Hadits Arba’in Nomor 29

Pada bagian akhir hadits ke-29 dari
kitab Arba’in An-Nawawiyyah di atas, Rasulullah saw menjelaskan
bahwa milaku dzalika kuliihi, maksudnya, kunci dari semua urusan yang
terkait dengan masuk surga adalah lisan atau mulut. Artinya, kalau
seseorang bisa menjaga lisannya, dalam arti tidak mengucapkan kecuali
yang baik, dan jika tidak menemukan kebaikan maka ia diam, serta
mulutnya tidak mengonsumsi kecuali yang dihalalkan Allah swt, niscaya ia
akan memasuki surga Allah swt.
Sebaliknya, jika seseorang tidak menjaga
lisannya sehingga ia menggunakannya secara bebas dan untuk berbicara
apa saja, juga untuk mengonsumsi apa saja, niscaya kebebasan lisan itu
akan menjerumuskannya ke dalam neraka, na’udzu billah min dzalik.
Berkata baik atau diam
Dalam hadits lain Rasulullah saw
menjelaskan, di antara cara menjaga lisan adalah dengan cara berkata
baik, atau diam. Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang beriman kepada
Allah swt dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik, atau diam,”
(Muttafaqun ‘alaih).
Siapa menjamin mampu menjaga lisan dan kemaluannya, Rasulullah saw menjamin surga baginya
Dalam rangka mendorong umatnya agar
mampu menjaga lisan dengan baik sehingga karenanya ia akan memasuki
surga, Rasulullah saw bersabda, “Dari Sahl bin Sa’d, dari Rasulullah
saw, beliau bersabda: ‘Siapa yang mau menjamin untukku bahwa ia akan
menjaga organ antara dua rahang dan dua kakinya, maka aku jamin surga
baginya’,” (HR Bukhari [6474]).
Akibat satu kata, bisa surga atau neraka
Kita harus senantiasa menjaga lisan.
Sebab, satu kata yang meluncur darinya, bisa membawa ke surga atau
neraka. Tercatat dalam hadits, “Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi saw,
beliau bersabda, ‘Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kata
yang membuat Allah swt ridha kepadanya, sang hamba sendiri sama sekali
tidak memperhitungkannya, namun dengan satu kata itu, Allah swt naikkan
derajatnya beberapa derajat, dan sesungguhnya seorang hamba berbicara
dengan satu kata yang membuat Allah swt murka, sang hamba sendiri tidak
memperhitungkannya, namun gara-gara satu kata tersebut, sang hamba
terperosok ke dalam neraka Jahannam’,” (Muttafaqun ‘alaih, lihat Bukhari
[6477, 6478] dan Muslim [2988]).
Hati-hati, semua kosakata diawasi dan dicatat malaikat
Lisan harus dikontrol dengan baik.
Sebab, semua yang keluar darinya, selalu ada pengawas yang mencatat.
Allah swt berfirman, “Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan
ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir,” (QS Qaaf [50]:
18).
Agar tak sering tergelincir, terutama kepada kebohongan, jangan membicarakan segala yang kita dengar
Rasulullah saw bersabda, “Dari Abu
Hurairah ra, dari Nabi saw, ‘Cukuplah kebohongan bagi seseorang jikalau
ia menceritakan semua yang ia dengar’,” (HR Muslim [5]).
Jangan suka mengobrol dan mengobral omongan
Sabda Rasulullah saw, “Dari Jabir
bahwasanya Rasulullah saw bersabda, ‘Yang paling aku cintai di antara
kalian dan yang paling dekat tempat duduknya pada hari kiamat adalah
yang paling baik akhlaknya di antara kalian, dan sesungguhnya yang
paling aku benci dan paling jauh tempat duduknya dariku pada hari kiamat
adalah mereka yang banyak berbicara, yang memaksa-maksakan bicara
supaya didengar dan mereka yang sombong’,” (hadits shahih diriwayatkan
oleh At-Tirmidzi, dan ia berkata hadits ini hasan gharib melalui jalur
ini). LihatSilsilah Hadits Shahih [791].
Jangan membuat forum-forum untuk membicarakan keburukan orang/ kelompok/pihak lain
Salah satu pintu kebinasaan yang
diakibatkan oleh lisan adalah pembuatan forum-forumNajwa. Rasulullah saw
mendefinisikan najwa sebagaiberikut: “Dari Abdullah bin Umar ra
bahwasanya Rasulullah saw bersabda, ‘Jika manusia berkumpul tiga orang,
janganlah yang berdua berbicara tanpa melibatkan yang ke tiga)’,”
(Muttafaqun ‘alaih, lihat Bukhari [6288] dan Muslim [2183].
Jadi, najwa adalah kumpulan yang terdiri
tiga orang, di mana yang dua berbicara tanpa melibatkan orang ketiga.
Atau, kumpulan empat orang di mana dua orang di antaranya berbicara
tanpa melibatkan dua orang lainnya, atau yang tiga berbicara tanpa
melibatkan yang keempat, dan begitu seterusnya.
Termasuk dalam hal ini adalah
pembicaraan sekelompok anggota suatu organisasi atau masyarakat tanpa
melibatkan para pengambil keputusan dari organisasi atau masyarakat
tersebut.
Najwa seperti ini tidak memiliki
kebaikan sama sekali kecuali jika dalam rangka tiga hal, sebagaimana
dijelaskan Allah swt dalam QS An-Nisa [4]: 114, “Tidak ada kebaikan pada
kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang
yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau
mengadakan perdamaian di antara manusia.”
Selain yang terungkap di atas, masih
banyak lagi petunjuk Al-Qur’an dan hadits yang mewajibkan kita menjaga
lisan. Karenanya tak heran, petunjuk Rasulullah dalam penutup hadits
ke-29 ini menerangkan lisan sebagai kunci bagi manusia yang ingin
memasuki surga-Nya.
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama