Sejarah Nabi Muhammad SAW
BAB X - HIJRAH
Perintah Hijrah, Ali di Tempat Tidur
Nabi, Di Gua Thaur, Berangkat Ke Yathrib, Cerita Suraqa B. Ju'syum,
Muslimin Medinah Menantikan Kedatangan Rasul, Islam di Yathrib,
Muhammad Memasuki Medinah.
Rencana
Quraisy akan membunuh Muhammad pada malam hari, karena dikuatirkan ia
akan hijrah ke Medinah dan memperkuat diri di sana serta segala bencana
yang mungkin menimpa Mekah dan menimpa perdagangan mereka dengan Syam
sebagai akibatnya, beritanya sudah sampai kepada Muhammad. Memang tak
ada orang yang menyangsikan, bahwa Muhammad akan menggunakan kesempatan
itu untuk hijrah. Akan tetapi, karena begitu kuat ia dapat menyimpan
rahasia itu, sehingga tiada seorangpun yang mengetahui, juga Abu Bakr,
orang yang pernah menyiapkan dua ekor unta kendaraan tatkala ia meminta
ijin kepada Nabi akan hijrah, yang lalu ditangguhkan, hanya sedikit
mengetahui soalnya. Muhammad sendiri memang masih tinggal di Mekah
ketika ia sudah mengetahui keadaan Quraisy itu dan ketika kaum Muslimin
sudah tak ada lagi yang tinggal kecuali sebagian kecil. Dalam ia
menantikan perintah Tuhan yang akan mewahyukan kepadanya supaya hijrah,
ketika itulah ia pergi ke rumah Abu Bakr dan memberitahukan, bahwa
Allah telah mengijinkan ia hijrah. Dimintanya Abu Bakr supaya
menemaninya dalam hijrahnya itu, yang lalu diterima baik oleh Abu Bakr.
Di sinilah dimulainya kisah yang paling
cemerlang dan indah yang pernah dikenal manusia dalam sejarah
pengejaran yang penuh bahaya, demi kebenaran, keyakinan dan iman.
Sebelum itu Abu Bakr memang sudah menyiapkan dua ekor untanya yang
diserahkan pemeliharaannya kepada Abdullah b. Uraiqiz sampai nanti tiba
waktunya diperlukan. Tatkala kedua orang itu sudah siap-siap akan
meninggalkan Mekah mereka sudah yakin sekali, bahwa Quraisy pasti akan
membuntuti mereka. Oleh karena itu Muhammad memutuskan akan menempuh
jalan lain dari yang biasa, Juga akan berangkat bukan pada waktu yang
biasa.
Ali di Tempat Tidur Nabi
Pemuda-pemuda
yang sudah disiapkan Quraisy untuk membunuhnya malam itu sudah
mengepung rumahnya, karena dikuatirkan ia akan lari. Pada malam akan
hijrah itu pula Muhammad membisikkan kepada Ali b. Abi Talib supaya
memakai mantelnya yang hijau dari Hadzramaut dan supaya berbaring di
tempat tidurnya. Dimintanya supaya sepeninggalnya nanti ia tinggal dulu
di Mekah menyelesaikan barang-barang amanat orang yang dititipkan
kepadanya. Dalam pada itu pemuda-pemuda yang sudah disiapkan Quraisy,
dari sebuah celah mengintip ke tempat tidur Nabi. Mereka melihat ada
sesosok tubuh di tempat tidur itu dan merekapun puas bahwa dia belum
lari.
Di Gua Thaur
Tetapi,
menjelang larut malam waktu itu, dengan tidak setahu mereka Muhammad
sudah keluar menuju ke rumah Abu Bakr. Kedua orang itu kemudian keluar
dari jendela pintu belakang, dan terus bertolak ke arah selatan menuju
gua Thaur. Bahwa tujuan kedua orang itu melalui jalan sebelah kanan
adalah di luar dugaan.
Tiada seorang yang mengetahui tempat
persembunyian mereka dalam gua itu selain Abdullah b. Abu Bakr, dan
kedua orang puterinya Aisyah dan Asma, serta pembantu mereka 'Amir b.
Fuhaira. Tugas Abdullah hari-hari berada di tengah-tengah Quraisy
sambil mendengar-dengarkan permufakatan mereka terhadap Muhammad, yang
pada malam harinya kemudian disampaikannya kepada Nabi dan kepada
ayahnya. Sedang 'Amir tugasnya menggembalakan kambing Abu Bakr' sorenya
diistirahatkan, kemudian mereka memerah susu dan menyiapkan daging.
Apabila Abdullah b. Abi Bakr keluar kembali dari tempat mereka, datang
'Amir mengikutinya dengan kambingnya guna menghapus jejaknya.
Kedua orang itu tinggal dalam gua selama
tiga hari. Sementara itu pihak Quraisy berusaha sungguh-sungguh mencari
mereka tanpa mengenal lelah. Betapa tidak. Mereka melihat bahaya
sangat mengancam mereka kalau mereka tidak berhasil menyusul Muhammad
dan mencegahnya berhubungan dengan pihak Yathrib. Selama kedua orang
itu berada dalam gua, tiada hentinya Muhammad menyebut nama Allah.
KepadaNya ia menyerahkan nasibnya itu dan memang kepadaNya pula segala
persoalan akan kembali. Dalam pada itu Abu Bakr memasang telinga. Ia
ingin mengetahui adakah orang-orang yang sedang mengikuti jejak mereka
itu sudah berhasil juga.
Kemudian pemuda-pemuda Quraisy - yang dari
setiap kelompok di ambil seorang itu - datang. Mereka membawa pedang
dan tongkat sambil mundar-mandir mencari ke segenap penjuru. Tidak jauh
dari gua Thaur itu mereka bertemu dengan seorang gembala, yang lalu
ditanya.
"Mungkin saja mereka dalam gua itu, tapi saya tidak melihat ada orang yang menuju ke sana."
Ketika mendengar jawaban gembala itu Abu
Bakr keringatan. Kuatir ia, mereka akan menyerbu ke dalam gua. Dia
menahan napas tidak bergerak, dan hanya menyerahkan nasibnya kepada
Tuhan. Lalu orang-orang Quraisy datang menaiki gua itu, tapi kemudian
ada yang turun lagi.
"Kenapa kau tidak menjenguk ke dalam gua?" tanya kawan-kawannya.
"Ada sarang laba-laba di tempat itu, yang
memang sudah ada sejak sebelum Muhammad lahir," jawabnya. "Saya melihat
ada dua ekor burung dara hutan di lubang gua itu. Jadi saya mengetahui
tak ada orang di sana."
Muhammad makin sungguh-sungguh berdoa dan
Abu Bakr juga makin ketakutan. Ia merapatkan diri kepada kawannya itu
dan Muhammad berbisik di telinganya:
"Jangan bersedih hati. Tuhan bersama kita."
Dalam buku-buku hadis ada juga sumber yang
menyebutkan, bahwa setelah terasa oleh Abu Bakr bahwa mereka yang
mencari itu sudah mendekat ia berkata dengan berbisik:
"Kalau mereka ada yang menengok ke bawah pasti akan melihat kita."
"Abu Bakr, kalau kau menduga bahwa kita hanya berdua, ketiganya adalah Tuhan," kata Muhammad.
Orang-orang Quraisy makin yakin bahwa dalam
gua itu tak ada manusia tatkala dilihatnya ada cabang pohon yang
terkulai di mulut gua. Tak ada jalan orang akan dapat masuk ke dalamnya
tanpa menghalau dahan-dahan itu. Ketika itulah mereka lalu surut
kembali. Kedua orang bersembunyi itu mendengar seruan mereka supaya
kembali ke tempat semula. Kepercayaan dan iman Abu Bakr bertambah besar
kepada Allah dan kepada Rasul.
"Alhamdulillah, Allahuakbar!" kata Muhammad kemudian.
Sarang laba-laba, dua ekor burung dara dan
pohon. Inilah mujizat yang diceritakan oleh buku-buku sejarah hidup
Nabi mengenai masalah persembunyian dalam gua Thaur itu. Dan pokok
mujizatnya ialah karena segalanya itu tadinya tidak ada. Tetapi sesudah
Nabi dan sahabatnya bersembunyi dalam gua, maka cepat-cepatlah
laba-laba menganyam sarangnya guna menutup orang yang dalam gua itu
dari penglihatan. Dua ekor burung dara datang pula lalu bertelur di
jalan masuk. Sebatang pohonpun tumbuh di tempat yang tadinya belum
ditumbuhi. Sehubungan dengan mujizat ini Dermenghem mengatakan:
"Tiga peristiwa itu sajalah mujizat yang
diceritakan oleh sejarah Islam yang benar-benar: sarang laba-laba,
hinggapnya burung dara dan tumbuhnya pohon-pohonan. Dan ketiga
keajaiban ini setiap hari persamaannya selalu ada di muka bumi."
Akan tetapi mujizat begini ini tidak
disebutkan dalam Sirat Ibn Hisyam ketika menyinggung cerita gua itu.
Paling banyak oleh ahli sejarah ini disebutkan sebagai berikut:
"Mereka berdua menuju ke sebuah gua di
Gunung Thaur sebuah gunung di bawah Mekah - lalu masuk ke dalamnya. Abu
Bakr meminta anaknya Abdullah supaya mendengar-dengarkan apa yang
dikatakan orang tentang mereka itu siang hari, lalu sorenya supaya
kembali membawakan berita yang terjadi hari itu. Sedang 'Amir b.
Fuhaira supaya menggembalakan kambingnya siang hari dan diistirahatkan
kembali bila sorenya ia kembali ke dalam gua. Ketika itu, bila hari
sudah sore Asma, datang membawakan makanan yang cocok buat mereka ...
Rasulullah s.a.w. tinggal dalam gua selama tiga hari tiga malam. Ketika
ia menghilang Quraisy menyediakan seratus ekor unta bagi barangsiapa
yang dapat mengembalikannya kepada mereka. Sedang Abdullah b. Abi Bakr
siangnya berada di tengah-tengah Quraisy mendengarkan permufakatan
mereka dan apa yang mereka percakapkan tentang Rasulullah s.aw. dan Abu
Bakr, sorenya ia kembali dan menyampaikan berita itu kepada mereka.
'Amir b. Fuhaira - pembantu Abu Bakr -
waktu itu menggembalakan ternaknya di tengah-tengah para gembala Mekah,
sorenya kambing Abu Bakr itu diistirahatkan, lalu mereka memerah susu
dan menyiapkan daging. Kalau paginya Abdullah b. Abi Bakr bertolak dari
tempat itu ke Mekah, 'Amir b. Fuhaira mengikuti jejaknya dengan
membawa kambing supaya jejak itu terhapus. Sesudah berlalu tiga hari
dan orangpun mulai tenang, aman mereka, orang yang disewa datang
membawa unta kedua orang itu serta untanya sendiri... dan seterusnya."
Demikian Ibn Hisyam menerangkan mengenai
cerita gua itu yang kami nukilkan sampai pada waktu Muhammad dan
sahabatnya keluar dari sana.
Tentang pengejaran Quraisy terhadap Muhammad untuk dibunuh itu serta tentang cerita gua ini datang firman Tuhan demikian:
"Ingatlah tatkala orang-orang kafir
(Quraisy) itu berkomplot membuat rencana terhadap kau, hendak menangkap
kau, atau membunuh kau, atau mengusir kau. Mereka membuat rencana dan
Allah membuat rencana pula. Allah adalah Perencana terbaik." (Qur'an,
8: 30)
"Kalau kamu tak dapat menolongnya, maka
Allah juga Yang telah menolongnya tatkala dia diusir oleh orang-orang
kafir (Quraisy). Dia salah seorang dari dua orang itu, ketika keduanya
berada dalam gua. Waktu itu ia berkata kepada temannya itu: 'Jangan
bersedih hati, Tuhan bersama kita!' Maka Tuhan lalu memberikan
ketenangan kepadanya dan dikuatkanNya dengan pasukan yang tidak kamu
lihat. Dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itu juga yang
rendah dan kalam Allah itulah yang tinggi. Dan Allah Maha Kuasa dan
Bijaksana." (Qur'an, 9: 40)
Berangkat Ke Yathrib
Pada
hari ketiga, bila mereka berdua sudah mengetahui, bahwa orang sudah
tenang kembali mengenai diri mereka, orang yang disewa tadi datang
membawakan unta kedua orang itu serta untanya sendiri. Juga Asma, puteri
Abu Bakr datang membawakan makanan. Oleh karena ketika mereka akan
berangkat tak ada sesuatu yang dapat dipakai menggantungkan makanan dan
minuman pada pelana barang, Asma, merobek ikat pinggangnya lalu
sebelahnya dipakai menggantungkan makanan dan yang sebelah lagi
diikatkan. Karena itu ia lalu diberi nama "dhat'n-nitaqain" (yang
bersabuk dua).
Mereka berangkat. Setiap orang mengendarai
untanya sendiri-sendiri dengan membawa bekal makanan. Abu Bakr membawa
limaribu dirham dan itu adalah seluruh hartanya yang ada. Mereka
bersembunyi dalam gua itu begitu ketat. Karena mereka mengetahui pihak
Quraisy sangat gigih dan hati-hati sekali membuntuti, maka dalam
perjalanan ke Yathrib itu mereka mengambil jalan yang tidak biasa
ditempuh orang. Abdullah b. 'Uraiqit - dari Banu Du'il - sebagai
penunjuk jalan, membawa mereka hati-hati sekali ke arah selatan di
bawahan Mekah, kemudian menuju Tihama di dekat pantai Laut Merah. Oleh
karena mereka melalui jalan yang tidak biasa ditempuh orang, di bawanya
mereka ke sebelah utara di seberang pantai itu, dengan agak
menjauhinya, mengambil jalan yang paling sedikit dilalui orang.
Kedua orang itu beserta penunjuk jalannya
sepanjang malam dan di waktu siang berada di atas kendaraan. Tidak lagi
mereka pedulikan kesulitan, tidak lagi mereka mengenal lelah. Ya,
kesulitan mana yang lebih mereka takuti daripada tindakan Quraisy yang
akan merintangi mereka mencapai tujuan yang hendak mereka capai demi
jalan Allah dan kebenaran itu! Memang, Muhammad sendiri tidak pernah
mengalami kesangsian, bahwa Tuhan akan menolongnya, tetapi "jangan kamu
mencampakkan diri ke dalam bencana." Allah menolong hambaNya selama
hamba menolong dirinya dan menolong sesamanya. Mereka telah melangkah
dengan selamat selama dalam gua.
Cerita Suraqa B. Ju'syum
Akan
tetapi apa yang dilakukan Quraisy bagi barangsiapa yang dapat
mengembalikan mereka berdua atau dapat menunjukkan tempat mereka, wajar
sekali akan menarik hati orang yang hanya tertarik pada hasil materi
meskipun akan diperoleh dengan jalan kejahatan. Apalagi jika kita ingat
orang-orang Arab Quraisy itu memang sudah menganggap Muhammad musuh
mereka. Dalam jiwa mereka terdapat suatu watak tipu-muslihat, bahwa
membunuh orang yang tidak bersenjata dan menyerang pihak yang tak dapat
mempertahankan diri, bukan suatu hal yang hina. Jadi, dua orang itu
harus benar-benar waspada, harus membuka mata, memasang telinga dan
penuh kesadaran selalu.
Dugaan kedua orang itu tidak meleset. Sudah
ada orang yang datang kepada Quraisy membawa kabar, bahwa ia melihat
serombongan kendaraan unta terdiri dari tiga orang lewat.
Mereka yakin itu adalah Muhammad dan beberapa orang sahabatnya. Waktu itu Suraqa b. Malik b. Ju'syum hadir.
"Ah, mereka itu Keluarga sianu," katanya
dengan maksud mengelabui orang itu, sebab dia sendiri ingin memperoleh
hadiah seratus ekor unta. Sebentar ia masih tinggal bersama orang-orang
itu. Tetapi kemudian ia segera pulang ke rumahnya. Disiapkannya
senjatanya dan disuruhnya orang membawakan kudanya ke tengah-tengah
wadi supaya waktu ia keluar nanti tidak dilihat orang. Selanjutnya
dikendarainya kudanya dan dipacunya ke arah yang disebutkan orang itu
tadi.
Sementara itu Muhammad dan kedua temannya
sudah mengaso di bawah naungan sebuah batu besar, sekadar beristirahat
dan menghilangkan rasa lelah sambil makan-makan dan minum, dan sekadar
mengembalikan tenaga dan kekuatan baru.
Matahari sudah mulai bergelincir, Muhammad
dan Abu Bakr pun sudah pula mulai memikirkan akan menaiki untanya
mengingat bahwa jaraknya dengan Suraqa sudah makin dekat. Dan sebelum
itu kuda Suraqa sudah dua kali tersungkur karena terlampau dikerahkan.
Tetapi setelah penunggang kuda itu melihat bahwa ia sudah hampir
berhasil dan menyusul kedua orang itu - lalu akan membawa mereka
kembali ke Mekah atau membunuh mereka bila mencoba membela diri - ia
lupa kudanya yang sudah dua kali tersungkur itu, karena saat kemenangan
rasanya sudah di tangan. Akan tetapi kuda itu tersungkur sekali lagi
dengan keras sekali, sehingga penunggangnya terpelanting dari punggung
binatang itu dan jatuh terhuyung-huyung dengan senjatanya. Lalu
diramalkan oleh Suraqa bahwa itu suatu alamat buruk dan dia percaya
bahwa sang dewa telah melarangnya mengejar sasarannya itu dan bahwa dia
akan berada dalam bahaya besar apabila sampai keempat kalinya ia terus
berusaha juga. Sampai di situ ia berhenti dan hanya memanggil-manggil:
"Saya Suraqa bin Ju'syum! Tunggulah, saya
mau bicara. Demi Allah, tuan-tuan jangan menyangsikan saya. Saya tidak
akan melakukan sesuatu yang akan merugikan tuan-tuan."
Setelah kedua orang itu berhenti melihat
kepadanya, dimintanya kepada Muhammad supaya menulis sepucuk surat
kepadanya sebagai bukti bagi kedua belah pihak. Dengan permintaan Nabi,
Abu Bakr lalu menulis surat itu di atas tulang atau tembikar yang lalu
dilemparkannya kepada Suraqa.
Setelah diambilnya oleh Suraqa surat itu ia
kembali pulang. Sekarang, bila ada orang mau mengejar Muhajir Besar
itu olehnya dikaburkan, sesudah tadinya ia sendiri yang mengejarnya.
Muhammad dan kawannya itu kini berangkat
lagi melalui pedalaman Tihama dalam panas terik yang dibakar oleh pasir
sahara. Mereka melintasi batu-batu karang dan lembah-lembah curam. Dan
sering pula mereka tidak mendapatkan sesuatu yang akan menaungi diri
mereka dari letupan panas tengah hari tak ada tempat berlindung dari
kekerasan alam yang ada di sekitarnya, tak ada keamanan dari apa yang
mereka takuti atau dari yang akan menyerbu mereka tiba-tiba, selain
dari ketabahan hati dan iman yang begitu mendalam kepada Tuhan.
Keyakinan mereka besar sekali akan kebenaran yang telah diberikan Tuhan
kepada RasulNya itu.
Selama tujuh hari terus-menerus mereka
dalam keadaan serupa itu. Mengaso di bawah panas membara musim kemarau
dan berjalan lagi sepanjang malam mengarungi lautan padang pasir. Hanya
karena adanya ketenangan hati kepada Tuhan dan adanya kedip
bintang-bintang yang berkilauan dalam gelap malam itu, membuat hati dan
perasaan mereka terasa lebih aman.
Bilamana kedua orang itu sudah memasuki
daerah kabilah Banu Sahm dan datang pula Buraida kepala kabilah itu
menyambut mereka, barulah perasaan kuatir dalam hatinya mulai hilang.
Yakin sekali mereka pertolongan Tuhan itu ada.
Muslimin Medinah Menantikan Kedatangan Rasul
Jarak mereka dengan Yathrib kini sudah dekat sekali.
Selama
mereka dalam perjalanan yang sungguh meletihkan itu, berita-berita
tentang hijrah Nabi dan sahabatnya yang akan menyusul kawan-kawan yang
lain, sudah tersiar di Yathrib. Penduduk kota ini sudah mengetahui,
betapa kedua orang ini mengalami kekerasan dari Quraisy yang
terus-menerus membuntuti. Oleh karena itu semua kaum Muslimin tetap
tinggal di tempat itu menantikan kedatangan Rasulullah dengan hati
penuh rindu ingin melihatnya, ingin mendengarkan tutur katanya. Banyak
di antara mereka itu yang belum pernah melihatnya, meskipun sudah
mendengar tentang keadaannya dan mengetahui pesona bahasanya serta
keteguhan pendiriannya. Semua itu membuat mereka rindu sekali ingin
bertemu, ingin melihatnya. Orangpun sudah akan dapat mengira-ngirakan,
betapa dalamnya hati mereka itu terangsang tatkala mengetahui, bahwa
orang-orang terkemuka Yathrib yang sebelum itu belum pernah melihat
Muhammad sudah menjadi pengikutnya hanya karena mendengar dari
sahabat-sahabatnya saja, kaum Muslimin yang gigih melakukan dakwah
Islam dan sangat mencintai Rasulullah itu.
Islam di Yathrib
Sa'id
b. Zurara dan Mush'ab b. 'Umair sedang duduk-duduk dalam salah sebuah
kebun Banu Zafar. Beberapa orang yang sudah menganut Islam juga
berkumpul di sana. Berita ini kemudian sampai kepada Sa'd b. Mu'adh dan
'Usaid b. Hudzair, yang pada waktu itu merupakan pemimpin-pemimpin
golongannya masing-masing.
"Temui dua orang itu," kata Said kepada
'Usaid, "yang datang ke daerah kita ini dengan maksud supaya
orang-orang yang hina-dina di kalangan kita dapat merendahkan keluarga
kita. Tegur mereka itu dan cegah. Sebenarnya Said b. Zurara itu masih
sepupuku dari pihak ibu, jadi saya tidak dapat mendatanginya."
'Usaidpun pergi menegur kedua orang itu. Tapi Mush'ab menjawab:
"Maukah kau duduk dulu dan mendengarkan?"
katanya. "Kalau hal ini kau setujui dapatlah kauterima, tapi kalau
tidak kausukai maukah kau lepas tangan?"
"Adil kau," kata 'Usaid, seraya menancapkan
tombaknya di tanah. Ia duduk dengan mereka sambil mendengarkan
keterangan Mush'ab, yang ternyata sekarang ia sudah menjadi seorang
Muslim. Bila ia kembali kepada Sa'd wajahnya sudah tidak lagi seperti
ketika berangkat. Hal ini membuat Sa'd jadi marah. Dia sendiri lalu
pergi menemui dua orang itu. Tetapi kenyataannya ia seperti temannya
juga.
Karena pengaruh kejadian itu Sa'd lalu pergi menemui golongannya dan berkata kepada mereka:
"Hai Banu 'Abd'l-Asyhal. Apa yang kamu ketahui tentang diriku di tengah-tengah kamu sekalian?"
"Pemimpin kami, yang paling dekat kepada kami, dengan pandangan dan pengalaman yang terpuji," jawab mereka.
"Maka kata-katamu, baik wanita maupun pria bagiku adalah suci selama kamu beriman kepada Allah dan RasulNya."
Sejak itu seluruh suku 'Abd'l-Asyhal, pria dan wanita masuk Islam.
Tersebarnya Islam di Yathrib dan keberanian
kaum Muslimin di kota itu sebelum hijrah Nabi ke tempat tersebut sama
sekali di luar dugaan kaum Muslimin Mekah. Beberapa pemuda Muslimin
dengan tidak ragu-ragu mempermainkan berhala-berhala kaum musyrik di
sana. Seseorang yang bernama 'Amr bin'l-Jamuh mempunyai sebuah patung
berhala terbuat daripada kayu yang dinamainya Manat, diletakkan di
daerah lingkungannya seperti biasa dilakukan oleh kaum bangsawan. 'Amr
ini adalah seorang pemimpin Banu Salima dan dari kalangan bangsawan
mereka pula. Sesudah pemuda-pemuda golongannya itu masuk Islam
malam-malam mereka mendatangi berhala itu lalu di bawanya dan
ditangkupkan kepalanya ke dalam sebuah lubang yang oleh penduduk
Yathrib biasa dipakai tempat buang air.
Bila pagi-pagi berhala itu tidak ada 'Amr
mencarinya sampai diketemukan lagi, kemudian dicucinya dan dibersihkan
lalu diletakkannya kembali di tempat semula, sambil ia menuduh-nuduh
dan mengancam. Tetapi pemuda-pemuda itu mengulangi lagi perbuatannya
mempermainkan Manat 'Amr itu, dan diapun setiap hari mencuci dan
membersihkannya. Setelah ia merasa kesal karenanya, diambilnya
pedangnya dan digantungkannya pada berhala itu seraya ia berkata: "Kalau
kau memang berguna, bertahanlah, dan ini pedang bersama kau."
Tetapi keesokan harinya ia sudah kehilangan
lagi, dan baru diketemukannya kembali dalam sebuah sumur tercampur
dengan bangkai anjing. Pedangnya sudah tak ada lagi.
Sesudah kemudian ia diajak bicara oleh
beberapa orang pemuka-pemuka masyarakatnya dan sesudah melihat dengan
mata kepala sendiri betapa sesatnya hidup dalam syirik dan paganisma
itu, yang hakekatnya akan mencampakkan jiwa manusia ke dalam jurang
yang tak patut lagi bagi seorang manusia, iapun masuk Islam.
Melihat Islam yang sudah mencapai martabat
begitu tinggi di Yathrib, akan mudah sekali orang menilai, betapa
memuncaknya kerinduan penduduk kota itu ingin menyambut kedatangan
Muhammad, setelah mereka mengetahui ia sudah hijrah dari Mekah. Setiap
hari selesai sembahyang Subuh mereka pergi ke luar kota
menanti-nantikan kedatangannya sampai pada waktu matahari terbenam dalam
hari-hari musim panas bulan Juli.
Dalam pada itu ia sudah di Quba' - dua
farsakh jauhnya dari Medinah. Empat hari ia tinggal di tempat itu,
ditemani oleh Abu Bakr. Selama masa empat hari itu mesjid Quba'
dibangunnya. Sementara itu datang pula Ali b. Abi-Talib ke tempat itu
setelah mengembalikan barang-barang amanat - yang dititipkan kepada
Muhammad - kepada pemilik-pemiliknya di Mekah. Setelah itu ia sendiri
meninggalkan Mekah, menempuh perjalanannya ke Yathrib dengan berjalan
kaki. Malam hari ia berjalan, siangnya bersembunyi. Perjuangan yang
sangat meletihkan itu ditanggungnya selama dua minggu penuh, yaitu
untuk menyusul saudara-saudaranya seagama.
Muhammad Memasuki Medinah
Sementara
kaum Muslimin Yathrib pada suatu hari sedang menanti-nantikan seperti
biasa tiba-tiba datang seorang Yahudi yang sudah mengetahui apa yang
sedang mereka lakukan itu berteriak kepada mereka.
"Hai, Banu Qaila1 ini dia kawan kamu datang!"
Hari itu adalah hari Jum'at dan Muhammad
berjum'at di Medinah. Di tempat itulah, ke dalam mesjid yang terletak
di perut Wadi Ranuna itulah kaum Muslimin datang, masing-masing
berusaha ingin melihat serta mendekatinya. Mereka ingin memuaskan hati
terhadap orang yang selama ini belum pernah mereka lihat, hati yang
sudah penuh cinta dan rangkuman iman akan risalahnya, dan yang selalu
namanya disebut pada setiap kali sembahyang.
Orang-orang terkemuka di Medinah menawarkan
diri supaya ia tinggal pada mereka dengan segala persediaan dan
persiapan yang ada. Tetapi ia meminta maaf kepada mereka. Kembali ia ke
atas unta betinanya, dipasangnya tali keluannya, lalu ia berangkat
melalui jalan-jalan di Yathrib, di tengah-tengah kaum Muslimin yang
ramai menyambutnya dan memberikan jalan sepanjang jalan yang
diliwatinya itu. Seluruh penduduk Yathrib, baik Yahudi maupun
orang-orang pagan menyaksikan adanya hidup baru yang bersemarak dalam
kota mereka itu, menyaksikan kehadiran seorang pendatang baru, orang
besar yang telah mempersatukan Aus dan Khazraj, yang selama itu saling
bermusuhan, saling berperang. Tidak terlintas dalam pikiran mereka -
pada saat ini, saat transisi sejarah yang akan menentukan tujuannya
yang baru itu - akan memberikan kemegahan dan kebesaran bagi kota
mereka, dan yang akan tetap hidup selama sejarah ini berkembang.
Dibiarkannya unta itu berjalan. Sesampainya
ke sebuah tempat penjemuran kurma kepunyaan dua orang anak yatim dari
Banu'n-Najjar, unta itu berlutut (berhenti). Ketika itulah Rasul turun
dari untanya dan bertanya:
"Kepunyaan siapa tempat ini?" tanyanya.
"Kepunyaan Sahl dan Suhail b. 'Amr," jawab
Ma'adh b. 'Afra'. Dia adalah wali kedua anak yatim itu. Ia akan
membicarakan soal tersebut dengan kedua anak itu supaya mereka puas.
Dimintanya kepada Muhammad supaya di tempat itu didirikan mesjid.
Muhammad mengabulkan permintaan tersebut dan dimintanya pula supaya di tempat itu didirikan mesjid dan tempat-tinggalnya.
Catatan kaki:
[1] Aus dan Khazraj (A).
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama