
Ada satu buku yang menarik untuk dibeli. Judulnya kalau diterjemahkan
dalam bahasa Indonesia, “Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, Ulama,
Teladan, Murabbi, Syaikh yang Zuhud dan Penuh Kehati-hatian”. Harganya
500 riyal, cukup mahal untuk buku yang tidak terlalu tebal seperti itu.
Saya pun membeli buku tersebut. Dan ternyata memang buku itu buku yang
sangat bagus. Selain jadi lebih mengenal “kakek guru” saya (karena
beliau adalah guru dari Syaikhuna Abdullah Mar’ie), banyak sekali
perkara yang bisa diteladani dari biografi beliau ini. Bagaimana akhlak
beliau, cara mengajar, metodologi beliau dalam memberi fatwa dan menulis
karya ilmiah, dan banyak hal lainnya.
Salah satu yang berkesan bagi saya adalah kisah pertemuan pertama
beliau dengan Asy Syaikh Muhammad Amin Asy Syinqithi, salah seorang
ulama besar, ahli tafsir dari negeri Syinqith, Mauritania (salah satu
negara di Afrika).
Kisahnya begini…
Ketika itu Asy Syaikh Ibnu Utsaimin masih menjadi seorang pelajar.
Beliau meninggalkan kota kelahiran beliau Unaizah dan juga meninggalkan
guru beliau Asy Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di karena ingin
belajar kepada Asy Syaikh Muhammad Amin Asy Syinqithi.
Ketika bertemu untuk kali pertama dengan Asy Syaikh Asy Syinqithi di
kelas, beliau sempat kaget melihat penampilan Asy Syaikh Asy Syinqithi
yang tampak seperti orang badui, orang Arab dusun. Kampungan dan sama
sekali tidak tampak berwibawa. Terlintas di benak beliau, “Aku
meninggalkan Asy Syaikh As Sa’di untuk belajar kepada orang badui ini?”
Asy Syaikh sudah under-estimate dulu terhadap penampilan Asy Syaikh Asy
Syinqithi.
Namun begitu Asy Syaikh Asy Syinqithi memulai pelajarannya, nampaklah
ilmu Asy Syinqithi yang luas bagai samudera. Mulailah Asy Syaikh Al
Utsaimin mengambil faidah dari pelajaran yang beliau berikan dan
meneladani akhlaq serta budi pekerti Asy Syaikh Muhamad Amin Asy
Syinqithi.
Saya kemudian teringat dengan sosok Atho’ bin Abi Robah, salah
seorang tabi’in yang masyhur. Biografi beliau sering dibaca oleh
mudarris, pengajar hadits ketika kami belajar Shahih Al Bukhari di
Syihir. Atho’ bin Abi Robah adalah budak Abdullah bin Abbas radhiyallahu
‘anhuma. Tubuhnya kurus, hitam, dan dekil. Matanya pun picak sebelah.
Namun biidznillah, berkat kesungguhan beliau dan demikian pula kerasnya
didikan Abdullah bin Abbas, beliau menjadi seorang ulama besar di
masanya. Sampai-sampai orang menjuluki beliau sebagai Sayyidul Fuqaha’
Hijaz, pemuka para ulama Hijaz (daerah Makkah-Madinah dan sekitarnya).
Dari figur-figur seperti mereka ini hendaknya kita mengambil ibroh.
Bahwa seseorang itu tidaklah dinilai dari penampilannya. Tapi dari ilmu
dan keshalihannya. Sebagian ikhwah terkadang tidak mau menghadiri kajian
hanya karena penampilan ustadznya “kurang meyakinkan”. Padahal ilmu
sang ustadz begitu luas. Akhirnya luputlah dari mereka banyak faidah
diakibatkan memberikan penilaian hanya dari segi penampilan.
Sebaliknya betapa banyak orang-orang yang penampilannya begitu
meyakinkan, tampil layaknya seorang alim, tapi begitu berbicara ketahuan
bahwa ilmunya tiada. Nas’alullah as salaamah wal ‘aafiyah.
Ini mungkin sedikit faedah yang bisa kita peroleh dari kisah Asy
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin. Semoga bisa bermanfaat, wallahu
a’lam bis shawaab.
Darul Hadits Syihir -semoga Allah menjaganya- Hadramaut, malam Kamis 24 Syawwal 1432- 21 September 2011.
Oleh: Oleh: Wira Mandiri Bachrun
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama