
“Sesungguhnya termasuk pemahaman yang salah pada banyak manusia ialah
bahwa kekerabatan terhadap Rasulullah akan memberikan manfaat. Maka
tidak diragukan lagi bahwa yang demikian tidak benar. Kekerabatan
terhadap beliau tidak akan memberikan manfaat kepada pemiliknya jika
dia tidak istiqamah terhadap agama Allah dan sunnah Nabi-Nya . Abu
Hurairah telah meriwayatkan bahwa Rasulullah telah bersabda:
« يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ اشْتَرُوا أَنْفُسَكُمْ لاَ أُغْنِي عَنْكُمْ
مِنْ اللَّهِ شَيْئًا ، يَا بَنِي عَبْدِ مَنَافٍ لاَ أُغْنِي عَنْكُمْ
مِنْ اللَّهِ شَيْئًا ، يَا عَبَّاسُ بْنَ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ لاَ أُغْنِي
عَنْكَ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا ، وَيَا صَفِيَّةُ عَمَّةَ رَسُولِ اللَّهِ
لاَ أُغْنِي عَنْكِ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا ، وَيَا فَاطِمَةُ بِنْتَ
مُحَمَّدٍ سَلِينِي مَا شِئْتِ مِنْ مَالِي لاَ أُغْنِي عَنْكِ مِنْ
اللَّهِ شَيْئًا »
“Wahai sekalian kaum Quraisy, bebaskan diri kalian, aku tidak berguna
(tidak bisa menolong)sama sekali terhadap kalian dari (murka) Allah,
Wahai Bani ‘Abdi Manaf, aku tidak bisa menolong kalian dari murka Allah
sedikitpun, Wahai ‘Abbas ibn Abdil Muthallib, aku tidak bisa menolong
kalian dari murka Allah sedikitpun, Wahai Shafiyah bibi Rasulullah, aku
tidak bisa menolong kalian dari murka Allah sedikitpun, wahai Fathimah
binti Muhammad, mintalah kepadaku dari hartaku apa yang kau kehendaki,
aku tidak bisa menolong kalian dari murka Allah sedikitpun.” (HR.
al-Bukhari (9/291))
Boleh jadi, banyak orang tidak mengetahui bahwa banyak di antara
ulama Saudi nasab mereka kembali kepada para sahabat dan tabi’in, serta
sejumlah mereka bernasab kepada Nabi . Sekalipun demikian, hal ini
tidak memiliki keutamaan atau faidah, juga tidak ada nilai dalam nasab
jika dia menyelisihi petunjuk al-Mushthafa Muhammad . Seluruh kaum
muslimin, dari para ulama sampai orang-orang awam mencintai Nabi , akan
tetapi hendaknya kita bertanya kepada diri kita masing-masing, apakah
semuanya telah berbuat baik dalam kecintaan ini ataukah di sana ada
orang-orang yang berbuat buruk, ataukah di sana ada orang yang
meremehkan kecintaan ini, ataukah ada orang yang berlebih-lebihan
(kultus) dalam kecintaan ini?
Sesungguhnya kecintaan yang hakiki adalah dengan mengikuti
perintah-perintah Nabi dengan baik, berpegang dengannya, dan
meninggalkan apa yang beliau larang. Barangkali engkau memperhatikan
adanya orang yang beristighatsah dengan orang-orang yang telah mati,
kemudian dia menyangka bahwa dia termasuk habaib atau orang yang
mencintai Nabi . Ini jelas menyelisihi Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya
dan sunnah Khulafaur Rasyidin. Dan perhatikanlah di sana ada orang yang
berbuat bid’ah dalam agama Allah yang Nabi tidak pernah
memerintahkannya, dan tidak dilakukan oleh para sahabat , kemudian
mereka mengklaim bahwa mereka adalah orang-orang yang mencintai Nabi .
Oleh karena itu, kami bertanya apakah faidah kekerabatan dengan Nabi jika pemiliknya menyelisihi Nabi ?!
Imam Muslim meriwayatkan bahwa Nabi bersabda:
مَنْ أَبْطَأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ
“Barangsiapa yang amalnya lambat membawanya (ke sorga), maka nasabnya tidak akan bisa mempercepatnya.” (HR. Muslim (13/212))
Kemudian, alhamdulillah, di sana ada sejumlah keturunan Nabi yang
tersebar di Saudi dan Yaman berada di atas aqidah yang lurus dan
menyelisihi para “habaib” yang meyakini aqidah syirik. Di antara mereka
adalah Syaikh ‘Alawi bin ‘Abdil Qodir as-Saqqof, dan Syaikh Samir Maliki
(putra paman ‘Alawi al-Maliki), dan banyak lagi yang lain. Wallahu
a’lam. (AR) “
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama