« اطَّلَعْتُ فِى الْجَنَّةِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا
الْفُقَرَاءَ وَاطَّلَعْتُ فِى النَّارِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا
النِّسَاءَ ».
“Aku melihat ke dalam Surga maka aku melihat kebanyakan penduduknya adalah fuqara (orang-orang fakir) dan aku melihat ke dalam neraka maka aku menyaksikan kebanyakan penduduknya adalah wanita.” (HR. Bukhari, no. 3069 dan Muslim no.7114, dari Ibnu Abbas dan Imran serta selain keduanya)
Dari Usamah Bin Zaid –radhiyallahu anhu- beliau berkata: Rasulullah –shalallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
«قُمْتُ عَلَى بَابِ الْجَنَّةِ فَإِذَا عَامَّةُ مَنْ دَخَلَهَا
الْمَسَاكِينُ، وَإِذَا أَصْحَابُ الْجَدِّ مَحْبُوسُونَ إِلاَّ أَصْحَابَ
النَّارِ فَقَدْ أُمِرَ بِهِمْ إِلَى النَّارِ وَقُمْتُ عَلَى بَابِ
النَّارِ فَإِذَا عَامَّةُ مَنْ دَخَلَهَا النِّسَاءُ». رواه مسلم
(رقم:7113).
“Aku berdiri di depan pintu syurga, lalu (kulihat) kebanyakkan orang yang masuk kedalamnya adalah orang orang miskin, dan orang orang yang kaya di tahan kecuali penghuni neraka mereka di suruh untuk masuk keneraka, dan aku berdiri di depan pintu neraka maka (kulihat) kebanyakkan yang masuk kedalamnya adalah wanita”. (H. R Muslim, no. 7113).
Dari Imran bin Husain dia berkata, Nabi -Shalallahu ‘alaihi wassalam- bersabda :
( إن أقل ساكني الجنة النساء ). رواه مسلم (7118).
“Sesungguhnya penduduk surga yang paling sedikit adalah wanita.” (HR. Muslim, no. 7118).
Imam Qurthubi rahimahullah mengomentari hadits di atas seraya berkata:
(قال علماؤنا: إنما كان النساء أقل ساكني الجنة لما يغلب عليهن من الهوى
و الميل إلى عاجل زينة الدنيا لنقصان عقولهن أن تنقدن بصائرها إلى الأخرى
فيضعفن عن عمل الآخرة والتأهب لها ولميلهن إلى الدنيا والتزين بها و لها ثم
مع ذلك هن أقوى أسباب الدنيا التي تصرف الرجال عن الأخرى لما لهم فيهن من
الهوى والميل لهن فأكثرهن معرضات عن الآخرة بأنفسهن صارفات عنها لغيرهن
سريعات الانخداع لداعيهن من المعرضين عن الدين عسيرات الاستجابة لمن يدعوهن
إلى الأخرى و أعمالها من المقتين). التذكرة
“Penyebab sedikitnya kaum wanita yang masuk Surga adalah hawa nafsu yang mendominasi pada diri mereka, kecondongan mereka kepada kesenangan-kesenangan dunia, dan berpaling dari akhirat karena kurangnya akal mereka dan mudahnya mereka untuk tertipu dengan kesenangan-kesenangan dunia yang menyebabkan mereka lemah untuk beramal. Kemudian mereka juga sebab yang paling kuat untuk memalingkan kaum pria dari akhirat dikarenakan adanya hawa nafsu dalam diri mereka, kebanyakan dari mereka memalingkan diri-diri mereka dan selain mereka dari akhirat, cepat tertipu jika diajak kepada penyelewengan terhadap agama dan sulit menerima jika diajak kepada akhirat.” (Jahannam Ahwaluha wa Ahluha halaman 29-30 dan At Tadzkirah halaman 369)
Hadits hadits diatas menjelaskan kepada kita apa yang disaksikan oleh
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam tentang penduduk Surga yang
mayoritasnya adalah fuqara (para fakir miskin) dan neraka yang mayoritas
penduduknya adalah wanita. Tetapi hadits ini tidak menjelaskan
sebab-sebab yang mengantarkan mereka ke dalam neraka dan menjadi
mayoritas penduduknya, namun disebutkan dalam hadits lainnya.
Ciri ciri wanita penghuni neraka:
Jika kita membaca hadits Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam
tentang penghuni neraka, niscaya kita akan dapati beberapa sebab yang
menjerumuskan kaum wanita ke dalam neraka bahkan menjadi mayoritas
penduduknya dan yang menyebabkan mereka menjadi golongan minoritas dari
penghuni Surga, diantaranya:
1. Kufur Terhadap Suami dan Kebaikan-Kebaikannya
Di dalam kisah gerhana matahari yang Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wassalam dan para shahabatnya melakukan shalat gerhana padanya dengan
shalat yang panjang, beliau Shalallahu ‘alaihi wassalam melihat Surga
dan neraka, seraya bersabda:
((…ورأيت النار فلم أر منظرا كاليوم قط ورأيت أكثر أهلها النساء قالوا:
بم يا رسول الله ؟ قال بكفرهن قيل أيكفرن بالله ؟ قال: يكفرن العشير ويكفرن
الإحسان لو أحسنت إلى إحداهن الدهر كله ثم رأت منك ما تكره قالت ما رأيت
منك خيرا قط )) رواه البخاري.
“ … Dan aku melihat neraka maka tidak pernah aku melihat pemandangan seperti ini sama sekali, aku melihat kebanyakan penduduknya adalah kaum wanita. Shahabat pun bertanya :“Mengapa (demikian) wahai Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam?” Beliau Shalallahu ‘alaihi wassalam menjawab : “Karena kekufuran mereka.” Kemudian ditanya lagi : “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab :“Mereka kufur terhadap suami-suami mereka, kufur terhadap kebaikan-kebaikannya. Kalaulah engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai) niscaya dia akan berkata : ‘Aku tidak pernah melihat sedikitpun kebaikan pada dirimu.’ ” (HR. Bukhari, no. 1053, dari Ibnu Abbas radliyallahu ‘anhuma)
Kekufuran model ini terlalu banyak kita dapati di tengah keluarga
kaum Muslimin, yakni seorang istri yagn mengingkari kebaikan-kebaikan
suaminya selama sekian waktu yang panjang hanya dengan sikap suami yang
tidak cocok dengan kehendak sang istri sebagaimana kata pepatah, panas
setahun dihapus oleh hujan sehari. Padahal yang harus dilakukan oleh
seorang istri ialah bersyukur terhadap apa yang diberikan suaminya,
janganlah ia mengkufuri kebaikan-kebaikan sang suami karena Allah
Subhanahu wa Ta’ala tidak akan melihat istri model begini sebagaimana
dijelaskan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam :
(لاَ يَنْظُرُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى إِلَى امْرَأَةٍ لاَ
تَشْكَرُ لِزَوْجِهَا وَهِيَ لاَ تَسْتَغْنِي عَنْهُ). رواه النسائي في
السنن الكبرى (رقم:9086) والبزار في مسنده (2349). وصححه الشيخ الألباني في
الصحيحة (رقم: 289).
“Allah tidak akan melihat kepada wanita yang tidak mensyukuri suaminya sedang ia selalu membutuhkannya.” (HR. Nasa’i di dalam Al Kubra (9086) dan Al Bazzar dalam musnadnya (2349) dari Abdullah bin ‘Amr). Di shohihkan oleh syekh Al Bani (no. 289).
Hadits di atas adalah peringatan keras bagi para wanita Mukminah yang
menginginkan ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Surga-Nya. Maka tidak
sepantasnya bagi wanita yang mengharapkan akhirat untuk mengkufuri
kebaikan-kebaikan suaminya dan nikmat-nikmat yang diberikannya atau
meminta dan banyak mengadukan hal-hal sepele yang tidak pantas untuk
dibesar-besarkan.
Jika demikian keadaannya maka sungguh sangat cocok sekali jika wanita
yang kufur terhadap suaminya serta kebaikan-kebaikannya dikatakan
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam sebagai mayoritas kaum yang masuk
ke dalam neraka walaupun mereka tidak kekal di dalamnya.
Cukup kiranya istri-istri Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam dan
para shahabiyah sebagai suri tauladan bagi istri-istri kaum Mukminin
dalam mensyukuri kebaikan-kebaikan yang diberikan suaminya kepadanya,
agar mereka tergolong kedalam orang orang yang mensyukuri Allah Ta’ala,
sebagaimana yang di jelaskan oleh Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam
dalam sabda beliau:
(( لا يشكر الله من لا يشكر الناس )). أبو داود (رقم: 4813).
“Tidaklah bersyukur kepada Allah orang yang tidak bersyukur kepada manusia”
2. Durhaka Terhadap Suami (النشوز)
Kedurhakaan yang dilakukan seorang istri terhadap suaminya pada
umumnya berupa tiga bentuk kedurhakaan yang sering kita jumpai pada
kehidupan masyarakat kaum Muslimin.
Tiga bentuk kedurhakaan itu adalah :
1. Durhaka dengan ucapan.
2. Durhaka dengan perbuatan.
3. Durhaka dengan ucapan dan perbuatan.
Bentuk pertama ialah seorang istri yang biasanya berucap dan bersikap
baik kepada suaminya serta segera memenuhi panggilannya, tiba-tiba
berubah sikap dengan berbicara kasar dan tidak segera memenuhi panggilan
suaminya. Atau ia memenuhinya tetapi dengan wajah yang menunjukkan rasa
tidak senang atau lambat mendatangi suaminya. Kedurhakaan seperti ini
sering dilakukan seorang istri ketika ia lupa atau memang sengaja
melupakan ancaman-ancaman Allah terhadap sikap ini.
Termasuk bentuk kedurhakaan ini ialah apabila seorang istri
membicarakan perbuatan suami yang tidak ia sukai kepada teman-teman atau
keluarganya tanpa sebab yang diperbolehkan syar’i. Atau ia menuduh
suaminya dengan tuduhan-tuduhan dengan maksud untuk menjelekkannya dan
merusak kehormatannya sehingga nama suaminya jelek di mata orang lain.
Bentuk serupa adalah apabila seorang istri meminta di thalaq atau di
khulu’ (dicerai) tanpa sebab syar’i. Atau ia mengaku-aku telah dianiaya
atau didhalimi suaminya atau yang semisal dengan itu.
Permintaan cerai biasanya diawali dengan pertengkaran antara suami
dan istri karena ketidakpuasan sang istri terhadap kebaikan dan usaha
sang suami. Atau yang lebih menyedihkan lagi bila hal itu dilakukannya
karena suaminya berusaha mengamalkan syari’at-syari’at Allah Subhanahu
wa Ta’ala dan sunnah-sunnah Rasul-Nya Shalallahu ‘alaihi wassalam.
Sungguh jelek apa yang dilakukan istri seperti ini terhadap suaminya.
Ingatlah sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam :
« أَيُّمَا امْرَأَةٍ سَأَلَتْ زَوْجَهَا طَلاَقًا فِى غَيْرِ مَا بَأْسٍ فَحَرَامٌ عَلَيْهَا رَائِحَةُ الْجَنَّةِ ».
“Wanita mana saja yang meminta cerai pada suaminya tanpa sebab (yang syar’i, pent.) maka haram baginya wangi Surga.” (HR. Abu Daud, no. 2228, dan Ibnu Majah, no. 2055). Di shohihkan oleh syekh Al Bani dalam “shohih sunan abu daud” (no. 1928).
Bentuk kedurhakaan kedua yang dilakukan para istri terjadi dalam hal
perbuatan yaitu ketika seorang istri tidak mau melayani kebutuhan
seksual suaminya atau bermuka masam ketika melayaninya atau menghindari
suami ketika hendak disentuh dan dicium atau menutup pintu ketika suami
hendak mendatanginya dan yang semisal dengan itu.
Dalam hadits Rasulullah bersabda:
(إذا دعا الرجل امرأته إلى فراشه فلم تأت لعنتها الملائكة حتى تصبح) وفي
لفظ (فبات و هو عليها غضبان لعنتها الملائكة حتى تصبح). ولفظ الصحيحين
أيضا: (إذا باتت المرأة هاجرة فراش زوجها فتأبى عليه إلا كان الذي في
السماء ساخطا عليها حتى يرضى عنها زوجها).
“Apabila suami mengajak istri keranjangnya (untuk jima’) lalu ia tidak memenuhi maka ia dilaknat oleh para malaikat sampai subuh”. Dalam riwayat : “lalu ia tidur malam sedang suaminya murka maka para malaikat akan melaknatnya sampai subuh”. Dalam riwayat lain: “Apabila istri diwaktu malam meninggalkan ranjang suaminya, ia enggan mendatanginya, maka yang di langit (Allah) akan murka kepadanya sampai ia minta keridhaan suaminya”.
Termasuk dari bentuk ini ialah apabila seorang istri keluar rumah
tanpa izin suaminya walaupun hanya untuk mengunjungi kedua orang tuanya.
Yang demikian seakan-akan seorang istri lari dari rumah suaminya tanpa
sebab syar’i. Demikian pula jika sang istri enggan untuk bersafar
(melakukan perjalanan) bersama suaminya, mengkhianati suami dan
hartanya, membuka dan menampakkan apa yang seharusnya ditutupi dari
anggota tubuhnya, berjalan di tempat umum dan pasar-pasar tanpa mahram,
bersenda gurau atau berbicara lemah-lembut penuh mesra kepada lelaki
yang bukan mahramnya dan yang semisal dengan itu.
Bentuk lain adalah apabila seorang istri tidak mau berdandan atau
mempercantik diri untuk suaminya padahal suaminya menginginkan hal itu,
melakukan puasa sunnah tanpa izin suaminya, meninggalkan hak-hak Allah
seperti shalat, mandi janabat, atau puasa Ramadlan.
Dalam hadits Rasulullah bersabda:
((لا يحل لامرأة تؤمن بالله و اليوم الآخر أن تصوم وزوجها شاهد إلا بإذنه ولا تأذن في بيته إلا بإذنه)) أخرجه البخاري.
“Tidak boleh bagi perempuan yang beriman dengan Allah dan hari akhirat berpuasa (sunat) sedang suminya bersamanya kecuali dengan izinnya, dan tidak mengizinkan (seseorangpun) masuk kedalam rumahnya kecuali dengan izinnya”.
Maka setiap istri yang melakukan perbuatan-perbuatan seperti tersebut
adalah istri yang durhaka terhadap suami dan bermaksiat kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
Jika kedua bentuk kedurhakaan ini dilakukan sekaligus oleh seorang
istri maka ia dikatakan sebagai istri yang durhaka dengan ucapan dan
perbuatannya. (Dinukil dari kitab An Nusyuz karya Dr. Shaleh bin Ghanim
As Sadlan halaman 23-25 dengan beberapa tambahan).
Sungguh merugi wanita yang melakukan kedurhakaan ini. Mereka lebih
memilih jalan ke neraka daripada jalan ke Surga karena memang biasanya
wanita yang melakukan kedurhakaan-kedurhakaan ini tergoda oleh
angan-angan dan kesenangan dunia yang menipu.
Ketahuilah wahai saudariku Muslimah, jalan menuju Surga tidaklah
dihiasi dengan bunga-bunga nan indah, melainkan dipenuhi dengan
rintangan-rintangan yang berat untuk dilalui oleh manusia kecuali
orang-orang yang diberi ketegaran iman oleh Allah. Tetapi ingatlah di
ujung jalan ini ada Surga yang Allah sediakan untuk hamba-hamba-Nya yang
sabar menempuhnya. Ketahuilah pula bahwa jalan menuju neraka memang
indah, penuh dengan syahwat dan kesenangan dunia yang setiap manusia
tertarik untuk menjalaninya.
Rasulullah bersabda:
«حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ». رواه مسلم (7308).
“(Jalan ke) Syurga dipenuhi dengan rintangan rintangan dan (jalan ke) neraka di penuhi denga syahawat”. (H. R Muslim, no. 7308, dari Anas Bin Malik –radhiyallahu ‘anhu-).
Dan ketahuilah bahwa suamimu wahai saudariku Muslimah adalah syurgamu
atau nerakamu, jika kamu mentaatinya balasanmu adalah syurga, akan
tetapi sebaliknya jika kamu mendurhakainya maka nerakalah balasannya,
sebagaimana dalam hadits:
(أَنَّ عَبْدَ اللهِ بْنَ مِحْصَنٍ أَخْبَرَ عَنْ عَمَّةٍ لَهُ أَنَّهَا
دَخَلَتْ عَلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَامَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِبَعْضِ الْحَاجَةِ
فَقَضَى حَاجَتَهَا فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: أَذَاتُ زَوْجٍ أَنْتِ ؟ قَالَتْ: نَعَمْ قَالَ: كَيْفَ أَنْتِ
لَهُ ؟ قَالَتْ: مَا آلُوهُ، إِلاَّ مَا عَجَزْتُ عَنْهُ فَقَالَ رَسُولُ
اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : انْظُرِي أَيْنَ أَنْتِ مِنْهُ،
فَإِنَّهُ جَنَّتُكِ وَنَارُكِ). رواه النسائي في السنن الكبرى (رقم:8913)
وأحمد في المسند (رقم:27352) وصححه الألباني في الصحيحة (رقم:2612).
“Abdullah Bin Mihshan mengabarkan dari bibinya, bahwasanya ia masuk menemui Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam, lalu Rasulullah berdiri (pergi) untuk sebagian keperluannya, lalu ia memenuhi kebutuhannya, dan beliau bertanya kepadanya: apakah kamu mempunyai suami? Ia menjawab: Ya, beliau bertanya: bagaimana (sikap/layanan) kamu kepadanya, ia menjawab: Saya tidak membiarkannya (selalu memperhatikannya) kecuali jika saya tidak mampu, maka Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda: “perhatikanlah sikapmu (layananmu) kepadanya, sesungguh ia adalah syurgamu dan nerakamu”).
Maksudnya adalah: ia (suami) adalah penyebab istri masuk syurga
dengan keredhaannya, dan juga penyebab istri masuk nereka dengan
kemurkaannya, maka hendaklah para istri bermu’amalah baik dan memberikan
layanan yang terbaik dan tidak menyelisihi perintahnya selagi dalam
keta’atan kepada Allah.
Dalam hadits Rasulullah –shalallahu’alahi wasallam- bersabda:
(لو كنت آمرا أحدا أن يسجد لأحد لأمرت المرأة أن تسجد لزوجها). رواه الترمذي.
“Jika aku menyuruh seorang sujud kepda seseorang tentu akan akau suruh istri sujud kepada suaminya”.
Hanya wanita yang bijaksanalah yang mau bertaubat kepada Allah dan
meminta maaf kepada suaminya dari kedurhakaan-kedurhakaan yang pernah ia
lakukan. Ia akan kembali berusaha mencintai suaminya dan sabar dalam
mentaati perintahnya. Ia mengerti nasib di akhirat dan bukan
kesengsaraan di dunia yang ia takuti dan tangisi.
3. Tabarruj
Yang dimaksud dengan tabarruj ialah seorang wanita yang menampakkan
perhiasannya dan keindahan tubuhnya serta apa-apa yang seharusnya wajib
untuk ditutupi dari hal-hal yang dapat menarik syahwat lelaki. (Jilbab
Al Mar’atil Muslimah halaman 120)
Hal ini kita dapati pada sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam
tentang wanita-wanita yang berpakaian tapi hakikatnya telanjang
dikarenakan minimnya pakaian mereka dan tipisnya bahan kain yang
dipakainya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata: Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda :
« صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ
سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ، وَنِسَاءٌ
كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ، رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ
الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا
وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا ». رواه مسلم
(رقم: 5704).
“Dua golongan dari penghuni nereka yang tidak (perna) aku lihat: suatu kaum yang memiliki cambuk (cemeti) seperti ekor sapi yang mereka gunakan untuk memukul manusia, dan wanita-wanita yang berpakaian tetapi hakikatnya mereka telanjang, melenggak-lenggokkan kepala mereka (karena sombong dan berpaling dari ketaatan kepada Allah dan suaminya), kepala mereka seakan-akan seperti punuk onta. Mereka tidak masuk Surga dan tidak mendapatkan wanginya Surga padahal wanginya bisa didapati dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim, no. 5704 ).
Ibnul ‘Abdil Barr rahimahullah mengomentari hadits diatas seraya
berkata: “Wanita-wanita yang dimaksudkan Nabi Shalallahu ‘alaihi
wassalam adalah yang memakai pakaian yang tipis yang membentuk tubuhnya
dan tidak menutupinya, maka mereka adalah wanita-wanita yang berpakaian
pada dhahirnya dan telanjang pada hakikatnya … .” (Dinukil oleh Suyuthi
di dalam Tanwirul Hawalik 3/103 )
Mereka adalah wanita-wanita yang hobi menampakkan perhiasan mereka,
padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala telah melarang hal ini dalam
firman-Nya :
(ولا يبدين زينتهن إلا ما ظهر منها ) النور: 31
“Dan janganlah mereka menampakkan perhiasan-perhiasan mereka kecuali yang tampak darinya.” (An Nur : 31)
Imam Adz Dzahabi rahimahullah menyatakan di dalam kitab Al Kabair
halaman 131 : “Termasuk dari perbuatan-perbuatan yang menyebabkan mereka
dilaknat ialah menampakkan hiasan emas dan permata yang ada di dalam
niqab (tutup muka/kerudung) mereka, memakai minyak wangi dengan misik
dan yang semisalnya jika mereka keluar rumah … .”
Dan ini adalah termasuk dosa besar sebagaiamana yang di sebutkan oleh
Ibnu Hajar AL Haitami dalam kitabnya (Az zawajir ‘anil iqtiraafil
kabaair), dosa besar no. 108.
Dengan perbuatan seperti ini berarti mereka secara tidak langsung
menyeret kaum pria ke dalam neraka, karena pada diri kaum wanita
terdapat daya tarik syahwat yang sangat kuat yang dapat menggoyahkan
keimanan yang kokoh sekalipun. Terlebih bagi iman yang lemah yang tidak
dibentengi dengan ilmu Al Qur’an dan As Sunnah. Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wassalam sendiri menyatakan di dalam hadits yang shahih bahwa
fitnah yang paling besar yang paling ditakutkan atas kaum pria adalah
fitnahnya wanita.
Sejarah sudah berbicara bahwa betapa banyak tokoh-tokoh legendaris
dunia yang tidak beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala hancur
karirnya hanya disebabkan bujuk rayu wanita.
Dan berapa banyak persaudaraan di antara kaum Mukminin terputus hanya
dikarenakan wanita. Berapa banyak seorang anak tega dan menelantarkan
ibunya demi mencari cinta seorang wanita, dan masih banyak lagi kasus
lainnya yang dapat membuktikan bahwa wanita model mereka ini memang
pantas untuk tidak mendapatkan wanginya Surga.
Hanya dengan ucapan dan rayuan seorang wanita mampu menjerumuskan
kaum pria ke dalam lembah dosa dan hina terlebih lagi jika mereka
bersolek dan menampakkan di hadapan kaum pria. Tidak mengherankan lagi
jika di sana-sini terjadi pelecehan terhadap kaum wanita, karena yang
demikian adalah hasil perbuatan mereka sendiri. Oleh karenanya Allah
menyuruh mereka untuk menetap dirumah dan melarang bertabarruj,
sebagaimana dalam firman-Nya:
(وقرن في بيوتكن ولا تبرجن تبرج الجاهلية الأولى) الأحزاب: 33
“Dan tinggallah kalian di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian
bertabarruj dengan tabarrujnya orang-orang jahiliyyah pertama dahulu.”
(Al Ahzab : 33)
Masih banyak sebab-sebab lainnya yang mengantarkan wanita menjadi
mayoritas penduduk neraka. Tetapi kami hanya mencukupkan tiga sebab ini
saja karena memang tiga model inilah yang sering kita dapati di dalam
kehidupan masyarakat negeri kita ini.
Sebagian amalan yang menyelamatkan dari nereka:
Dari salah satu hadits diatas kita dapatkan Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wassalam menuntunkan satu amalan yang dapat menyelamatkan kaum
wanita dari adzab neraka. Ketika beliau selesai khutbah hari raya yang
berisikan perintah untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
anjuran untuk mentaati-Nya. Beliau pun bangkit mendatangi kaum wanita,
beliau menasehati mereka dan mengingatkan mereka tentang akhirat
kemudian beliau bersabda : “Bershadaqahlah kalian! Karena kebanyakan
kalian adalah kayu bakarnya Jahanam!” Maka berdirilah seorang wanita
yang duduk di antara wanita-wanita lainnya yang berubah kehitaman kedua
pipinya, iapun bertanya : “Mengapa demikian, wahai Rasulullah?” Beliau
menjawab : “Karena kalian banyak mengeluh dan kalian kufur terhadap
suami!” (HR. Bukhari)
Ukhti muslimah !!
Bershadaqahlah! Karena shadaqah adalah satu jalan untuk menyelamatkan
kalian dari adzab neraka. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala
menyelamatkan kita semua dari adzabnya. Amin.
Wallahu A’lam bish Shawwab.
(“WANITA PENGHUNI NERAKA” Disampaikan oleh Oleh Ust. Dr. Muhammad Nur
Ikhsan, Lc. MA pada kajian Akhwat di Islamic Center Al-Hunafa’ Masjid
‘Aisyah Lawata Mataram pada tanggal 03/02/2011.
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama