
Apa yang tidak bisa dibisniskan di negeri kita ini? Hukum bisa
dibisniskan, mekanisme seleksi calon pegawai negeri bisa dibisniskan,
proses pemilihan kepala daerah bisa dibisniskan, pemberangkatan haji
bisa dibisniskan, pemakaman mayat bisa dibisniskan, bahkan pelanggaran
akidah juga bisa dibisniskan. Dan anehnya semuanya laku, termasuk bisnis
penodaan akidah yang masih marak saat ini. Ironisnya, disadari atau
tidak, para konsumen dengan suka rela membeli kesesatan tersebut,
padahal itu bisa merusak akidah sendiri.
Itulah fenomena bisnis ramal-meramal.
Para pedagang dengan bebas mengiklankan dagangan mereka di berbagai
media massa; majalah, koran, tabloid, buletin, televisi, radio,
internet, face book, twiter, serta media massa lainnya. Begitupula para
calon konsumen, karena tipisnya akidah, minimnya pengetahuan syari’at,
gencarnya iklan di media, membuat mereka tidak sadar bahwa mereka telah
membelanjakan uang di jalan yang sesat.
Ragam layanan ramalan
Seiring dengan perkembangan zaman, maka layanan ramal-meramal pun makin
beragam. Para peramal memanfaatkan kecanggihan tekhnologi dan kemudahan
akses komunikasi secara maksimal. Tidak hanya menunggu bola seperti pola
praktik ramalan zaman dahulu, mereka juga aktif melempar bola. Para
penggila ramalan dimanjakan dengan praktik ramalan yang berbasis
tekhnologi. Sehingga para konsumen bisa dengan mudah mengakses ramalan
via HP, jejaring sosial, ber-online di dunia maya, ber-telpon-an riya,
ber-BBM-an atau ber-SMS-an.
Layanan SMS misalnya, banyak peramal
Indonesia yang berlomba-lomba mengiklankan ramalan mereka via media
massa. Dengan tarif premium yang sekali kirim harganya Rp. 2000,-, jasa
ramalan itu pun banyak diminati masyarakat. Doktrin iklan mereka juga
ekstrim dan sangat provokiatif. Ekstrim karena dengan mudah menjanjikan
perubahan nasib seseorang ke arah yang lebih baik yang sebenarnya hanya
wewenang Tuhan. Provokatif karena gencarnya iklan mereka di media massa
dan menawarkan kemudahan dan kemurahan. Hanya ketik ‘REG-(NAMA),
REG-(TANGGAL LAHIR), REG-(ZODIAK) lalu kirim ke nomer XXXX.
Peramal meraup untung
Sekilas bisnis ramalan lewat SMS adalah bisnis murahan, tarifnya hanya
Rp. 2000,-. Tapi jangan salah perhitungan. Kalau dua ribu kali 10 orang
memang sedikit hasilnya, cuma Rp. 20.000,- tapi kalau nominal itu kita
kalikan ribuan atau puluhan ribu pengguna jasa, maka akan lain hasilnya.
Ki Joko Bodo misalnya, melalui iklan televisi dan media massa lainnya,
ia menawarkan layanan ramalan yang bisa diakses via SMS. Gayung
bersambut, dalam waktu dua pekan saja, telah terakumulasi sebanyak
70.000 SMS yang minta jasa ramalan ke Joko Bodo. Luar biasa bukan? Anda
bisa menghitung berapa banyak jumlah rupiah yang didapat oleh si
Peramal. Dua ribu kali tujuh puluh ribu, hasilnya Rp. 140.000.000,’.
Fantastis sekali jumlahnya, gaji kita tidak ada seper-sepernya, bahkan
gaji Presiden RI (SBY) juga kalah jauh.
Itulah data yang disampaikan oleh
beberapa sumber media yang ada. “Sudah ada 70.000 SMS dalam dua minggu.
Sehari tayang di lima stasiun televisi,” ujar paranormal Ki Joko Bodo
dalam perbincangan dengan detikcom, Jumat (11/4/2008). Itu hanya
dagangan Ki Joko Bodo. Kabar buruknya, tidak hanya dia yang jualan
ramalan, masih banyak peramal lain yang menjajakan dagangan yang sama.
Seperti Mama lauren (yang sudah meninggal tahun 2000), Madame Sahara,
Mbah Roso, Suhu Yo, Deddy Corbuzier, Romi Raffel dan yang lainnya.
Kalau dipukul rata, masing-masing
peramal punya langganan 100.000 orang dalam sebulan, dikalikan 7
peramal, berarti ada 700.000 orang dalam sebulan. Kalau angka itu
dikalikan Rp. 2000,-, maka dalam sebulan jumlah uang yang dibelanjakan
untuk ‘beli’ ramalan sekitar Rp. 1.400.000.000,- (satu milyar empat
ratus juta rupiah). Sungguh merupakan bisnis yang menggiurkan, dan
sepertinya manis rasanya.
Manis tapi haram
Kalau kita lihat jumlah uang yang terkumpul dari bisnis ramalan, maka
banyak orang yang tergiur untuk melakukan hal yang sama. Dan itulah yang
terjadi, mereka yang selama ini kurang dikenal sebagai peramal juga
ikut latah, berbisnis dengan dagangan yang sama. Bahkan mereka yang
selama ini dikenal sebagai tukang sulap atau master ilusionis dan
hipnotis juga ‘ngiler’ dengan prospek bisnis yang satu ini. Sehingga
jumlah iklan ramal-meramal semakin bejibun memadati slot-slot iklan di
Televisi dan menghiasi sejumlah lembar media cetak.
Namun, kita sebagai orang yang beriman
diperintahkan oleh agama kita agar tidak menghalalkan segala profesi
untuk mendapatkan penghasilan. Karena profesi yang dilarang oleh
syari’at, akan menghasilkan uang (rizki) yang haram juga. Termasuk
profesi ramal-meramal yang notabene bisa kita kelompokkan ke profesi
perdukunan yang telah diharamkan syari’at Islam. Maka seharusnya kita
tinggalkan profesi tersebut. Dan kalau ada orang yang memilih peramal
sebagai profesinya, maka jangan didatangi atau diakses untuk minta jasa
ramalannya, karena perbuatan kita itu sama dengan mendukung dan
melestarikan keberadaan mereka.
Allah telah mewanti-wanti kita semua
dalam firman-Nya, “…Dan saling tolong-menolonglah kalian dalam
(mengerjakan) kebaikan dan taqwa, dan janganlah kalian saling
tolong-menolong dalam berbuatan dosa dan pelanggaran, sesungguhnya Allah
sangat pedih siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah: 2).
Dalam haditsnya, Rasulullah menyebut uang yang dihasilkan dari praktik perdukunan dan ramalan dengan istilah ‘Hulwan’,
yang artinya suatu yang manis rasanya. Manis karena tidak memerlukan
uasaha keras, banting tulang atau peras keringat, tapi uang yang
dihasilkan sangat besar. Kalau kita punya profesi yang ringan untuk
dikerjakan tapi besar yang dihasilkan, tentu akan terasa manis bukan?
Hanya saja manisnya uang yang dihasilkan dari praktik perdukunan dan
ramalan masuk kategori rizki yang haram hukumnya.
Dalam sebuat riwayat yang shahih
dijelaskan, Uqbah bin ‘Amr berkata: Bahwasannya Rasulullah telah
mengharamkan uang yang dihasilkan dari penjualan anjing, dari hasil
praktik prostitusi (pelacuran), dan dari hasil praktik perdukunan dan
ramalan.” (HR. Jamaah atau para Imam-imam hadits).
Profesi yang haram
Benarkah berprofesi sebagai peramal termasuk profesi yang diharamkan
oleh Islam? Jawabannya, “Itu sangat benar”. Islam telah mengharamkannya
ummatnya untuk berprofesi sebagai tukang sihir, dukun dan peramal.
Seperti yang disabdakan Rasulullah, “Bukan golongan kami, orang yang
berpraktik sebagai dukun atau minta bantuan dukun.” (HR. al-Bazzar,
dengan sanad yang baik).
“Suatu saat, ada sekelompok orang
datang ke Rasulullah. Mereka mengira bahwa Rasulullah adalah orang yang
tahu akan perkara ghoib. Mereka menyembunyikan sesuatu dalam genggaman
tangan. Mereka berkata, “Wahai Rasulullah, beritahulah kami apa yang
kami sembunyikan‘. Dengan tegas Rasulullah menjawab, “Sesungguhnya aku
bukanlah dukun. Karena para dukun dan orang yang berpraktik perdukunan
tempatnya adalah neraka.” (HR. Tirmidzi).
Peramal dan yang diramal kufur
Yang diharamkan dalam Islam tidak hanya profesi perdukunan atau ramalan,
tapi juga perbuatan orang yang memanfaatkan jasa mereka. Karena orang
yang percaya terhadap hasil ramalan peramal, berarti ia telah kufur
terhadap ketentuan Allah (takdir). Allah telah menegaskan, “Dan tidak
ada ada seorangpun yang tahu apa yang akan ia peroleh esok hari“. (QS.
Luqman: 34).
Amir bin Masruq berkata, “Aku pernah
bertanya kepada Aisyah, ‘Wahai Ibuku, apakah Rasulullah pernah melihat
Allah langsung? Dia menjawab, ‘Pertanyanmu itu membuat bulu kudukku
merinding. Apakah kamu tidak tahu akan tiga hal. Barangsiapa yang
membicarakannya berarti ia telah berdusta. (Di antaranya, red), “Siapa
bilang bahwa Rasulullah mengetahui apa yang terjadi besok, maka ia telah
berdusta. Lalu dia membaca ayat, “Dan tiada seorangpun yang dapat
mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dilakukan besok.” (QS. Luqman:
34).” (HR. Bukhari).
Itulah aspek kekufuran yang dilakukan
peramal dan orang yang minta diramal, mereka telah kufur terhadap
ketentuan Allah dalam al-Qur’an dan al-Hadits. Rasulullah bersabda,
“Barangsiapa mendatangi peramal atau dukun lalu membenarkan apa yang dia
katakan, maka ia telah kufur terhadap apa yang diturunkan Allah kepada
Muhammad (al-Qur‘an dan al-Hadits).” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).
Mu‘awiyah bin al-Hakam berkata, “Wahai
Rasulullah, ada beberapa hal yang biasa kami lakukan di masa Jahiliyyah;
kami biasa mendatangi dukun-dukun.‘ Rasulullah menimpali, ‘Janganlah
kalian datang ke dukun‘.” (HR. Muslim; Bab diharamkannya praktik
perdukunan dan mendatangi dukun).
Penutup
Betapa banyak praktik bisnis haram masih merajalela di negeri ini.
Sebagiannya telah dilarang dalam undang-undang negara secara resmi,
seperti jual-beli narkoba, jual beli senjata secara ilegal, jual beli
anak manusia, jual beli minuman keras dan yang lain sejenisnya. Tapi
jual-beli akidah dan juga jual beli kesesatan belum ada undang-undang
larangannya. Hanya undang-undang syari’at Islam yang telah ada larangan
jual beli tersebut. Oleh karena itu, mereka yang imannya tipis,
pengetahuan agamanya minim lebih memilih profesi sebagai dukun dan
peramal daripada profesi lainnya. Karena hasilnya cukup besar dan
menggiurkan.
Perhatikanlah jumlah kekayaan orang
yang berpraktik sebagai dukun atau peramal di negeri ini. Kekayaan
mereka melimpah ruah. Ki Joko Bodo sendiri telah membangun rumah senilai
milyaran rupiah sebagai bukti ‘manisnya’ uang hasil perdukunan. Ia
menamai rumah tersebut dengan sebutan ‘Istana Wong Sinting’
alias Istana orang gila. Dan sadarkah kita, kalau kita termasuk
pengguna jasa ramalan mereka, berarti kitalah yang membangunkan rumah
sebagai tempat tinggal dan tempat praktik mereka. Kita sebagai donatur
kesesatan itu sehingga mereka makin eksis mewujudkan misi: “Menyesatkan
kita dan generasi-generasi yang ada”. Berapapun uang yang telah kita
sumbangkan ke mereka, Allah akan meminta pertanggungjawabannya.
Rasulullah bersabda, “Tidaklah akan
bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat hingga ia ditanya
tentang; Umurnya, untuk apa ia lalui. Ilmunya, sudahkan ia amalkan.
Hartanya, darimana ia dapatkan dan kemana ia belanjakan. Jasadnya, untuk
apa ia gunakan.” (HR. Tirmidzi, dan ia nyatakan sebagai hadits hasan
shahih).
Hati-hati dalam membelanjakan harta.
Kalau selama ini ada dari rizki Allah yang telah diberikan kepada kita
lalu kita berikan kepada musuh Allah (dukun dan peramal), betapa
kufurnya kita kepada Allah akan rizki yang telah Dia berikan. Lalu apa
jawaban kita di akhirat nanti….??? Semoga pertolongan dan hidayah Allah
selalui menyertai kita semua, sehingga kita bisa lepas dari jerat-jerat
syetan melalui praktikperdukunan dan ramalan.
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama