Perbedaan ucapan seorg alim (Salaf) dengan ucapan kita,
- Alim : “Tadi malam ada bintang jatuh, kebetulan saya belum tidur.”
- Kita : “Tadi malam ada bintang jatuh, kebetulan saya pas shalat tahajud.”
- Alim : “Siang ini panas sekali, mudah2an kita bisa cepat sampai tujuan.”
- Kita : “Siang ini panas sekali, mudah2an kita bisa cepat sampai tujuan walaupun saya sedang puasa.”
Dilihat dari kalimatnya, bedanya sangat sedikit. Tapi jika dilihat dari maknanya, bedanya sangat jauh sekali.
Wallahu a’lam.
Wallahu a’lam.
Contoh aplikasi dari status diatas:
Diriwayatkan dari Hushain bin Abdurrahman, dia mengatakan :
Dahulu aku duduk di dalam majelis Sa’id bin Jubair. Sa’id mengatakan,
“Siapakah di antara kalian yang tadi malam melihat bintang jatuh?”. Aku
jawab, “Aku.”
Lalu kukatakan kepadanya, “Namun saat itu aku tidak sedang
mengerjakan shalat. Aku terbangun karena tersengat binatang berbisa.”
Sai’d berkata, “Lalu apa yang kamu lakukan?”. Aku jawab, “Aku meminta
ruqyah.” Sai’d mengatakan, “Apa yang mendorongmu untuk melakukan hal
itu?”. Maka aku katakan, “Sebuah hadits yang diriwayatkan kepada kami
oleh Asy-Sya’bi.”
Sa’id mengatakan, “Apa yang dia riwayatkan kepada kalian?”. Aku jawab
: Dia membawakan riwayat dari Buraidah bin Al-Hushaib (yang isinya)
Nabi bersabda, “Tidak ada ruqyah yang lebih manjur melainkan untuk
menyembuhkan ‘ain atau karena sengatan.”
Sa’id berkata, “Sungguh baik orang yang bersikap mengikuti hadits
yang dia dengar. Namun ada hadits lain yang diriwayatkan kepada kami
oleh Ibnu Abbas dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi bersabda,
“Ketika itu (peristiwa isra’, pen.) ditampakkan kepadaku umat-umat
terdahulu. Ketika itu aku dapat melihat ada seorang nabi disertai dengan
sekelompok pengikut. Ada nabi yang disertai dengan satu dan dua
pengikut, bahkan ada nabi yang tidak disertai oleh pengikut. Kemudian
tiba-tiba ditampakkan kepadaku sebuah umat yang jumlahnya sangat banyak.
Aku mengira mereka itu adalah umatku. Maka dikatakan kepadaku, “Ini
adalah Musa bersama kaumnya.” Lalu aku melihat sekelompok besar manusia
dan dikatakan kepadaku, “Inilah umatmu dan bersama mereka terdapat 70
ribu orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab.” Kemudian Nabi
bangkit dari tempat duduknya lantas masuk ke dalam rumah.
Para sahabat pun mulai membicarakan hal itu (70 ribu orang tersebut).
Sebagian di antara mereka berkata, “Barangkali mereka itu adalah
orang-orang yang menjadi sahabat dekat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam.” Sebagian lagi mengatakan, “Bisa jadi mereka adalah orang-orang
yang dilahirkan dalam keluarga Islam dan sama sekali tidak pernah
melakukan syirik kepada Allah.” Mereka pun banyak mengemukakan dugaannya
masing-masing.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar menemui
mereka dan memberitahukan kepada mereka, “Mereka itu adalah orang-orang
yang tidak meminta diruqyah, tidak berobat dengan kay (besi panas),
tidak bertathayyur (menganggap sial), dan hanya bertawakal kepada Rabb
mereka.” Maka Ukasyah bin Mihshan bangkit dan berkata, “Doakanlah kepada
Allah agar saya termasuk di antara mereka.” Nabi menjawab, “Kamu
termasuk di antara mereka.” Kemudian ada orang lain yang bangkit seraya
berkata, “Berdoalah kepada Allah agar aku juga termasuk golongan mereka
itu.” Maka Nabi menjawab, “Ukasyah telah mendahuluimu.” (HR. Bukhari
[3410] Muslim [220] Tirmidzi [2448] Darimi [2810] dan Ahmad [1/271])
Kandungan hadits secara global
Hushain bin Abdurrahman menggambarkan kepada kita tentang dialog yang
terjadi di majelis Sa’id bin Jubeir yang terkait dengan jatuhnya
bintang di suatu malam. Hushain pun memberitakan kepada mereka bahwa
malam …itu dia melihat bintang itu jatuh. Sebab ketika itu dia sedang
tidak tidur. Hanya saja dia khawatir orang-orang yang hadir ketika itu
mengira dia sedang shalat pada malam itu, maka dia ingin menepis
anggapan melakukan ibadah yang sebenarnya tidak dia lakukan, sebagaimana
halnya kebiasaan kaum salaf yang begitu bersemangat dalam meraih
keikhlasan. Maka dia beritahukan kepada mereka sebab sesungguhnya kenapa
dia terbangun malam itu yaitu karena musibah yang menimpanya, maka
berpindahlah objek pembicaraan menuju tindakan yang dilakukannya ketika
mengalami musibah itu. Dia mengabarkan bahwa dia mengobatinya dengan
(meminta) ruqyah….dst.
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama