Yunus
bin Bakr berkata dari Muhammad Ishaq dari Abu Khalid bin Dinar, Abul
Aliyah telah menceritakan kepada kami, ia berkata: Ketika kami
menaklukkan Tartar, maka kami mendapatkan sebuah tempat tidur di dalam
Baitul Mal Hurmuzan. Di atas tempat tidur tersebut terdapat mayat yang
diatas kepalanya terdapat mushaf. Kami mengambil mushaf tersebut dan
membawanya ke hadapan Umar bin Khaththab. Lalu Umar memanggil Ka’b.
Lantas Ka’b menerjemahkannya ke dalam bahasa Arab.
Dan sayalah orang yang pertama kali dari kalangan bangsa Arab yang
membacanya. Aku membacanya seperti membaca Al Quran. Aku bertanya kepada
Abul Aliyah: “Apa kandungan mushaf tersebut?” Ia menjawab: “Sejarah,
perkara, dan ucapan-ucapan kalian serta segala sesuatu yang akan terjadi
setelahnya.” Aku bertanya: Apa yang kalian perbuat terhadap sosok mayat
tersebut?” Ia menjawab: “Kami menggali kubur di siang hari sebanyak
tiga belas lubang kubur yang berpencar-pencar. Ketika malam tiba, maka
kami menguburnya dan kami ratakan seluruh kuburan tersebut agar
orang-orang tidak tahu (kuburan yang mana yang kami gunakan) agar mereka
tidak membongkarnya.”
Aku berkata: Apa yang mereka (penduduk Hurmuzan) harapkan darinya
(mayat tersebut)?” Ia berkata: “Ketika langit tidak menurunkan hujan,
maka mereka menampakkan ranjang tersebut, sehingga hujan pun turun untuk
mereka.” Aku berkata: “Siapa yang kalian kira sosok tersebut?” Ia
menjawab: “Seseorang yang bernama Daniel.” Aku berkata: “Sejak kapan
kalian ketahui ia telah meninggal?” Ia menjawab: “Sejak 300 tahun lalu.”
Aku bertanya: “Apakah ada perubahan padanya?” Ia menjawab: “Tidak,
hanya beberapa helai rambut yang ada di tengkuknya. Sesungguhnya daging
para Nabi tidak akan pernah dimakan tanah dan tidak akan dimakan
binatang buas.”
Imam Ibnu Katsir berkata: Sanad riwayat diatas shahih dari Abu al
Aliyah. Namun jika benar sejarah wafatnya diketemukan setelah 300 tahun
berlalu maka ia bukanlah seorang Nabi, tetapi ia adalah orang shalih.
Sebab, antara Isa putera Maryam dan Rasulullah shalallahu alaihi
wasallam tidak ada seorang Nabi pun berdasarkan nash hadits yang
diriwayatkan oleh Bukhari. Sedangkan rentang waktu antara keduanya
adalah 400 tahun. Ada yang mengatakan 620 tahun. Boleh jadi sejarah
wafatnya diketemukan setelah 800 tahun, maka masa tersebut sangat dekat
dengan masa Daniel. Boleh jadi ia adalah orang lain baik dari kalangan
para Nabi maupun dari kalangan orang-orang shalih. Namun, kemungkinan
besar ia adalah Daniel, sebab Daniel dahulunya pernah dibawa oleh raja
Persia dan hidup bersamanya dalam penjara, sebagaimana yang telah
dijelaskan di muka.
Dalam riwayat lain, Abu Bakr bin Abi ad Dunya berkata dalam kitab
Ihkaamu al Qubuur :
Abu Hilal Muhammad bin al Harits bin Abdullah bin Abi
Burdah bin Abi Musa Al Asy’ariy telah menceritakan kepada kami, Abu
Muhammad al Qasim bin Abdullah telah menceritakan kepada kami, dari Abu
al Asy’ats al Ahmariy, ia berkata: Rasulullah shalallahu alaihi wasallam
bersabda, “Daniel berdoa kepada Allah Azza wa Jalla agar jasadnya
dikubur oleh umat Muhammad.” Tatkala Abu Musa al Asy’ariy membuka kota
Tartar, maka ia mendapatkannya berada di dalam sebuah peti yang masih
kelihatan urat-uratnya. Sedangkan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam
telah bersabda: “Barangsiapa yang dapat menunjukkan keberadaan Daniel,
maka berilah kabar gembira berupa surga baginya.”
Sedangkan yang
menunjukkan keberadaan Daniel adalah seorang laki-laki yang bernama
Harqush. Maka Abu Musa al Asy’ariy menulis sepucuk surat kepada Umar
yang mengabarkan kepadanya hal tersebut. Maka Umar menulis surat yang
isinya perintah untuk menguburkannya dan memerintahkan agar Harqush
menghadap kepada Umar. Sebab Nabi shalallahu alaihi wasallam telah
memberikan kabar gembira kepadanya berupa surga. Dari sisi ini, riwayat
di atas adalah mursal namun masih diperselisihkan tentang keshahihannya.
Wallahu a’lam.
Kemudian Ibnu Abi ad Dunya berkata: Abu Hilal telah menceritakan
kepada kami, Qasim bin Abdullah telah menceritakan kepada kami, dari
Anbasah bin Sa’id, ia adalah seorang alim, ia berkata: “Abu Musa al
Asy’ariy mendapatkan sebuah mushaf dan bejana yang berisikan lemak,
dirham dan cincin yang ada bersama Daniel. Maka Abu Musa menulis sepucuk
surat yang ditujukan kepada Umar yang berisikan masalah barang-barang
tersebut. Umar membalas surat tersebut yang berisikan: “Silahkan mushaf
dikirim kepada kami. Adapun lemak (gajih), maka sebagian dikirim kepada
kami dan sebagian lagi silahkan diberikan kepada sebagian kaum muslimin
untuk obat. Sedangkan dirham silahkan dibagi diantara kalian. Sedangkan
cincin maka kami telah memberikannya kepadamu.”
Diriwayatkan dari Ibnu Abi ad Dunya bahwasanya ketika Abu Musa
mendapatkannya, maka orang-orang mengatakan bahwa ia adalah Daniel.
Serta merta Abu Musa memeluk dan menciumnya. Ia menulis kepada Umar yang
berisikan masalah tersebut. Ia juga melaporkan bahwa ia juga menemukan
sejumlah harta di dekat jasad berupa 10.000 dirham. Setiap orang yang
datang pasti meminjam harta tersebut. Namun bila tidak mengembalikan
maka si peminjam tersebut akan mengalami sakit. Yang tersisa padanya
hanya seperempatnya. Umar memerintahkan kepada orang-orang untuk
memandikan jasad tersebut dengan air dan daun bidara, mengafani dan
menguburnya. Umar memerintahkan agar menyembunyikan kuburnya yang tidak
diketahui oleh seorang pun. Ia juga diperintahkan untuk mengembalikan
harta tersebut kepada Baitul Mal. Maka hal tersebut dibawa menghadap
Umar, sedangkan cincinnya diberikan kepada Abu Musa.
Diriwayatkan dari Abu Musa bahwasanya ia memerintahkan kepada empat
orang tawanan untuk membendung sungai, lalu mereka menggali kubur di
tengah-tengah sungai tersebut, lalu menguburkan jasad Daniel. Kemudian
Abu Musa menghampiri keempat tawanan tersebut dan membunuh semuanya.
Oleh karenanya tidak ada yang mengetahui tempat kuburnya selain Abu Musa
al Asy’ariy radhiyallahu anhu.
(Qishashul Anbiya oleh Imam Ibnu Katsir, ditahqiq oleh Abu al Fida’ Ahmad Badruddin).
Lihatlah bagaimana para shahabat menyembunyikan kuburan Nabi Danial
agar tidak menjadi fitnah untuk manusia, mereka pun tidak bertawassul
kepadanya tidak juga membangunkan sebuah bangunan yang megah untuknya.
Bayangkan bila yang menemukannya orang-orang di zaman sekarang, terutama
dari kalangan pecinta kuburan, pasti mereka akan membelanya
habis-habisan, dan mengeluarkan dana yang banyak untuk membangun
bangunan dan menjadikannya sebagai tandingan selain Allah dengan alasan
mencintai para Nabi, sungguh amat jauh antara mereka dengan generasi
para shahabat. Apa yang dilakukan para shahabat itu adalah yang mereka
pahami dari agama yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
berupa mentauhidkan Allah dan menjauhkan kesyirikan, dan itulah ruh dan
intisari dakwah para Nabi dan Rasul.
Dari riwayat diatas menunjukkan bahwa bolehnya menyembunyikan kuburan
orang shalih agar tidak disembah, hal ini untuk menghindari
kemudharatan yang lebih besar. Apalagi di ketahui bahwa kaumnya masih
jahil sehingga menjadikan kuburan atau mayat tersebut sebagai sesembahan
selain Allah.
Wallahul musta’an.
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama