Assalamu
alaikum Syaikh, ana mau tanya mengenai problem rumah tangga. Ana
menikah sudah 3 tahun dan dikaruniai anak laki-laki umur 1,7 tahun yang
montok. Istri ana orang yang sulit untuk didakwahi/dinasehati dengan
manhaj Salaf, karena istri ana orang tradisional dan keluarganya juga
orang tradisional. Istri ana selalu ana nasehati untuk selalu belajar
ilmu agama walau baca buku, tapi dia gak mau baca dan gak mau ikut
manhaj Salaf, dia akan terus ikut kelompok tradisional, bahkan dia
menganggap Salaf itu sesat.
Istri ana lebih percaya dan lebih patuh pada bapaknya daripada ana,
suaminya. Bapaknya seperti dukun yang kental dengan khurafat, tathoyur,
dan tahayul, apalagi kesyirikan, kebid’ahan dan kemaksiatan. Istri ana
bila di rumah ortunya gak mau pakai jilbab. Alasannya selalu, gak
apa-apa ini di kampungku sendiri, kalau keluar jauh baru pakai jilbab,
itu saja jilbab mini. Dia gak mau pakai baju lebar/besar (yang menutupi
tubuhnya dengan sempurna). Istri ana selalu pakai baju ketat. Dia selalu
membantahku dalam hal agama. Ia dikit-dikit marah padaku. Diriku selalu
diawasi dan bertanya mau kemana dan dari mana. Itu selalu diucapkan
apabila ana mau pergi dan pulang dari bepergian. Ia juga gak mau dimadu
walau ana kaya sekalipun. Dia minta cerai apabila ana poligami.
Semua keluarganya benci dengan Salaf,istriku juga. Sampai kapanpun
istriku gak akan ikut manhaj Salaf dan dia patuh pada bapaknya, apalagi
hal-hal tahayul, tathayur dan khurafat. Padahal dia selalu ana nasehati
bahwa itu syirik, tetap dia akan patuh bapaknya. Ana sekarang gak betah
dengan istriku, ana bingung Syaikh, apakah ana harus ceraikan dia dan
mencari yang lebih baik dari dia, jujur ana ingin nikah dengan akhwat
bercadar yang bermanhaj Salaf, tetapi ana selalu lihat anakku yang masih
kecil. Sekarang ana stress. Apakah ana harus ceraikan dia Syaikh, ana
minta tolong bagaimana jalan keluarnya. Syukran.
Jawab:
Hayyakallah, selamat datang di majalah Qiblati.
Pertama, izinkan saya untuk banyak menyalahkan Anda pada cara
pergaulan Anda terhadap kehidupan suami istri. Yang tampak bagi saya
adalah bahwa perlakuan Anda kadang dengan cara yang tidak bertanggung
jawab. Anda seperti orang yang menikahi seorang wanita yang pendek,
kemudian setelah menikah dengannya, Anda ingin menceraikannya untuk
menikahi seorang wanita yang tinggi.
Maka Anda, Anda telah menikah, dan Anda mengetahui bahwa dia dan
keluarganya adalah dari saudara-saudara kita dari kalangan tradisional
(mengikuti tradisi meski menyalahi sunnah Rasul shalallahu alaihi
wasallam). Ini bukanlah suatu perkara yang mengagetkan bagi Anda. Dan
janganlah anda mengira bahwa sebagian kalimat perasaan Anda yang Anda
ingin meraih perasaan saya terhadap Anda akan mempengaruhi jawaban saya.
Maka sesungguhnya saya melihat perselisihan itu dengan pandangan
seorang hakim sebelum pandangan seorang yang memberikan obat bagi
perselisihan itu.
Wahai saudaraku, jika Allah Azza wa Jalla telah membolehkan kita
menikah dari wanita ahli kitab yang kafir, maka bagaimana Anda ingin
dengan sederhana menyamakan istri Anda yang shalat dengan wanita-wanita
kafir bahkan Anda ingin menjadikannya lebih ringan darinya?
Segala perkara yang telah Anda sebutkan tentang istri Anda, dari
berbagai keteledoran dalam masalah hijab dan lainnya, tidak akan
memasukkannya ke dalam lingkup kekufuran, terutama Anda telah
menikahinya di atas keterangan yang jelas dari perkaranya, maka
bertaqwalah kepada Allah, pasti Allah akan menjadikan jalan keluar bagi
Anda.
Sesungguhnya keluarga kita, dari kalangan tradisional, betapapun
perselisihan kita dengan mereka, maka mereka adalah saudara-saudara
kita, sekalipun ada diantara mereka yang mendatangi berbagai perkara
yang menyelisihi syariat, maka itu adalah karena kebodohan mereka dari
urusan agama. Jika tidak, maka tidak akan mungkin salah satu dari mereka
akan mendatangi segala penyimpangan ini kecuali orang yang menentang
lagi sombong. Anda belum memahami bahwa dia, atau bapaknya, atau
saudaranya, tidak akan menerima arahan dan nasihat dari Anda dengan
mudah bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah bagian dari bid’ah, dan
khurafat, karena keberadaan Anda adalah orang yang memiliki manhaj yang
berbeda dengan manhaj mereka. Ini adalah sebuah perkara lumrah dalam
kebiasaan perlakuan bersama agama-agama, sekte-sekte, dan
madzhab-madzhab.
Perhatian saya tertuju kepada ucapan Anda bahwa dia senantiasa
mendebat Anda dalam perkara agama, maka sesungguhnya saya katakan, ‘Mana
yang lebih baik dari dua hal; dia mendebat Anda, atau dia menolak
berbicara bersama Anda dalam urusan agama?’ Tidak diragukan lagi bahwa
debatnya bersama Anda adalah salah satu pintu masuk untuk merubahnya
kelak, dengan izin Allah. Bahkan anda harus menggunakan perdebatannya
dengan perdebatan yang sesuai agar Anda bisa menjelaskan kebenaran
kepadanya dengan sebaik-baik gambaran.
Adapun tentang bapaknya, maka istri Anda tidak akan menanggung dosa
orang lain. Maka janganlah anda menghukum istri Anda dengan dosa
bapaknya. Ini adalah penghalang Anda, yaitu bahwa seharusnya Anda telah
mengetahui keadaan bapaknya sebelum menikah. Maka bagaimana sekarang
Anda datang dan mengeluh serta ingin menghancurkan kehidupan rumah
tangga karena satu perkara yang sebelumnya Anda sudah mengetahuinya,
atau apakah sebelumnya Anda kurang mengetahui dan menelitinya?!
Apa yang telah berlalu adalah diagnosa ringkas dari permasalahan Anda, dan berikut ini adalah obatnya dengan izin Allah:
Sesungguhnya saya, dari sela-sela penyampaian permasalahan Anda, saya
merasa bahwa istri Anda adalah seorang wanita yang baik. Akan tetapi
Anda belum merasakannya hingga sekarang, apakah Anda mengetahuinya,
mengapa? karena Anda memusatkan perhatian kepada sisi negatifnya saja,
dan selalu mengkritiknya. Oleh karena itu, agar Anda merasakan kebaikan
hati istri Anda, wajib bagi Anda sekarang adalah melupakan penyimpangan
syar’inya sama sekali, lalu pusatkanlah perhatian pada perbaikan
hubungan suami istri diantara kalian berdua, tanpa masuk dalam
perdebatan agama dan selainnya. Menjauhlah sama sekali dari kritik
apapun terhadapnya, lalu perbanyaklah memuji dan bercanda dengannya.
Maka anda, saat anda mengatakan bahwa ketaatannya kepada bapaknya lebih
besar, maka tahukah Anda penyebabnya? Yaitu karena Anda hingga hari ini
gagal meraih hatinya. Inilah yang menyebabkan ketaatannya kepada Anda
menurun. Oleh karena itu, raihlah hatinya, dengan memuji dan bercanda
dengannya.
Sesungguhnya saya merasa heran, Anda orang kaya, Alhamdulillah, lalu
mengapa Anda tidak menundukkan kekayaan Anda guna memperbaiki hubungan
bersama istri Anda dan mengubahnya? Apakah Anda telah berfikir untuk
membawanya tanpa anak ke sebuah tempat yang jauh, lalu Anda habiskan
hari-hari indah di dalamnya bersamanya lalu Anda buat dia merasakan
cinta Anda yang mendalam untuknya?
Apakah anda sudah berfikir untuk memiliki hatinya, dengan memberikan
hadiah kepadanya dengan segala sesuatu yang indah, yang membawa
makna-makna tinggi seperti serangkai bunga atau yang lainnya?
Wahai saudaraku, berkenaan dengan mendakwahinya, maka janganlah Anda
mendakwahi istri Anda secara langsung, akan tetapi dengan melalui dua
sarana; pertama, senantiasalah memutar kaset di rumah dan di kendaraan
yang berisikan kajian tentang tauhid, tanpa Anda memasukkan dia dalam
perbincangan. Dan janganlah terpengaruh jika dia menampakkan ketidak
perhatiannya dengan mendengar. Kadang manusia itu berpura-pura, akan
tetapi dia mendengar suara. Oleh karena itulah dia akan mendengar
sekalipun dia tengah melakukan pekerjaan rumahnya.
Kemudian, dimana peran para akhowat pada kehidupannya, apakah Anda
telah turut memberikan andil dengan mengenalkannya sekalipun satu orang
dari mereka?
Adapun tentang ucapan Anda, bahwa Anda ingin menikahi seorang wanita
yang bercadar dan konsisten dengan manhaj salaf, maka sesungguhnya saya
bertanya kepada Anda, apakah akan ada pahala bagi Anda dengan seorang
wanita yang telah berpegang teguh dengan manhaj Salaf ataukah pahala itu
akan lebih besar jika Anda berhasil mengubah istri Anda?
Oleh karena itu, hanya dengan sekedar usaha Anda yang terus menerus,
Anda akan mendapatkan pahala di dalamnya, lalu mengapa Anda menghalangi
diri Anda dari pahala hidayahnya istri Anda kelak. Oleh karena itu
janganlah tergesa-gesa, dan berusaha meyakinkan diri dengan
alasan-alasan yang lemah dan tidak rasional (tidak logis). Saya mohon
agar Anda melihat kepada istri Anda dengan pandangan positif, dan
janganlah Anda melihat kecuali kebaikan-kebaikannya, dan sesungguhnya
saya merasa optimis bahwa istri Anda, jika Anda berupaya bersamanya
dengan upaya yang bersungguh-sungguh, lagi ikhlas, maka Allah akan
menetapkan untuknya mengikuti manhaj Salaf hingga Anda akan beruntung
dengan keuntungan yang besar.
Adapun masalah menikahi yang lain, maka jangan sekali-kali berfikir
tentangnya, minimal untuk saat ini. Jika Allah menetapkan hidayah
baginya ke manhaj Salaf, saat itu lihatlah perkara Anda, apakah Anda
akan meninggalkan pemikiran tersebut ataukah masih tetap ada. Jika masih
tetap ada, maka wajib bagi Anda untuk menjalin kesefahaman bersamanya,
maka saat itu, dia akan lebih banyak kesefahamannya daripada sekarang,
karena dia saat itu berada di atas manhaj Salaf dan memungkinkan baginya
untuk memahami dan menyetujui.
Terakhir, saya bersyukur atas perhatian Anda kepada putra Anda, dan
lebih mendahulukan kemaslahatannya, diatas kemaslahatan apapun yang
lainnya, maka mudah-mudahan Allah membalas anda dengan sebaik-baik
balasan. Saya memohonkan taufik kepada Allah, bagi Anda dan istri Anda.
(dinukil dari majalah Qiblati edisi 12/tahun VI, dalam rubrik Konsultasi Keluarga, bersama Syaikh Mamduh Farhan al Buhairi)
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama