yang lain. 3) membuka pintu-pintu fitnah seperti: sms-an yang tidak perlu, telepon terlalu lama atau terlalu sering diluar kadar kebutuhan, chatting yang mengarah keluar batas, memberikan cinderamata yang penuh makna dan kepentingan khusus, pembicaraan yang nyerempet-nyerempet, dan sebagainya.
Wallahu a’lamu bish-shawaab.
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama